Home / Rumah Tangga / Hasrat Dendam Suamiku / Bab 2. Malam Pertama Gadis Polos  

Share

Bab 2. Malam Pertama Gadis Polos  

last update Last Updated: 2024-07-26 01:03:56

“Kau paham bahasa manusia, ‘kan?” Adrian memandang Briella sambil berpikir. Tatapan seriusnya selalu membuat Briella tidak mampu bereaksi. “Cepat lakukan perintah suamimu, Briella.”

“Kita memang suami istri, tapi aku … aku belum terbiasa telanjang di depan seseorang.”

Adrian seakan memaku Briella dengan tatapannya selagi dia berpikir sambil membisu dengan wajah datar. “Maka biasakanlah mulai sekarang.”

“Di-di sini?”

Adrian mengangguk dingin. “Lepaskan sekarang. Di sini!”

Tak berdaya, Briella akhirnya mengikuti kemauan Adrian. Dia membuka satu demi satu kancing piyamanya. Sekeras mungkin berusaha menyembunyikan kegugupan. Lanjut menurunkan celana piyama. Briella tidak tahu mengapa dia belum merosot ke lantai, lututnya terasa sangat lemas saat ini. Terlebih mata Adrian merayapi wajahnya.

Briella melihat Adrian tersenyum cukup lebar sampai lesung pipitnya muncul. Cepat-cepat Briella menurunkan pandangan, berharap Adrian berubah pikiran dan memintanya berhenti. Sayang sekali, harapan Briella tidak terealisasi, Adrian justru minta Briella melucuti pakaian secepat mungkin. 

“Tidak bisakah kau lebih cepat?!”

Briella hampir terkena serangan asma padahal dia tidak mengidap asma karena bentakan Adrian. Pria yang dia anggap penolong karena menikahinya saat keluarganya bangkrut, ternyata memperlakukannya dengan sangat buruk. Meskipun Adrian suaminya, tetap saja, harga dirinya seakan tak dihargai sama sekali.

“Mengecewakan,” kata Adrian sambil berdiri kemudian maju sedikit lagi. “Badanmu tidak sebagus yang kubayangkan. Kupikir putri tunggal Rudolf Moretti yang dijaga seperti berlian mahal akan memiliki tubuh menakjubkan. Ternyata ekspektasiku terlalu tinggi.” Adrian jelas berbohong, tubuh Briella sangat indah. Kulit putihnya semulus porselen, ditambah kaki jenjang, perut rata, paha ramping, bokong membulat, serta sepasang bukit kembar sintal yang tidak besar tapi tidak terlalu kecil.

Sialan, dia benar-benar tipeku. Batin Adrian yang tak bisa terucapkan.

Rambut merah Briella kontras dengan kulit putihnya, rambut itu bagai gelombang yang kemilaunya membuat siapa pun ingin membelai.

“Maaf mengecewakanmu,” ucap Briella lemah dengan kepala tetap merunduk. 

Adrian sulit menelan salivanya. Kerongkongannya terasa menyempit terdesak buncah hasrat yang tiba-tiba menyambar. Dia sedang menghukum Briella, tetapi seperti sedang menghukum dirinya sendiri. Menyaksikan Perempuan itu berdiri di sampingnya dalam kondisi polos tanpa busana membuat Adrian sedikit gila.

Tidak, dia rasa dia sudah benar-benar gila. 

“Apa yang kau ketahui tentang malam pertama?”

Briella tercekat mendengar pertanyaan Adrian. “Te-tentang apa?”

“Lupakan. Sejauh apa kau pernah berhubungan dengan seorang pria?”

“Berteman.”

“Berteman? Aku bukan bertanya tentang status, tapi tentang …” Adrian bingung memilih kata. “Sudahlah. Sebelum ini, apa pernah ada pria yang menyentuhmu?”

“Ayahku?”

“Ayahmu? Maksudku, bukan sentuhan biasa, tapi hal-hal berbau seksual, Briella.” Adrian mulai emosi.

