Beranda / Rumah Tangga / Hasrat Dendam Suamiku / Bab 4. Kegilaan Adrian

Share

Bab 4. Kegilaan Adrian

Penulis: Abigail Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-26 01:06:06

Briella ragu-ragu, matanya mencari-cari penjelasan di air muka suaminya, tapi yang dia temukan hanya pandangan dingin. Saat Briella tidak segera menuruti, kemarahan Adrian mulai muncul di wajahnya. Suaranya menjadi lebih keras, “Sekarang, Briella Moretti!”

Entah mengapa hati Briella seperti dicengkeram kuat setiap kali Adrian memanggilnya dengan nama keluarga ‘Moretti’. Panggilan itu membuat dia merasa seolah-olah Adrian belum sepenuhnya menerima dirinya sebagai istri. Kenapa Briella Moretti? Bukankah seharusnya Briella Maven?

Dengan tangan gemetar dan hati yang berdebar, Briella akhirnya menuruti perintah Adrian. Dia merasa keselamatannya terancam, tapi dia tidak punya pilihan lain. Adrian mendekat dan dengan cepat mendominasi situasi, menciptakan suasana yang menegangkan dan menindas.

“Berikan padaku.” Adrian mengulurkan tangannya, meminta Briella menyerahkan celana dalam ungu berenda yang baru saja turun ke kaki jenjang perempuan itu.

Briella mencoba sekuat tenaga untuk tetap tenang, dia memberikan benda yang Adrian minta tanpa mengeluarkan sepatah kata pun untuk protes.

“Jangan pernah pakai benda semacam ini ketika kau berada di sekitarku.”

“Ma-maksudmu? Apakah kau tidak suka yang berenda, Adrian?”

Rahang Adrian mengeras. “Aku tidak suka semuanya. Jangan pernah pakai celana dalam ketika kau berada di sekitarku, paham?”

Meskipun memahami dengan baik maksud perkataan Adrian, Briella sungguh bingung kenapa Adrian melarangnya memakai celana dalam?

“Ba-baik, aku paham.”

Adrian menatap lagi istrinya dengan tajam. Pria tampan itu tahu apa yang sedang berkecamuk di benak Briella. Ya, mungkin saja Briella sedang berpikir kalau dirinya adalah pria aneh dan mesum. Kenyataannya, tidak. Adrian bukan pria yang terlalu gila seks. Meskipun dia cukup perkasa dan mudah mendapatkan wanita, tapi Adrian sangat pemilih dalam hal bercinta. Tidak sembarang perempuan mampu membangkitkan nafsu Adrian.

Sialnya, Briella adalah salah satu yang paling menggairahkan menurut Adrian. Setiap berada di sisi Briella, kejantanan Adrian langsung mengeras dan berdenyut minta pelampiasan. Larangan agar Briella tidak mengenakan celana dalam sebenarnya Adrian berikan agar Briella dilihat seperti perempuan jalang gila di depan para pelayannya. Adrian ingin merusak mental Briella separah mungkin selagi perempuan itu tinggal di mansion-nya.

Sekarang kemarilah. Adrian duduk di kursi kerjanya setelah mengeluarkan kejantanannya dengan menurunkan sedikit celana kerja yang dikenakan. Briella mendekat dan tercekat melihat milik suaminya yang besar dan keras.

“Berlutut, dan kulum,” titah Adrian tak suka dibantah.

“Inikah hukuman yang kau maksud?” tanya Briella tidak percaya.

“Kenapa? Kau menolak?”

Menggeleng, Briella segera berlutut di depan Adrian. “Ti-tidak. Akan aku lakukan.” Mengerjakan yang Adrian perintahkan sebaik mungkin, meskipun dia sebenarnya tidak tahu cara yang benar.

“Jilat dan isap juga! Dasar amatiran!” Adrian mencecar Briella, padahal dia sangat menikmati ‘blowjob’ dari sang istri sampai nyaris memejamkan matanya.

