Beranda / Pernikahan / Hasrat Dendam Suamiku / Bab 8. Ketakutan Briella

Share

Bab 8. Ketakutan Briella

Penulis: Abigail Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Briella berdiri terpaku di depan Adrian, air matanya masih mengalir di pipinya. “Adrian,” katanya dengan suara gemetar namun tegas, “Aku akan menanggung semua kesalahan ayahku. Jika kau ingin membalaskan dendam, lakukan padaku. Aku akan menerima semuanya dengan sabar dan lapang dada.”

Adrian menatap Briella sejenak, lalu tertawa sinis. “Tekad konyolmu itu menggelikan,” ejeknya. “Aku berani bertaruh, kau tidak akan tahan tinggal bahkan satu bulan saja di mansion ini.”

Briella tidak merespons ejekan Adrian, hanya menundukkan kepala dan menarik napas panjang. Dia sudah memutuskan untuk menghadapi semua ini, apa pun yang terjadi.

“Aku tidak akan pergi bagaimanapun kau perlakukan aku. Kecuali … kecuali kau sendiri yang mengusirku.” Briella pamit pergi meninggalkan ruang kerja setelah perbincangan itu. Dia menemani Rosalie merangkai bunga, lalu setelah itu Briella bersiap untuk makan malam bersama keluarga Maven. Sementara Adrian masih terpaku di tempatnya tak berkata apa pun selain tatapan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 9. Menyembunyikan Kehamilan

    Saat dokter memberi tahu Briella bahwa dirinya sedang hamil dan akan menjadi seorang ibu, Briella merasa dunia seakan berputar lebih cepat. Perasaan takut dan bingung menguasai dirinya, hingga dia tak tahu harus berkata apa. Dia terdiam, tubuhnya gemetar. Rasa bahagia bercampur dengan ketakutan yang luar biasa. Dia tahu betapa kompleks hubungan mereka dan betapa rumit situasinya saat ini.Aster yang berada di sampingnya juga tampak terkejut. “Tuan Adrian harus segera diberi tahu,” katanya dengan nada ceria, tapi lembut. “Ini kabar penting, Nyonya.”Briella segera memegang tangan Aster, memohon dengan mata yang penuh kecemasan. “Tidak, Aster, tolong. Jangan beri tahu Adrian.”Aster tampak bingung. “Tapi, Nyonya, ini adalah kabar besar. Tuan Adrian harus tahu bahwa dia akan menjadi seorang ayah.”Briella menggelengkan kepala, matanya mulai berkaca-kaca. “Tidak, Aster. Aku mohon, jangan beritahu dia. Adrian ... dia mungkin tidak akan senang mendengar kabar ini. Dia mungkin akan marah pad

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 10. Kau Bisa Berkuda, Kan?

    “Nyonya, Tuan Adrian memanggil Anda.” Ben sudah berdiri di depan kamar Briella setelah perempuan itu kembali dari sarapan.Briella mengangguk merespon ucapan Ben. Ya, hari ini, Adrian masih tidak berhenti mengusik Briella. Pria itu meminta Ben memanggilnya ke ruang kerja. Saat Briella tiba, Adrian menatapnya sejenak sebelum memberikan setumpuk dokumen di atas meja.“Kau memanggilku, Adrian?” tanya Briella lembut.“Catat ini semua dalam laporan dan klasifikasikan berdasarkan tanggal,” perintah Adrian dengan nada datar. “Pastikan semuanya selesai hari ini.”Briella mengangguk, merasa canggung tapi menerima tugas itu tanpa mengeluh. Dia tahu Adrian pasti ingin menyusahkannya sepanjang hari. Saat Briella mulai bekerja, Adrian diam-diam memperhatikan perempuan itu dari meja kerjanya. Dia heran kenapa Briella, yang merupakan seorang anak bangsawan, sama sekali tidak menunjukkan sifat manja. Briella mengerjakan pekerjaan yang Adrian berikan dengan tekun dan cermat, mengisi laporan dan mengkl

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 11. Tawaran Mengejutkan

    Saat Adrian meninggalkan Briella bersama Hunter di tempat berkuda, Briella merasa tertekan dan bingung. Hunter mendekat dan melihat kesedihan di wajah Briella. Dia memutuskan untuk mengutarakan sesuatu yang telah dia dengar secara tidak sengaja.“Briella,” Hunter memulai dengan lembut. “Maaf, tapi tadi, aku tanpa sengaja mendengar percakapanmu dengan Aster. Aku sudah tahu kau sedang hamil, karena itu aku mengikuti kalian ke mari untuk membantumu.”Briella terkejut dan merasa cemas. Dia mencoba menenangkan diri, tapi air matanya mulai mengalir. “Hunter, aku ... Aku takut Adrian tidak akan senang mendengar kabar ini. Aku tidak tahu bagaimana harus mengatakan semua padanya.”Hunter menatap Briella dengan penuh simpati. “Kenapa kau tidak membiarkan Adrian tahu tentang kehamilanmu? Dia adalah ayah dari anak yang kau kandung.”Briella menghela napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian untuk jujur. Sambil menangis, dia berkata, “Kau tahu Hunter, ternyata ayahku adalah dalang dari ke