“Maaf, aku …  aku tidak punya pengalaman sama sekali tentang hal-hal berbau seksual. Ayahku bahkan melarang aku keluar mansion. Aku tidak memiliki satu pun teman laki-laki, jadi aku benar-benar bingung ke mana arah pembicaraanmu.” Adrian berdiri, mendekati Briella. Tangannya dengan lancang meremas dan memuntir puncak dada istrinya tanpa permisi. “Akhhhhh….”

“Apakah ini pertama kali ada yang mempermainkan dadamu?”

Briella mengangguk, dia menutup mulutnya rapat-rapat, berusaha menahan diri untuk tidak berkata kasar. Bagaimanapun yang baru saja melecehkannya adalah suaminya sendiri.

Anggukkan Briella membuat Adrian makin berhasrat, dia mencengkeram segenggam rambut Briella, menarik kepala perempuan itu ke belakang selagi Adrian mendaratkan bibirnya. Cumbuan yang awalnya lembut, manis, berangsur-angsur jadi brutal dan meliar.

“Mmmpppfff,” ronta Briella ketika paru-parunya mulai kehabisan oksigen.

Adrian melepaskan pagutannya. “Apa itu juga ciuman pertamamu?”

Briella mengangguk, kali ini ada air mata membasahi pipi putihnya.

“Kau menangis? Apa aku menyakitimu?”

Menggeleng lemah, Briella tak bisa berkata jujur kalau Adrian melukai hati dan harga dirinya. “Tidak, kau tidak menyakitiku.”

Sulit untuk mengelak bahwa Briella sangat menggairahkan, kejantanan Adrian yang mengeras seperti batu menjadi saksi bisu bahwa pria ini sangat ingin mengangkangi istrinya di atas ranjang. Sementara Adrian sibuk berpikir keras terhadap reaksi aneh di tubuhnya. Briella gugup membayangkan apa yang mungkin terjadi sepanjang sisa malam nanti. Mengingat Adrian sudah melihat dirinya luar dalam, jelas malam ini mereka akan berakhir dengan hubungan suami istri. Briella gelisah karena tidak tahu kapan Adrian akan melakukannya.

Apakah dia akan siap disentuh pria asing yang hari ini sudah berstatus suaminya? Jika Adrian menikahinya karena cinta, kenapa sikap Adrian begitu kasar? Kenapa tampaknya Adrian membencinya? Haruskah dia kabur saja? Jutaan pertanyaan muncul di dalam benak Briella.

“Aku akan segera menyakitimu,” timpal Adrian sambil melepaskan kancing kemejanya. Briella tersentak, dia kembali menatap Adrian yang sudah telanjang dada. “Kamu masih perawan, bukan?”

 “A-apa yang akan kita lakukan?” tanya Briella dengan kecemasan yang jelas-jelas tak bisa lagi tertutupi. Perempuan polos itu sangat terlihat gugup.

 “Sudah jelas. Kau akan segera melakukan tugasmu sebagai istri. Yakni memenuhi kebutuhan biologisku.” Melalui ekor mata, Adrian bisa tahu Briella tengah mengawasinya dengan ketakutan. Namun Adrian kagum melihat ketenangannya. Briella sanggup menahan diri meski gelagatnya mengatakan dia ingin lari dari Adrian sekarang juga. “Kau pasti sudah dengar, bahwa pertama kali melakukan hubungan badan akan terasa menyakitkan. Jadi kau harus bersiaplah, tapi tenang ini hanya sakit pertama saja. Selanjutnya yang kau rasakan bukan lagi sakit, melainkan rasa nikmat.”

Briella menatap bibir Adrian, membuat pria itu secara naluriah menggigit bibir bawah. Kaki Adrian mati rasa. Mata Briella yang tajam berubah sayu dan suaranya memelan hingga tinggal bisikan. “Kebutuhan biologismu ... akan aku penuhi,” katanya pelan menjeda, lalu melanjutkan, “Sejak pamanku menerima lamaranmu, dan sejak mengucapkan janji suci di altar, aku sudah berjanji pada diriku sendiri, bahwa aku akan menjadi istri yang baik untukmu. Aku akan menuruti semua perintahmu, dan memenuhi semua yang kau butuhkan. Jadi, katakan, apa yang harus aku lakukan?”