Setelah beberapa menit berlalu, Adrian yang merasa Briella hampir membuatnya mencapai klimaks hanya dengan mulut kecilnya itu cepat-cepat menyuruh Briella berhenti. “Hentikan. Ini membosankan.”

“Maafkan aku, Adrian. Aku akan belajar lebih baik lagi.”

“Sebaiknya kau angkat rokmu dan naik ke atasku.”

Briella mengangkat rok gaunnya sampai selutut, lalu tidak tahu harus berbuat apa. “Naik ke atasmu? Bisakah kau jelaskan lebih spesifik, apa yang harus kulakukan? Maaf, aku benar-benar bingung.”

Adrian kehilangan kesabaran juga akhirnya. Dia menarik kasar bagian tepi leher gaun Briella hingga kancing di sekitar dada perempuan itu berhamburan ke lantai. Dengan ukuran tangannya yang pas untuk mengangkup dada Briella, Adrian meremas dan mencoba mengeluarkan dua bulatan sintal itu dari gaun istrinya.

“Kumohon maafkan aku,” lirih Briella dengan mata ketakutan.

“Semalam…,” kata Adrian sambil mengangkat dagu Briella, “kau menikmatinya, kan?”

Briella terdiam. Bagaimana mungkin dia menikmati malam mengerikan itu? Sampai sekarang saja sisa-sisa rasa sakitnya masih bisa dia rasakan di sekitar area kewanitaannya.

“Jawab aku, Briella Moretti!”

Rasa takut akan amarah Adrian, Briella memutuskan berbohong. “Y-ya, aku menikmati yang semalam. Bi-bisakah kau memaafkan kesalahanku kali ini?”

Adrian memutar dan sedikit membanting tubuh Briella, sehingga perempuan itu tersungkur di meja kerja dengan bokong yang menungging persis di depan kejantanan miliknya. “Akan kumaafkan asal kau bisa membuatku puas.”

Meringis, Briella menahan perpaduan rasa nyeri dan geli ketika Adrian menusukkan kejantanannya ke dalam milik Perempuan itu. “Akh!” Briella berusaha menahan semua suara yang ingin keluar dari mulutnya. Dia takut jika orang di mansion Adrian akan mendengarnya.

Adrian mencengkeram lebih kuat seiring hentakannya yang semakin cepat, dia tampak menikmati permainan kekuasaannya. Sementara Briella mencoba membekap mulut dengan kedua tangannya. Adrian tersenyum culas melihat itu.

‘Baiklah, mari kita lihat siapa yang menang di antara kita,’ batin Adrian penuh tekad.

Dia semakin intens menghunjamkan kejantananya dan agresif menstimulasi dada serta titik sensitive si istri, seolah-olah ingin memaksa Briella untuk mengeluarkan suara-suara yang ditahan.

“Akh! Akh!” Tubuh Briella menggelinjang, perutnya terasa mengeras karena gulungan ombak kenikmatan menghantamnya.

Begitu sadar liang sempit istrinya mulai mengencang dan mencengkeram ketat, Adrian dengan liar menumbuk area itu kuat-kuat. Briella yang terkejut dan tak siap mendapat serangan di tengah puncak kenikmatan secara spontan berteriak, “Akh, akh, please stop it.”

Telinga Adrian seolah menuli, bukannya berhenti dia malah semakin gila menghunjami liang sempit Briella. Situasi semakin tidak terkendali. Erangan, jeritan, bahkan longlongan lolos dari mulut merah merekah milik Briella. Perempuan itu merasakan rasa malu yang mendalam.

“Yeah, berteriaklah seperti itu. Berteriaklah sekeras mungkin, tunjukkan siapa dirimu sebenarnya,” seru Adrian yang masih mengejar klimaksnya.

Kini dia paham bahwa Adrian ingin orang-orang di mansion mendengar apa yang terjadi, membuatnya merasa lebih terhina dan tersiksa batin. Briella mencoba bertahan, berjuang melawan dorongan untuk mengumpati Adrian pada situasi yang memalukan ini.