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 12. Malam Tanpa Ampun

    “Bisakah malam ini kita hanya tidur? Kau tahu aku baru sembuh, kumohon beri aku waktu untuk memulihkan tenaga.” Briella mencoba negosiasi dengan takut-takut setelah mengenakan gaun tidur seksi berwarna merah sesuai perintah Adrian.Sudah berhari-hari Adrian ingin bercinta dengan Briella dan menghukumnya pada saat yang sama. Kini setelah sekian lama menahan hasrat, bisa-bisanya Briella tampak ingin kabur? Jujur saja, Adrian begitu menikmati wajah tertekan dan ketakutan yang kini Briella sajikan. Jika bisa, Adrian ingin mengikat istrinya, mengurungnya, agar tampak semakin menyedihkan lagi. Selain itu, Adrian tak bisa jauh dari Briella, dia tak bisa membiarkan apa pun menghalangi kepemilikannya atas Briella Moretti.Rambut Briella yang sedikit kemerahan terlihat kusut dan seksi tergerai di sekitar bahunya, pipi dan bibirnya memerah karena udara musim semi yang masih cukup dingin. Dalam sekali tarik Adrian dapat melucuti tubuh Briella yang molek dari gaun malamnya tadi. “Adrian, kumohon.

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 13. Bercak Darah

    Keesokan harinya, Aster masuk ke kamar Briella untuk membantunya bersiap-siap. Saat membuka pintu, dia terkejut melihat keadaan majikannya. Briella terbaring di ranjang, terbungkus selimut, tanpa pakaian, dengan banyak tanda merah hasil kreasi bibir Adrian dari leher hingga perutnya. Rambut Briella acak-acakan, peluh masih menempel di sana-sini, dan tubuhnya terlihat lemas tak bertenaga.Aster segera menghampiri dan membantu Briella berpakaian serta membersihkan diri. “Nyonya, apa yang terjadi semalam?” tanya Aster dengan suara penuh kekhawatiran.Briella mencoba tersenyum lemah meskipun rasa sakit masih terasa di tubuhnya. “Adrian menggunakan haknya sebagai suami, tentu saja aku harus melayaninya.”Aster mengerutkan kening. “Tapi, Nyonya, saya khawatir dengan kondisi kandungan Anda. Apakah Anda merasa baik-baik saja?”Briella mencoba meyakinkan Aster. “Aku yakin bayiku akan baik-baik saja, Aster. Dokter Park bilang janinku cukup kuat.”Namun, saat Briella pergi ke kamar mandi untuk b

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 14. Kekesalan Adrian

    Malam itu, suasana di ruang makan terasa berbeda. Adrian duduk di ujung meja panjang yang dihiasi dengan lilin-lilin mewah dan peralatan makan perak. Namun, kursi di sebelahnya yang biasanya ditempati Briella kosong. Di seberang meja, Hunter duduk sambil tersenyum sinis.Adrian melirik ke kursi kosong itu dengan alis berkerut. “Di mana Briella?” tanyanya tajam pada Aster yang sedang menuangkan anggur ke dalam gelasnya.Aster terdiam sejenak, tampak gugup. “Nyonya Briella diajak oleh Nyonya Rosalie ke panti untuk acara bakti sosial yang rutin diadakan keluarga Maven.”Adrian menggeram pelan, wajahnya memerah karena menahan marah. “Kenapa tidak ada yang memberitahuku sebelumnya?”Aster menunduk, tidak berani menatap langsung ke mata Adrian. “Maaf, Tuan Adrian. Saya kira Anda sudah mengetahuinya.”Hunter yang duduk tenang sambil mengaduk supnya, menyeringai melihat kekesalan sang kakak. “Kau tampak kesepian, Adrian. Apa aku perlu menginap di kamarmu malam ini? Siapa tahu kau butuh teman