Andai Briella tahu betapa Adrian kesulitan menyimak kata-katanya, karena yang bisa dia pikirkan hanya menebak-nebak betapa lembut dan hangat liang sempit Briella. Betapa nikmat rasanya. Betapa sempurna ketika miliknya dicengkeram ketat oleh kewanitaan Briella. Adrian berharap egonya runtuh hingga dia bisa secepat mungkin mendekatkan tubuh dan menggauli istrinya bersamaan Briella mulai hanyut dalam sebuah pelukan yang hangat.

 Sial! Adrian mengumpat dalam hati.

 “Jawab aku, Adrian.”

 “Mmm....”

 “Aku harus mulai darimana?”

“Briella.” Kata-kata itu mencelos dari rahang yang mengetat. Tangan Adrian menuruni punggung Briella dengan lembut meluncur di pinggul dan terus ke paha. Briella menggeletar di bawah sentuhan jemari Adrian. “Kita pindah ke ranjang dulu.”

 “Aku memang amatiran dan tidak berpengalaman, tapi aku bisa cepat belajar. Kuharap kau bisa ajari aku, agar aku tahu cara yang benar dalam melayanimu.”

 Adrian mengembuskan napas kuat-kuat, ada kekesalan turut terhempas keluar. Dia benar-benar tidak mengharapkan putri Rudolf Moretti sepenurut ini. Jika saja Briella pembangkang yang menyebalkan, dia mungkin bisa lebih kejam menyiksanya. Kenapa Briella sejinak ini? Apa dia tahu kalau Adrian menikahinya hanya untuk balas dendam? Ah, tapi tidak mungkin.

“Beri aku pemanasan.” Adrian menarik diri, rebah ke tengah ranjang masih mengenakan celananya. “Kamu tahu caranya bukan?”

 Ragu-ragu Briella menggeleng.

“Cepat ke marilah.”

Perempuan itu perlahan merayap ke sisi Adrian.

“Hujani aku dengan ciuman, jilatan juga bagus. Kau bisa mengulum di beberapa area sensitif, akan kuberitahu nanti.”

Adrian spontan memejam, terkesiap ketika bibir Briella menyentuh lehernya. Briella mendaratkan kecupan ringan, tepat di bawah telinga. Entah kenapa Adrian merasa seisi kamar terjungkir balik. Perlahan-lahan bibir Briella kembali ke telinga Adrian. Dia berbisik, “Apakah seperti ini? Apa kau bisa menikmatinya?”

Adrian menggeleng, meskipun hampir mengangguk. “Pemanasanmu membuatku mengantuk.” 

Kekeraskepalaan membuat Adrian menyangkal.

“Aku akan berusaha lebih keras.” Briella mendekatkan bibir, mengecup pipi Adrian. Berlanjut menjatuhkan kecupan-kecupan halus sampai telinga Adrian, di sana dia berhenti dan berbisik lagi, “Apa ini juga membuatmu mengantuk?”

 Seumur hidup belum pernah Adrian merasa tidak bosan seperti ini. Briella bahkan belum mencium bibirnya, tapi dia sudah merasakan ciuman paling berkesan. Adrian menggeleng, masih memejam, karena dia suka tidak mengetahui apa yang terjadi selanjutnya. “Gunakan juga tanganmu, ada banyak yang bisa dilakukan.”

Tangan Adrian menarik tangan Briella mengarahkannya ke balik celana piyama hingga jemari si istri dapat merasakan milik Adrian yang mengeras. “Aaaarrghhhh … tunggu.” Briella menjerit, sadar kalau yang barusan dipegang adalah alat kelamin suaminya.

“Apa kau baru saja melihat hantu?”

“I-itu … aku tidak menyangkan itu-mu begitu besar.”

“Dan kau bereriak karena takut atau terkesan?”