Sementara Adrian sangat bertekad untuk menggoyahkan Briella yang susah payah mempertahankan sisa-sisa harga dirinya. Adrian tidak menunjukkan belas kasihan sama sekali. Dia baru sadar ternyata permainan ini sangat menarik. Ternyata ide bercinta dengan paksa ke Briella adalah hal yang menakjubkan.

Briella berusaha keras untuk tidak mengeluarkan suara, menahan diri agar tidak erangan, jeritan, atau desahan keluar dari bibirnya. Namun, tangan Adrian semakin agresif dan intens mempermainkan dadanya membuat Briella tidak tahan untuk menjerit.

Saat itu, tiba-tiba pintu ruang kerja diketuk. Adrian dengan santai mempersilakan masuk tanpa merasa repot-repot harus menutupi yang terjadi. Briella yang panik langsung menarik dirinya dan cepat-cepat bersembunyi di balik badan Adrian.

Saat pintu itu terbuka. Hunter, adik tiri Adrian, berdiri di ambang pintu dengan ekspresi masam di wajahnya. Dengan kondisi meja yang berantakan, serta penampilan Adrian yang kacau, dia bisa langsung tahu apa yang terjadi. Apalagi rambut merah Briella tampak mencuat dari balik badan Adrian,

“Apa-apaan ini?” keluh Hunter begitu kesal. “Demi apa mataku hampir ternodai di siang hari begini? Kusarankan kalau kau masih mau melanjutkan agenda bulan madumu, kenapa kau tidak berdiam diri di kamar saja seharian? Daripada meresahkan semua orang di sini, Adrian?”

Briella merasa sangat malu, wajahnya memerah meskipun saat ini dia terlindungi tubuh sang suami. Ya, tubuh mulusnya tertutupi oleh tubuh gagah Adrian hingga Hunter tak melihat tubuh telanjangnya.

“Segera ambil apa yang kau butuhkan, dan cepat tinggalkan kami.” Adrian dengan santai mengucapkan itu. 

“Aku tahu kau pengantin baru, tapi tidak bisakah kalian lebih menghargai perasaan pria lajang sepertiku?” Hunter tak henti memprotes.

Briella menutup matanya, berharap semua ini cepat berakhir, sedangkan Adrian hanya tertawa pelan, menikmati kekuasaannya atas Briella.

“Jadi berapa hargamu, Hunter?” olok Adrian tanpa merasa bersalah.

Hunter, meskipun jelas terganggu, hanya mendesah frustrasi dan meninggalkan ruangan setelah mengambil berkas penting yang dia butuhkan.

“Sialan,” umpat Hunter sambil menutup pintu dengan keras di belakangnya. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Schaff Som
kapan up lg kak Abi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 5. Salah Paham

    “Permisi, maaf, Nona Briella sudah ditunggu oleh Nyonya Maven di ruang tengah.” Aster memanggil Briella di ruang kerja tepat setelah Adrian selesai menjadikannya alat pemuas nafsu. Sementara Adrian sendiri sudah pergi entah ke mana.“Aster, bisakah kau ambilkan aku selimut?” pinta Briella sambil menutup dadanya. Gaun Briella sudah dirusak oleh Adrian, untungnya Aster dengan cepat memberi apa yang Briella butuhkan tanpa banyak bertanya.Aster membawa Briella ke toilet di sisi kiri ruang kerja, menyuruh Briella memperbaiki riasan dan rambutnya. “Saya akan ambilkan gaun baru untuk Nona.”Setelah kejadian di ruang kerja, Briella merasakan kelegaan yang mendalam ketika Rosalie Maven menyuruh Aster memanggilnya. Rupanya Rosalie mengajak Briella berjalan-jalan di kota. Rosalie memiliki keanggunan dan kehangatan yang kontras dengan Adrian. Dia membawa Briella ke butik favoritnya. Di butik yang megah dan elegan itu, Rosalie memandang sekeliling sambil berkata, “Briella, aku butuh rekomendasim

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-07
  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 6. Apa Aku Melakukan Kesalahan Besar Padamu?