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 15. Ancaman Hunter

    “Hanya karena dia istrimu, apa kau pikir kau bisa memperlakukannya seperti budak?” Hunter sebenarnya tahu bahwa berdebat dengan Adrian saat ini tidak akan membuahkan hasil, tapi dia harus melakukan sesuatu untuk mencegah Adrian membawa Briella kembali ke mansionAdrian merasa marah dan kesal saat Hunter menghalanginya untuk menemui Briella. Namun, yang membuat hatinya semakin terbakar adalah kenyataan bahwa Hunter juga ada di panti itu. Kenapa hanya dirinya tidak dilibatkan dalam acara ini? Adrian adalah orang yang paling keras bekerja dan menjalankan usaha keluarga Maven, tapi dia merasa diabaikan oleh keluarganya sendiri.“Apa yang kau lakukan di sini, Hunter? Kenapa aku tidak diberi tahu tentang acara ini?” tanya Adrian dengan nada marah, tak mengindahkan ucapan Hunter.Hunter tetap tenang, mencoba menenangkan saudaranya yang sedang marah. “Adrian, ini hanya acara bakti sosial rutin. Tidak ada yang perlu diberitahukan, seluruh keluarga Maven tahu dan bisa ikut serta.”“Rutin? Kau t

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 16. Berbagi Rahasia

    Pagi itu, Adrian duduk di ruang kerjanya, mencoba fokus pada tumpukan dokumen di depannya. Namun, pikirannya masih berkutat pada percakapan dengan Hunter tadi malam. Suara ketukan di pintu membuyarkan lamunannya.“Masuk,” kata Adrian dengan nada tegas.Ben masuk dengan wajah serius, membawa pesan yang tidak terduga. “Tuan, saya mendapat telepon dari Tuan Matvey Jorell pagi ini.”Adrian mengangkat alisnya, menatap Ben dengan penuh perhatian. “Apa yang diinginkan Matvey?”Ben mengambil napas dalam sebelum melanjutkan. “Tuan Jorell meminta Anda menampung putri bungsunya, Falla Jorell, selama Nona Jorell liburan musim panas di Vienna.”Adrian mengernyit, menolak langsung permintaan itu. “Tolak mentah-mentah, Ben. Aku tidak punya waktu untuk berurusan dengan bocah problematik.”Ben tampak ragu-ragu sebelum berbicara lagi. “Tuan Adrian, saya mengerti, tapi kita masih sangat membutuhkan Matvey. Dia adalah pemasok utama kita untuk beberapa jenis senjata api dan microchip yang sangat penting u

Bab terbaru

  • Hasrat Dendam Suamiku   Extra Part Lima (ENDING SCENE) – TAMAT

    Satu tahun kemudian …Sesampainya di rumah sakit, Adrian merasakan detak jantungnya semakin cepat. Langkah-langkahnya yang biasanya mantap kini terasa berat, seolah-olah setiap langkah membawa beban kekhawatiran yang tak terukur.Ruang bersalin berada di ujung koridor, tapi jarak yang harus ditempuhnya terasa seperti berpuluh-puluh mil. Cahaya lampu yang seharusnya menenangkan justru tampak suram di matanya. Dia tak bisa berpikir jernih—yang ada hanya ketakutan akan apa yang mungkin terjadi di balik pintu ruang bersalin itu.Saat akhirnya Adrian tiba di depan pintu, dia menemukan Rosalie sedang duduk di kursi tunggu. Wajah wanita paruh baya itu tampak pucat meski dia berusaha menyembunyikan kecemasannya. Rosalie yang melihat Adrian mendekat, dia berdiri dan mencoba tersenyum, tapi kegelisahan tetap terpancar di matanya.“Bagaimana keadaannya?” tanya Adrian dengan nada cemas, suaranya bergetar meski dia berusaha terdengar tegar.Rosalie mendekatinya, menyentuh lengannya dengan lembut.

  • Hasrat Dendam Suamiku   Extra Part Empat

    Senyum seringai Adrian terbentang begitu saja setelah mendengar ucapan istrinya. Dia menarik Briella mendekat, tangan Adrian yang kuat meluncur ke bawah punggungnya. Mencengkeram bokong Briella yang membulat.Tanpa keraguan Adrian menekan batangnya yang keras ke arah kewanitaan si istri. Briella tersentak senang saat Adrian menggesek miliknya. Pria tampan itu menangkup pipi Briella, menghadiahkan ciuman lapar sehingga bibir mereka terkunci dalam ciuman yang penuh nafsu.Briella melepaskan ciuman itu, terengah-engah. “Adrian,” bisiknya, matanya berkilauan karena hasrat. “Kumohon segeralah masuk. Aku membutuhkanmu.”“Aku juga membutuhkanmu, Sayang,” jawab Adrian serak.Ciuman penuh gairah mereka semakin dalam, dan tangan mereka menjelajahi tubuh masing-masing. Membelai setiap inci. Adrian menangkup payudara penuh Briella, menggoda putingnya yang mengeras dengan ibu jari.Briella mengerang, melengkungkan punggung ke arah Adrian. Dia mengusap dada suaminya, turun ke perut Adrian yang liat