Briella mencoba menghindari tatapan Adrian. Pipinya bersemu merah karena malu, jantungnya berdebar tak karuan. Adrian akhirnya menyentuh leher Briella, dan itu membuat kulit si perempuan merinding. Ternyata satu sentuhan saja mampu menimbulkan reaksi cukup besar.

“Briella, kau sangat payah. Aku tidak tahan menunggumu melakukannya.” Dalam sekejap lidah Adrian menyapu leher Briella.

Tangan Adrian naik dari pinggang Briella ke kepala. Dia mendekatkan leher Briella ke bibirnya, kali ini dia tidak menahan diri lagi. Briella membuka mata, terkejut mendapati serangan Adrian yang sangat agresif. Adrian mencium, menjilat, merayu tiap jengkal bibir hingga dada Briella dengan kepiawaiannya. Mata Briella kembali memejam. Dia berusaha keras menahan suara erangan karena terlalu malu. Bibir Adrian turun makin jauh, dari leher, dada, perut dan turun lagi ke tempat area Briellabbisa menggeletar ketika lidahnya bermain di sana.

“Aaaakkhh, Adrian, tolong singkirkan wajahmu, aku merasa seperti akan buang air kecil.”

“Kau bercanda? Jangan bilang kau tidak tahu apa itu puncak kenikmatan?”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Halima Limah
panas dingin
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 3. Lepaskan Celana Dalammu!

    Adrian terbangun akibat sinar matahari yang menyapu wajahnya dengan lembut. Dia berbalik di tempat tidur dan melihat Briella tidur di sampingnya. Wajah Briella yang damai dan tenang membuat Adrian terpesona. Dalam hati, Adrian tidak bisa menolak mengakui bahwa istrinya memang sangat cantik dan menakjubkan. Rambut merah Briella terurai di atas bantal, bibirnya yang tipis sedikit terbuka, dan kulitnya yang putih bersinar di bawah cahaya pagi.“Andai saja kau bukan putri Miles Moretti.” Sesaat, Adrian merasa hatinya melunak. Ada perasaan hangat yang mengalir di dadanya ketika dia melihat Briella. Namun, perasaan itu segera digantikan oleh kebingungan dan kekesalan. Dia tidak ingin menunjukkan kelemahan atau ketertarikan pada Briella.Tidak, dia harus tetap kuat dan melanjutkan misinya. Adrian mengingatkan lagi dirinya, bahwa dia menikahi Briella untuk balas dendam. Tentu saja dia tidak boleh sampai jatuh hati ke perempuan ini.Briella mulai bergerak pelan, tanda-tanda dia akan terbangun.

    Last Updated : 2024-07-26
  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 4. Kegilaan Adrian

    Briella ragu-ragu, matanya mencari-cari penjelasan di air muka suaminya, tapi yang dia temukan hanya pandangan dingin. Saat Briella tidak segera menuruti, kemarahan Adrian mulai muncul di wajahnya. Suaranya menjadi lebih keras, “Sekarang, Briella Moretti!”Entah mengapa hati Briella seperti dicengkeram kuat setiap kali Adrian memanggilnya dengan nama keluarga ‘Moretti’. Panggilan itu membuat dia merasa seolah-olah Adrian belum sepenuhnya menerima dirinya sebagai istri. Kenapa Briella Moretti? Bukankah seharusnya Briella Maven?Dengan tangan gemetar dan hati yang berdebar, Briella akhirnya menuruti perintah Adrian. Dia merasa keselamatannya terancam, tapi dia tidak punya pilihan lain. Adrian mendekat dan dengan cepat mendominasi situasi, menciptakan suasana yang menegangkan dan menindas.“Berikan padaku.” Adrian mengulurkan tangannya, meminta Briella menyerahkan celana dalam ungu berenda yang baru saja turun ke kaki jenjang perempuan itu.Briella mencoba sekuat tenaga untuk tetap tenan

    Last Updated : 2024-07-26
  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 5. Salah Paham