    “Cepat ikuti aku.”Jantung Briella berdebar kencang saat kata-kata dingin Adrian terdengar menakutkan di telinganya. Adrian akan memberikan hukuman karena Briella pulang terlambat, tentu saja itu membuatnya merinding. Dia mengikuti langkah sang suami yang penuh tujuan, pikirannya dipenuhi rasa takut dan kecemasan. Hukuman apa yang akan diberikan kali ini? Apakah akan sehina dan semerendahkan seperti yang dia alami di ruang kerja tadi?Koridor seolah lebih panjang dari biasanya saat mereka berjalan menuju kamar mereka. Kemegahan mansion, dengan langit-langit tinggi dan dekorasi elegan, terasa menekan daripada menenangkan. Setiap langkah yang diambil Briella terasa semakin berat, tubuhnya dibebani oleh ketakutan akan apa yang akan terjadi.Adrian membuka pintu kamar mereka dan menepi, membiarkan Briella masuk lebih dulu. Dia ragu sejenak, matanya melirik wajah Adrian, mencoba membaca niatnya. Namun ekspresi pria itu tak terbaca, tatapannya dingin dan keras. Dia melangkah masuk, napasnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-07
  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 7. Apa Maksudmu?

    Selama Briella sakit, Adrian merawatnya dengan baik meskipun tetap dengan sikapnya yang dingin dan seolah tidak peduli. Setiap pagi, dia memastikan Briella mendapatkan obatnya tepat waktu dan memantau keadaannya, meski dia selalu menjaga jarak emosional.“Minumlah obat ini,” kata Adrian dengan suara datar sambil menyerahkan segelas air dan pil kepada Briella. “Kau harus cepat sembuh.”Briella menatap Adrian dengan penuh rasa terima kasih, namun juga ada rasa kebingungan yang terlintas di matanya. “Adrian, tentang pembalasan yang kau sebutkan kemarin, bisakah kau jelaskan padaku?” tanyanya dengan suara lemah.Adrian menatapnya sebentar, lalu memalingkan muka. “Kita bicarakan itu begitu kau pulih,” jawabnya singkat sebelum pergi dari kamar.Setiap kali Briella mencoba membahas topik yang sama, Adrian selalu memberikan jawaban yang sama. “Nanti, setelah kau pulih,” katanya, kemudian meninggalkan ruangan dengan cepat.Hari demi hari, keadaan Briella semakin membaik. Meski begitu, Adrian t

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-08
  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 8. Ketakutan Briella

    Briella berdiri terpaku di depan Adrian, air matanya masih mengalir di pipinya. “Adrian,” katanya dengan suara gemetar namun tegas, “Aku akan menanggung semua kesalahan ayahku. Jika kau ingin membalaskan dendam, lakukan padaku. Aku akan menerima semuanya dengan sabar dan lapang dada.”Adrian menatap Briella sejenak, lalu tertawa sinis. “Tekad konyolmu itu menggelikan,” ejeknya. “Aku berani bertaruh, kau tidak akan tahan tinggal bahkan satu bulan saja di mansion ini.”Briella tidak merespons ejekan Adrian, hanya menundukkan kepala dan menarik napas panjang. Dia sudah memutuskan untuk menghadapi semua ini, apa pun yang terjadi.“Aku tidak akan pergi bagaimanapun kau perlakukan aku. Kecuali … kecuali kau sendiri yang mengusirku.” Briella pamit pergi meninggalkan ruang kerja setelah perbincangan itu. Dia menemani Rosalie merangkai bunga, lalu setelah itu Briella bersiap untuk makan malam bersama keluarga Maven. Sementara Adrian masih terpaku di tempatnya tak berkata apa pun selain tatapan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-08
  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 9. Menyembunyikan Kehamilan