  • Hasrat Dendam Suamiku   Extra Part Tiga

    Briella tersenyum lembut, matanya berkaca-kaca. “Jangan khawatir, ini air mata bahagia. Kau ... kau sering kali kasar, terburu-buru. Tapi sekarang, setiap sentuhanmu penuh cinta, penuh perhatian. Kau benar-benar telah berubah, Adrian.”Ini bukan pertama kali bagi Briella disentuh Adrian sejak mereka kembali bersatu. Sentuhan Adrian sekarang penuh dengan kelembutan dan penuh cinta. Berbeda dengan dulu yang penuh nafsu seakan dirinya adalah budak seks.Mata Adrian melembut, dia menarik Briella lebih dekat, mengecup dahinya dengan lembut. “Aku menyesali banyak hal, Briella. Dulu aku terlalu dibutakan oleh amarah dan dendam, tapi sekarang aku hanya ingin kau merasakan betapa aku mencintaimu, betapa berartinya dirimu bagiku. Aku tidak akan pernah menyakitimu lagi.”Kata-kata Adrian yang tulus itu menusuk hati Briella, membuatnya tidak bisa menahan air mata yang mulai mengalir di pipinya. Ini adalah air mata kebahagiaan, air mata yang berasal dari perasaan mendalam bahwa cinta sejati mereka

  • Hasrat Dendam Suamiku   Extra Part Dua

    Malam itu, suasana ruang makan terasa tegang. Adrian duduk di ujung meja, tatapannya kosong dan mulutnya terkunci rapat. Briella yang duduk di sebelahnya mencoba tersenyum, tapi ketegangan Adrian begitu nyata hingga seluruh ruangan terasa sunyi. Hunter, yang duduk di seberang meja, langsung membaca situasi.“Nandy, bagaimana kalau sabtu besok kita pergi ke peternakan?” Hunter menawarkan dengan nada riang, mencoba mencairkan suasana. “Paman akan mengajarimu cara berkuda, dan kita bisa memerah susu sapi langsung dari sapinya. Bagaimana?”Mata Fernandez langsung bersinar mendengar tawaran Hunter. “Benarkah, Paman? Aku mau! Aku mau!” serunya dengan antusias, tapi dia segera menoleh pada Briella. “Tapi Mommy ikut juga, kan?”Hunter terkekeh pelan, lalu menggelengkan kepalanya. “Kali ini hanya kita, sesama pria yang pergi, Nandy. Mommy akan menunggu di sini.”Fernandez mengerutkan kening, tampak tidak puas dengan jawaban itu. “Tapi aku mau Mommy ikut bersama kita, Paman.”Adrian tampak sema

  • Hasrat Dendam Suamiku   Extra Part Satu

    “Mommy, aku suka sup ini. Rasanya creamy.” Fernandez tampak senang dengan kehadiran kembali ibunya. Bocah itu selalu menempel pada Briella, dan bersikap manja. Sejak pulang sekolah, dia meminta Briella menyuapinya, padahal anak itu sebelumnya terbiasa mandiri dan makan sendiri.“Apa kau mau tambah lagi supnya, Nandy?” tanya Briella lembut, seraya menatap putranya dengan penuh kasih sayang.“Tidak, Mommy. Aku sudah kenyang. Apakah Mommy bersedia membantuku mengerjakan pekerjaan rumahku?” pinta Fernadez.Briella mengangguk dan tersenyum. “Tentu, Sayang.”Malam ini, sikap manja Fernandez tidak juga berakhir. Sehabis makan malam, dia meminta Briella membantunya mengenakan piama. Di kamar mereka yang luas dan nyaman, Adrian duduk di tepi tempat tidur, menatap Briella yang sedang membantu Fernandez mengenakan piyama. Briella tersenyum lembut, matanya penuh kasih sayang saat putra kecil mereka, duduk di pangkuannya, sudah siap untuk tidur.“Nandy, ayo tidur, Sayang.”“Mommy mau ke mana?”“Mo