    “Permisi, maaf, Nona Briella sudah ditunggu oleh Nyonya Maven di ruang tengah.” Aster memanggil Briella di ruang kerja tepat setelah Adrian selesai menjadikannya alat pemuas nafsu. Sementara Adrian sendiri sudah pergi entah ke mana.“Aster, bisakah kau ambilkan aku selimut?” pinta Briella sambil menutup dadanya. Gaun Briella sudah dirusak oleh Adrian, untungnya Aster dengan cepat memberi apa yang Briella butuhkan tanpa banyak bertanya.Aster membawa Briella ke toilet di sisi kiri ruang kerja, menyuruh Briella memperbaiki riasan dan rambutnya. “Saya akan ambilkan gaun baru untuk Nona.”Setelah kejadian di ruang kerja, Briella merasakan kelegaan yang mendalam ketika Rosalie Maven menyuruh Aster memanggilnya. Rupanya Rosalie mengajak Briella berjalan-jalan di kota. Rosalie memiliki keanggunan dan kehangatan yang kontras dengan Adrian. Dia membawa Briella ke butik favoritnya. Di butik yang megah dan elegan itu, Rosalie memandang sekeliling sambil berkata, “Briella, aku butuh rekomendasim

    Last Updated : 2024-08-07
  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 6. Apa Aku Melakukan Kesalahan Besar Padamu?

    “Cepat ikuti aku.”Jantung Briella berdebar kencang saat kata-kata dingin Adrian terdengar menakutkan di telinganya. Adrian akan memberikan hukuman karena Briella pulang terlambat, tentu saja itu membuatnya merinding. Dia mengikuti langkah sang suami yang penuh tujuan, pikirannya dipenuhi rasa takut dan kecemasan. Hukuman apa yang akan diberikan kali ini? Apakah akan sehina dan semerendahkan seperti yang dia alami di ruang kerja tadi?Koridor seolah lebih panjang dari biasanya saat mereka berjalan menuju kamar mereka. Kemegahan mansion, dengan langit-langit tinggi dan dekorasi elegan, terasa menekan daripada menenangkan. Setiap langkah yang diambil Briella terasa semakin berat, tubuhnya dibebani oleh ketakutan akan apa yang akan terjadi.Adrian membuka pintu kamar mereka dan menepi, membiarkan Briella masuk lebih dulu. Dia ragu sejenak, matanya melirik wajah Adrian, mencoba membaca niatnya. Namun ekspresi pria itu tak terbaca, tatapannya dingin dan keras. Dia melangkah masuk, napasnya

    Last Updated : 2024-08-07
  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 7. Apa Maksudmu?

    Selama Briella sakit, Adrian merawatnya dengan baik meskipun tetap dengan sikapnya yang dingin dan seolah tidak peduli. Setiap pagi, dia memastikan Briella mendapatkan obatnya tepat waktu dan memantau keadaannya, meski dia selalu menjaga jarak emosional.“Minumlah obat ini,” kata Adrian dengan suara datar sambil menyerahkan segelas air dan pil kepada Briella. “Kau harus cepat sembuh.”Briella menatap Adrian dengan penuh rasa terima kasih, namun juga ada rasa kebingungan yang terlintas di matanya. “Adrian, tentang pembalasan yang kau sebutkan kemarin, bisakah kau jelaskan padaku?” tanyanya dengan suara lemah.Adrian menatapnya sebentar, lalu memalingkan muka. “Kita bicarakan itu begitu kau pulih,” jawabnya singkat sebelum pergi dari kamar.Setiap kali Briella mencoba membahas topik yang sama, Adrian selalu memberikan jawaban yang sama. “Nanti, setelah kau pulih,” katanya, kemudian meninggalkan ruangan dengan cepat.Hari demi hari, keadaan Briella semakin membaik. Meski begitu, Adrian t

    Last Updated : 2024-08-08
  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 8. Ketakutan Briella