    Saat dokter memberi tahu Briella bahwa dirinya sedang hamil dan akan menjadi seorang ibu, Briella merasa dunia seakan berputar lebih cepat. Perasaan takut dan bingung menguasai dirinya, hingga dia tak tahu harus berkata apa. Dia terdiam, tubuhnya gemetar. Rasa bahagia bercampur dengan ketakutan yang luar biasa. Dia tahu betapa kompleks hubungan mereka dan betapa rumit situasinya saat ini.Aster yang berada di sampingnya juga tampak terkejut. “Tuan Adrian harus segera diberi tahu,” katanya dengan nada ceria, tapi lembut. “Ini kabar penting, Nyonya.”Briella segera memegang tangan Aster, memohon dengan mata yang penuh kecemasan. “Tidak, Aster, tolong. Jangan beri tahu Adrian.”Aster tampak bingung. “Tapi, Nyonya, ini adalah kabar besar. Tuan Adrian harus tahu bahwa dia akan menjadi seorang ayah.”Briella menggelengkan kepala, matanya mulai berkaca-kaca. “Tidak, Aster. Aku mohon, jangan beritahu dia. Adrian ... dia mungkin tidak akan senang mendengar kabar ini. Dia mungkin akan marah pad

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-08
  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 10. Kau Bisa Berkuda, Kan?

    “Nyonya, Tuan Adrian memanggil Anda.” Ben sudah berdiri di depan kamar Briella setelah perempuan itu kembali dari sarapan.Briella mengangguk merespon ucapan Ben. Ya, hari ini, Adrian masih tidak berhenti mengusik Briella. Pria itu meminta Ben memanggilnya ke ruang kerja. Saat Briella tiba, Adrian menatapnya sejenak sebelum memberikan setumpuk dokumen di atas meja.“Kau memanggilku, Adrian?” tanya Briella lembut.“Catat ini semua dalam laporan dan klasifikasikan berdasarkan tanggal,” perintah Adrian dengan nada datar. “Pastikan semuanya selesai hari ini.”Briella mengangguk, merasa canggung tapi menerima tugas itu tanpa mengeluh. Dia tahu Adrian pasti ingin menyusahkannya sepanjang hari. Saat Briella mulai bekerja, Adrian diam-diam memperhatikan perempuan itu dari meja kerjanya. Dia heran kenapa Briella, yang merupakan seorang anak bangsawan, sama sekali tidak menunjukkan sifat manja. Briella mengerjakan pekerjaan yang Adrian berikan dengan tekun dan cermat, mengisi laporan dan mengkl

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-09
  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 11. Tawaran Mengejutkan

    Saat Adrian meninggalkan Briella bersama Hunter di tempat berkuda, Briella merasa tertekan dan bingung. Hunter mendekat dan melihat kesedihan di wajah Briella. Dia memutuskan untuk mengutarakan sesuatu yang telah dia dengar secara tidak sengaja.“Briella,” Hunter memulai dengan lembut. “Maaf, tapi tadi, aku tanpa sengaja mendengar percakapanmu dengan Aster. Aku sudah tahu kau sedang hamil, karena itu aku mengikuti kalian ke mari untuk membantumu.”Briella terkejut dan merasa cemas. Dia mencoba menenangkan diri, tapi air matanya mulai mengalir. “Hunter, aku ... Aku takut Adrian tidak akan senang mendengar kabar ini. Aku tidak tahu bagaimana harus mengatakan semua padanya.”Hunter menatap Briella dengan penuh simpati. “Kenapa kau tidak membiarkan Adrian tahu tentang kehamilanmu? Dia adalah ayah dari anak yang kau kandung.”Briella menghela napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian untuk jujur. Sambil menangis, dia berkata, “Kau tahu Hunter, ternyata ayahku adalah dalang dari ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-09
  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 12. Malam Tanpa Ampun

    “Bisakah malam ini kita hanya tidur? Kau tahu aku baru sembuh, kumohon beri aku waktu untuk memulihkan tenaga.” Briella mencoba negosiasi dengan takut-takut setelah mengenakan gaun tidur seksi berwarna merah sesuai perintah Adrian.Sudah berhari-hari Adrian ingin bercinta dengan Briella dan menghukumnya pada saat yang sama. Kini setelah sekian lama menahan hasrat, bisa-bisanya Briella tampak ingin kabur? Jujur saja, Adrian begitu menikmati wajah tertekan dan ketakutan yang kini Briella sajikan. Jika bisa, Adrian ingin mengikat istrinya, mengurungnya, agar tampak semakin menyedihkan lagi. Selain itu, Adrian tak bisa jauh dari Briella, dia tak bisa membiarkan apa pun menghalangi kepemilikannya atas Briella Moretti.Rambut Briella yang sedikit kemerahan terlihat kusut dan seksi tergerai di sekitar bahunya, pipi dan bibirnya memerah karena udara musim semi yang masih cukup dingin. Dalam sekali tarik Adrian dapat melucuti tubuh Briella yang molek dari gaun malamnya tadi. “Adrian, kumohon.