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 71. Perfect Ending

    Adrian dan Briella tersenyum hangat melihat Fernandez berlari-lari di tamn, bersama dengan pengasuh. Pasangan itu duduk di kursi taman bersama dengan Rosalie dan Hunter. Tampak semua orang bahagia melihat Fernadez yang bermain dengan riang penuh kegembiraan.“Aku sudah lama sekali tidak melihat Fernandez sebahagia ini,” ungkap Hunter jujur.Menghilangnya Briella, selalu membuat Fernandez menjadi muram. Tidak jarang Fernandez menangis setiap kali merindukan Briella. Tiga tahun Briella menghilang, bukan waktu yang sebentar. Bukan hanya Fernandez yang murung sejak Briella menghilang, tapi Adrian, Hunter, dan juga Rosalie sangat terpukul. Apalagi yang mereka tahu adalah Briella dibunuh Felix dengan kejam. Hal tersebut menjadi pukulan berat di keluarga Maven.“Aku akan pastikan Nandy terus merasa bahagia, Hunter. Aku akan selalu di sisi putraku,” ucap Briella tulus, dan penuh kehangatan.Adrian membelai rambut Briella. “Ya, Sayang. Nandy akan selalu merasa bahagia. Kau sudah kembali. Kebah

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 70. Memutuskan Hubungan

    Hunter memanfaatkan jaringannya di kepolisian untuk mengusut tuntas masalah penculikan ini. Saat tahu anak wali kota diculik, polisi segera bergerak cepat menyelidiki. Semua bukti sudah jelas, anak buah Felix Jorell adalah dalang di balik penculikan anak wali kota Vienna.Hunter, yang duduk di seberang meja, tersenyum puas. “Polisi sudah melaporkan pada walikota kalau anaknya diculik,” katanya sambil menyandarkan punggung ke kursi dengan riang, menunggu kabar selanjutnya.Adrian mengangguk. “Seorang wali kota tentu saja tidak akan membiarkan ini berlalu begitu saja. Felix sudah membuat langkah terburuk dalam hidupnya.”Hunter tertawa kecil, membayangkan akibat dari kekonyolan anak buah Felix. “Dia pikir dia bisa mengancam kita dengan menculik Fernandez, tapi lihat apa yang terjadi. Felix pasti sedang menggigit jarinya di penjara saat ini.”Hanya dalam waktu beberapa jam setelah polisi melaporkan penculikan putra sang walikota, dampaknya langsung terasa. Seorang wali kota tentu memilik

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 69. Salah Culik

    Briella duduk di ruang tamu yang megah, menikmati aroma manis pie apel yang baru saja dipotong. Ini adalah momen yang sangat langka dan berharga baginya. Setelah tiga tahun diculik dan ditawan oleh Felix, akhirnya dia bisa merasakan kebebasan. Dia kini dikelilingi oleh orang-orang yang mencintainya, Adrian, Fernandez, Hunter dan Rosalie.“Pie ini benar-benar enak, Mom. Aku tidak tahu kapan terakhir kali aku bisa duduk santai seperti ini, bersama keluarga,” ucap Briella sambil tersenyum, mengambil potongan pie apel kedua.Rosalie, yang duduk di seberang meja, tersenyum hangat. “Kau pantas mendapatkan kebahagiaan ini, Briella. Setelah semua yang kau lalui, aku harap hidupmu akan terus dipenuhi cinta dan kedamaian,” balasnya sambil menyesap teh dari cangkir porselen.Briella mengangguk pelan, menikmati setiap kata Rosalie. “Aku tidak tahu bagaimana aku bisa bertahan kalau bukan karena kalian semua. Tiga tahun bersama Felix … itu seperti mimpi buruk yang tak pernah berakhir.”“Kami semua

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 68. Ruang Interogasi

    Ruangan interogasi terasa pengap dengan cahaya lampu terang yang menyilaukan langsung ke wajah Felix Jorell. Dua orang polisi duduk di depannya, satu dengan ekspresi datar, sementara yang lain mencatat setiap kata yang keluar dari mulutnya. Di sudut ruangan, alat pendeteksi kebohongan dengan sensor-sensornya terpasang di tubuh Felix, mengukur detak jantung dan tekanan darah setiap kali dia berbicara.“Kapan tepatnya Anda mengenal Briella Maven?” Polisi pertama mulai membuka percakapan dengan suara rendah namun tegas.Felix menghela napas panjang seolah sedang mengingat. “Aku pertama kali bertemu dia di acara jumpa fans film Blind Devotion. Dia sangat ramah, manis, dan kami mulai sering bertukar pesan setelah itu.”Polisi pertama itu menatap Felix tanpa berkedip. “Dan apa yang terjadi setelah itu?”Felix tersenyum tipis, matanya tampak mencoba meyakinkan. “Aku sering mengirimkan hadiah padanya. Bunga, cokelat, bahkan perhiasan yang mahal. Aku sering mengajak keluar ke restoran. Briella

DMCA.com Protection Status