    Briella berdiri terpaku di depan Adrian, air matanya masih mengalir di pipinya. “Adrian,” katanya dengan suara gemetar namun tegas, “Aku akan menanggung semua kesalahan ayahku. Jika kau ingin membalaskan dendam, lakukan padaku. Aku akan menerima semuanya dengan sabar dan lapang dada.”Adrian menatap Briella sejenak, lalu tertawa sinis. “Tekad konyolmu itu menggelikan,” ejeknya. “Aku berani bertaruh, kau tidak akan tahan tinggal bahkan satu bulan saja di mansion ini.”Briella tidak merespons ejekan Adrian, hanya menundukkan kepala dan menarik napas panjang. Dia sudah memutuskan untuk menghadapi semua ini, apa pun yang terjadi.“Aku tidak akan pergi bagaimanapun kau perlakukan aku. Kecuali … kecuali kau sendiri yang mengusirku.” Briella pamit pergi meninggalkan ruang kerja setelah perbincangan itu. Dia menemani Rosalie merangkai bunga, lalu setelah itu Briella bersiap untuk makan malam bersama keluarga Maven. Sementara Adrian masih terpaku di tempatnya tak berkata apa pun selain tatapan

    Last Updated : 2024-08-08
  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 9. Menyembunyikan Kehamilan

    Saat dokter memberi tahu Briella bahwa dirinya sedang hamil dan akan menjadi seorang ibu, Briella merasa dunia seakan berputar lebih cepat. Perasaan takut dan bingung menguasai dirinya, hingga dia tak tahu harus berkata apa. Dia terdiam, tubuhnya gemetar. Rasa bahagia bercampur dengan ketakutan yang luar biasa. Dia tahu betapa kompleks hubungan mereka dan betapa rumit situasinya saat ini.Aster yang berada di sampingnya juga tampak terkejut. “Tuan Adrian harus segera diberi tahu,” katanya dengan nada ceria, tapi lembut. “Ini kabar penting, Nyonya.”Briella segera memegang tangan Aster, memohon dengan mata yang penuh kecemasan. “Tidak, Aster, tolong. Jangan beri tahu Adrian.”Aster tampak bingung. “Tapi, Nyonya, ini adalah kabar besar. Tuan Adrian harus tahu bahwa dia akan menjadi seorang ayah.”Briella menggelengkan kepala, matanya mulai berkaca-kaca. “Tidak, Aster. Aku mohon, jangan beritahu dia. Adrian ... dia mungkin tidak akan senang mendengar kabar ini. Dia mungkin akan marah pad

    Last Updated : 2024-08-08
  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 10. Kau Bisa Berkuda, Kan?

    “Nyonya, Tuan Adrian memanggil Anda.” Ben sudah berdiri di depan kamar Briella setelah perempuan itu kembali dari sarapan.Briella mengangguk merespon ucapan Ben. Ya, hari ini, Adrian masih tidak berhenti mengusik Briella. Pria itu meminta Ben memanggilnya ke ruang kerja. Saat Briella tiba, Adrian menatapnya sejenak sebelum memberikan setumpuk dokumen di atas meja.“Kau memanggilku, Adrian?” tanya Briella lembut.“Catat ini semua dalam laporan dan klasifikasikan berdasarkan tanggal,” perintah Adrian dengan nada datar. “Pastikan semuanya selesai hari ini.”Briella mengangguk, merasa canggung tapi menerima tugas itu tanpa mengeluh. Dia tahu Adrian pasti ingin menyusahkannya sepanjang hari. Saat Briella mulai bekerja, Adrian diam-diam memperhatikan perempuan itu dari meja kerjanya. Dia heran kenapa Briella, yang merupakan seorang anak bangsawan, sama sekali tidak menunjukkan sifat manja. Briella mengerjakan pekerjaan yang Adrian berikan dengan tekun dan cermat, mengisi laporan dan mengkl