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-09

Bab terbaru

  • Hasrat Dendam Suamiku   Extra Part Lima (ENDING SCENE) – TAMAT

    Satu tahun kemudian …Sesampainya di rumah sakit, Adrian merasakan detak jantungnya semakin cepat. Langkah-langkahnya yang biasanya mantap kini terasa berat, seolah-olah setiap langkah membawa beban kekhawatiran yang tak terukur.Ruang bersalin berada di ujung koridor, tapi jarak yang harus ditempuhnya terasa seperti berpuluh-puluh mil. Cahaya lampu yang seharusnya menenangkan justru tampak suram di matanya. Dia tak bisa berpikir jernih—yang ada hanya ketakutan akan apa yang mungkin terjadi di balik pintu ruang bersalin itu.Saat akhirnya Adrian tiba di depan pintu, dia menemukan Rosalie sedang duduk di kursi tunggu. Wajah wanita paruh baya itu tampak pucat meski dia berusaha menyembunyikan kecemasannya. Rosalie yang melihat Adrian mendekat, dia berdiri dan mencoba tersenyum, tapi kegelisahan tetap terpancar di matanya.“Bagaimana keadaannya?” tanya Adrian dengan nada cemas, suaranya bergetar meski dia berusaha terdengar tegar.Rosalie mendekatinya, menyentuh lengannya dengan lembut.

  • Hasrat Dendam Suamiku   Extra Part Empat

    Senyum seringai Adrian terbentang begitu saja setelah mendengar ucapan istrinya. Dia menarik Briella mendekat, tangan Adrian yang kuat meluncur ke bawah punggungnya. Mencengkeram bokong Briella yang membulat.Tanpa keraguan Adrian menekan batangnya yang keras ke arah kewanitaan si istri. Briella tersentak senang saat Adrian menggesek miliknya. Pria tampan itu menangkup pipi Briella, menghadiahkan ciuman lapar sehingga bibir mereka terkunci dalam ciuman yang penuh nafsu.Briella melepaskan ciuman itu, terengah-engah. “Adrian,” bisiknya, matanya berkilauan karena hasrat. “Kumohon segeralah masuk. Aku membutuhkanmu.”“Aku juga membutuhkanmu, Sayang,” jawab Adrian serak.Ciuman penuh gairah mereka semakin dalam, dan tangan mereka menjelajahi tubuh masing-masing. Membelai setiap inci. Adrian menangkup payudara penuh Briella, menggoda putingnya yang mengeras dengan ibu jari.Briella mengerang, melengkungkan punggung ke arah Adrian. Dia mengusap dada suaminya, turun ke perut Adrian yang liat

  • Hasrat Dendam Suamiku   Extra Part Tiga

    Briella tersenyum lembut, matanya berkaca-kaca. “Jangan khawatir, ini air mata bahagia. Kau ... kau sering kali kasar, terburu-buru. Tapi sekarang, setiap sentuhanmu penuh cinta, penuh perhatian. Kau benar-benar telah berubah, Adrian.”Ini bukan pertama kali bagi Briella disentuh Adrian sejak mereka kembali bersatu. Sentuhan Adrian sekarang penuh dengan kelembutan dan penuh cinta. Berbeda dengan dulu yang penuh nafsu seakan dirinya adalah budak seks.Mata Adrian melembut, dia menarik Briella lebih dekat, mengecup dahinya dengan lembut. “Aku menyesali banyak hal, Briella. Dulu aku terlalu dibutakan oleh amarah dan dendam, tapi sekarang aku hanya ingin kau merasakan betapa aku mencintaimu, betapa berartinya dirimu bagiku. Aku tidak akan pernah menyakitimu lagi.”Kata-kata Adrian yang tulus itu menusuk hati Briella, membuatnya tidak bisa menahan air mata yang mulai mengalir di pipinya. Ini adalah air mata kebahagiaan, air mata yang berasal dari perasaan mendalam bahwa cinta sejati mereka