    Last Updated : 2024-08-09

Latest chapter

  • Hasrat Dendam Suamiku   Extra Part Lima (ENDING SCENE) – TAMAT

    Satu tahun kemudian …Sesampainya di rumah sakit, Adrian merasakan detak jantungnya semakin cepat. Langkah-langkahnya yang biasanya mantap kini terasa berat, seolah-olah setiap langkah membawa beban kekhawatiran yang tak terukur.Ruang bersalin berada di ujung koridor, tapi jarak yang harus ditempuhnya terasa seperti berpuluh-puluh mil. Cahaya lampu yang seharusnya menenangkan justru tampak suram di matanya. Dia tak bisa berpikir jernih—yang ada hanya ketakutan akan apa yang mungkin terjadi di balik pintu ruang bersalin itu.Saat akhirnya Adrian tiba di depan pintu, dia menemukan Rosalie sedang duduk di kursi tunggu. Wajah wanita paruh baya itu tampak pucat meski dia berusaha menyembunyikan kecemasannya. Rosalie yang melihat Adrian mendekat, dia berdiri dan mencoba tersenyum, tapi kegelisahan tetap terpancar di matanya.“Bagaimana keadaannya?” tanya Adrian dengan nada cemas, suaranya bergetar meski dia berusaha terdengar tegar.Rosalie mendekatinya, menyentuh lengannya dengan lembut.

  • Hasrat Dendam Suamiku   Extra Part Empat

    Senyum seringai Adrian terbentang begitu saja setelah mendengar ucapan istrinya. Dia menarik Briella mendekat, tangan Adrian yang kuat meluncur ke bawah punggungnya. Mencengkeram bokong Briella yang membulat.Tanpa keraguan Adrian menekan batangnya yang keras ke arah kewanitaan si istri. Briella tersentak senang saat Adrian menggesek miliknya. Pria tampan itu menangkup pipi Briella, menghadiahkan ciuman lapar sehingga bibir mereka terkunci dalam ciuman yang penuh nafsu.Briella melepaskan ciuman itu, terengah-engah. “Adrian,” bisiknya, matanya berkilauan karena hasrat. “Kumohon segeralah masuk. Aku membutuhkanmu.”“Aku juga membutuhkanmu, Sayang,” jawab Adrian serak.Ciuman penuh gairah mereka semakin dalam, dan tangan mereka menjelajahi tubuh masing-masing. Membelai setiap inci. Adrian menangkup payudara penuh Briella, menggoda putingnya yang mengeras dengan ibu jari.Briella mengerang, melengkungkan punggung ke arah Adrian. Dia mengusap dada suaminya, turun ke perut Adrian yang liat

  • Hasrat Dendam Suamiku   Extra Part Tiga

    Briella tersenyum lembut, matanya berkaca-kaca. “Jangan khawatir, ini air mata bahagia. Kau ... kau sering kali kasar, terburu-buru. Tapi sekarang, setiap sentuhanmu penuh cinta, penuh perhatian. Kau benar-benar telah berubah, Adrian.”Ini bukan pertama kali bagi Briella disentuh Adrian sejak mereka kembali bersatu. Sentuhan Adrian sekarang penuh dengan kelembutan dan penuh cinta. Berbeda dengan dulu yang penuh nafsu seakan dirinya adalah budak seks.Mata Adrian melembut, dia menarik Briella lebih dekat, mengecup dahinya dengan lembut. “Aku menyesali banyak hal, Briella. Dulu aku terlalu dibutakan oleh amarah dan dendam, tapi sekarang aku hanya ingin kau merasakan betapa aku mencintaimu, betapa berartinya dirimu bagiku. Aku tidak akan pernah menyakitimu lagi.”Kata-kata Adrian yang tulus itu menusuk hati Briella, membuatnya tidak bisa menahan air mata yang mulai mengalir di pipinya. Ini adalah air mata kebahagiaan, air mata yang berasal dari perasaan mendalam bahwa cinta sejati mereka