  • Hasrat Dendam Suamiku   Extra Part Dua

    Malam itu, suasana ruang makan terasa tegang. Adrian duduk di ujung meja, tatapannya kosong dan mulutnya terkunci rapat. Briella yang duduk di sebelahnya mencoba tersenyum, tapi ketegangan Adrian begitu nyata hingga seluruh ruangan terasa sunyi. Hunter, yang duduk di seberang meja, langsung membaca situasi.“Nandy, bagaimana kalau sabtu besok kita pergi ke peternakan?” Hunter menawarkan dengan nada riang, mencoba mencairkan suasana. “Paman akan mengajarimu cara berkuda, dan kita bisa memerah susu sapi langsung dari sapinya. Bagaimana?”Mata Fernandez langsung bersinar mendengar tawaran Hunter. “Benarkah, Paman? Aku mau! Aku mau!” serunya dengan antusias, tapi dia segera menoleh pada Briella. “Tapi Mommy ikut juga, kan?”Hunter terkekeh pelan, lalu menggelengkan kepalanya. “Kali ini hanya kita, sesama pria yang pergi, Nandy. Mommy akan menunggu di sini.”Fernandez mengerutkan kening, tampak tidak puas dengan jawaban itu. “Tapi aku mau Mommy ikut bersama kita, Paman.”Adrian tampak sema

  • Hasrat Dendam Suamiku   Extra Part Satu

    “Mommy, aku suka sup ini. Rasanya creamy.” Fernandez tampak senang dengan kehadiran kembali ibunya. Bocah itu selalu menempel pada Briella, dan bersikap manja. Sejak pulang sekolah, dia meminta Briella menyuapinya, padahal anak itu sebelumnya terbiasa mandiri dan makan sendiri.“Apa kau mau tambah lagi supnya, Nandy?” tanya Briella lembut, seraya menatap putranya dengan penuh kasih sayang.“Tidak, Mommy. Aku sudah kenyang. Apakah Mommy bersedia membantuku mengerjakan pekerjaan rumahku?” pinta Fernadez.Briella mengangguk dan tersenyum. “Tentu, Sayang.”Malam ini, sikap manja Fernandez tidak juga berakhir. Sehabis makan malam, dia meminta Briella membantunya mengenakan piama. Di kamar mereka yang luas dan nyaman, Adrian duduk di tepi tempat tidur, menatap Briella yang sedang membantu Fernandez mengenakan piyama. Briella tersenyum lembut, matanya penuh kasih sayang saat putra kecil mereka, duduk di pangkuannya, sudah siap untuk tidur.“Nandy, ayo tidur, Sayang.”“Mommy mau ke mana?”“Mo

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 71. Perfect Ending

    Adrian dan Briella tersenyum hangat melihat Fernandez berlari-lari di tamn, bersama dengan pengasuh. Pasangan itu duduk di kursi taman bersama dengan Rosalie dan Hunter. Tampak semua orang bahagia melihat Fernadez yang bermain dengan riang penuh kegembiraan.“Aku sudah lama sekali tidak melihat Fernandez sebahagia ini,” ungkap Hunter jujur.Menghilangnya Briella, selalu membuat Fernandez menjadi muram. Tidak jarang Fernandez menangis setiap kali merindukan Briella. Tiga tahun Briella menghilang, bukan waktu yang sebentar. Bukan hanya Fernandez yang murung sejak Briella menghilang, tapi Adrian, Hunter, dan juga Rosalie sangat terpukul. Apalagi yang mereka tahu adalah Briella dibunuh Felix dengan kejam. Hal tersebut menjadi pukulan berat di keluarga Maven.“Aku akan pastikan Nandy terus merasa bahagia, Hunter. Aku akan selalu di sisi putraku,” ucap Briella tulus, dan penuh kehangatan.Adrian membelai rambut Briella. “Ya, Sayang. Nandy akan selalu merasa bahagia. Kau sudah kembali. Kebah

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 70. Memutuskan Hubungan

    Hunter memanfaatkan jaringannya di kepolisian untuk mengusut tuntas masalah penculikan ini. Saat tahu anak wali kota diculik, polisi segera bergerak cepat menyelidiki. Semua bukti sudah jelas, anak buah Felix Jorell adalah dalang di balik penculikan anak wali kota Vienna.Hunter, yang duduk di seberang meja, tersenyum puas. “Polisi sudah melaporkan pada walikota kalau anaknya diculik,” katanya sambil menyandarkan punggung ke kursi dengan riang, menunggu kabar selanjutnya.Adrian mengangguk. “Seorang wali kota tentu saja tidak akan membiarkan ini berlalu begitu saja. Felix sudah membuat langkah terburuk dalam hidupnya.”Hunter tertawa kecil, membayangkan akibat dari kekonyolan anak buah Felix. “Dia pikir dia bisa mengancam kita dengan menculik Fernandez, tapi lihat apa yang terjadi. Felix pasti sedang menggigit jarinya di penjara saat ini.”Hanya dalam waktu beberapa jam setelah polisi melaporkan penculikan putra sang walikota, dampaknya langsung terasa. Seorang wali kota tentu memilik

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 69. Salah Culik

    Briella duduk di ruang tamu yang megah, menikmati aroma manis pie apel yang baru saja dipotong. Ini adalah momen yang sangat langka dan berharga baginya. Setelah tiga tahun diculik dan ditawan oleh Felix, akhirnya dia bisa merasakan kebebasan. Dia kini dikelilingi oleh orang-orang yang mencintainya, Adrian, Fernandez, Hunter dan Rosalie.“Pie ini benar-benar enak, Mom. Aku tidak tahu kapan terakhir kali aku bisa duduk santai seperti ini, bersama keluarga,” ucap Briella sambil tersenyum, mengambil potongan pie apel kedua.Rosalie, yang duduk di seberang meja, tersenyum hangat. “Kau pantas mendapatkan kebahagiaan ini, Briella. Setelah semua yang kau lalui, aku harap hidupmu akan terus dipenuhi cinta dan kedamaian,” balasnya sambil menyesap teh dari cangkir porselen.Briella mengangguk pelan, menikmati setiap kata Rosalie. “Aku tidak tahu bagaimana aku bisa bertahan kalau bukan karena kalian semua. Tiga tahun bersama Felix … itu seperti mimpi buruk yang tak pernah berakhir.”“Kami semua

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 68. Ruang Interogasi

    Ruangan interogasi terasa pengap dengan cahaya lampu terang yang menyilaukan langsung ke wajah Felix Jorell. Dua orang polisi duduk di depannya, satu dengan ekspresi datar, sementara yang lain mencatat setiap kata yang keluar dari mulutnya. Di sudut ruangan, alat pendeteksi kebohongan dengan sensor-sensornya terpasang di tubuh Felix, mengukur detak jantung dan tekanan darah setiap kali dia berbicara.“Kapan tepatnya Anda mengenal Briella Maven?” Polisi pertama mulai membuka percakapan dengan suara rendah namun tegas.Felix menghela napas panjang seolah sedang mengingat. “Aku pertama kali bertemu dia di acara jumpa fans film Blind Devotion. Dia sangat ramah, manis, dan kami mulai sering bertukar pesan setelah itu.”Polisi pertama itu menatap Felix tanpa berkedip. “Dan apa yang terjadi setelah itu?”Felix tersenyum tipis, matanya tampak mencoba meyakinkan. “Aku sering mengirimkan hadiah padanya. Bunga, cokelat, bahkan perhiasan yang mahal. Aku sering mengajak keluar ke restoran. Briella

DMCA.com Protection Status