  • Hasrat Dendam Suamiku   Extra Part Dua

    Malam itu, suasana ruang makan terasa tegang. Adrian duduk di ujung meja, tatapannya kosong dan mulutnya terkunci rapat. Briella yang duduk di sebelahnya mencoba tersenyum, tapi ketegangan Adrian begitu nyata hingga seluruh ruangan terasa sunyi. Hunter, yang duduk di seberang meja, langsung membaca situasi.“Nandy, bagaimana kalau sabtu besok kita pergi ke peternakan?” Hunter menawarkan dengan nada riang, mencoba mencairkan suasana. “Paman akan mengajarimu cara berkuda, dan kita bisa memerah susu sapi langsung dari sapinya. Bagaimana?”Mata Fernandez langsung bersinar mendengar tawaran Hunter. “Benarkah, Paman? Aku mau! Aku mau!” serunya dengan antusias, tapi dia segera menoleh pada Briella. “Tapi Mommy ikut juga, kan?”Hunter terkekeh pelan, lalu menggelengkan kepalanya. “Kali ini hanya kita, sesama pria yang pergi, Nandy. Mommy akan menunggu di sini.”Fernandez mengerutkan kening, tampak tidak puas dengan jawaban itu. “Tapi aku mau Mommy ikut bersama kita, Paman.”Adrian tampak sema

  • Hasrat Dendam Suamiku   Extra Part Satu

    “Mommy, aku suka sup ini. Rasanya creamy.” Fernandez tampak senang dengan kehadiran kembali ibunya. Bocah itu selalu menempel pada Briella, dan bersikap manja. Sejak pulang sekolah, dia meminta Briella menyuapinya, padahal anak itu sebelumnya terbiasa mandiri dan makan sendiri.“Apa kau mau tambah lagi supnya, Nandy?” tanya Briella lembut, seraya menatap putranya dengan penuh kasih sayang.“Tidak, Mommy. Aku sudah kenyang. Apakah Mommy bersedia membantuku mengerjakan pekerjaan rumahku?” pinta Fernadez.Briella mengangguk dan tersenyum. “Tentu, Sayang.”Malam ini, sikap manja Fernandez tidak juga berakhir. Sehabis makan malam, dia meminta Briella membantunya mengenakan piama. Di kamar mereka yang luas dan nyaman, Adrian duduk di tepi tempat tidur, menatap Briella yang sedang membantu Fernandez mengenakan piyama. Briella tersenyum lembut, matanya penuh kasih sayang saat putra kecil mereka, duduk di pangkuannya, sudah siap untuk tidur.“Nandy, ayo tidur, Sayang.”“Mommy mau ke mana?”“Mo

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 71. Perfect Ending

    Adrian dan Briella tersenyum hangat melihat Fernandez berlari-lari di tamn, bersama dengan pengasuh. Pasangan itu duduk di kursi taman bersama dengan Rosalie dan Hunter. Tampak semua orang bahagia melihat Fernadez yang bermain dengan riang penuh kegembiraan.“Aku sudah lama sekali tidak melihat Fernandez sebahagia ini,” ungkap Hunter jujur.Menghilangnya Briella, selalu membuat Fernandez menjadi muram. Tidak jarang Fernandez menangis setiap kali merindukan Briella. Tiga tahun Briella menghilang, bukan waktu yang sebentar. Bukan hanya Fernandez yang murung sejak Briella menghilang, tapi Adrian, Hunter, dan juga Rosalie sangat terpukul. Apalagi yang mereka tahu adalah Briella dibunuh Felix dengan kejam. Hal tersebut menjadi pukulan berat di keluarga Maven.“Aku akan pastikan Nandy terus merasa bahagia, Hunter. Aku akan selalu di sisi putraku,” ucap Briella tulus, dan penuh kehangatan.Adrian membelai rambut Briella. “Ya, Sayang. Nandy akan selalu merasa bahagia. Kau sudah kembali. Kebah

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 70. Memutuskan Hubungan

    Hunter memanfaatkan jaringannya di kepolisian untuk mengusut tuntas masalah penculikan ini. Saat tahu anak wali kota diculik, polisi segera bergerak cepat menyelidiki. Semua bukti sudah jelas, anak buah Felix Jorell adalah dalang di balik penculikan anak wali kota Vienna.Hunter, yang duduk di seberang meja, tersenyum puas. “Polisi sudah melaporkan pada walikota kalau anaknya diculik,” katanya sambil menyandarkan punggung ke kursi dengan riang, menunggu kabar selanjutnya.Adrian mengangguk. “Seorang wali kota tentu saja tidak akan membiarkan ini berlalu begitu saja. Felix sudah membuat langkah terburuk dalam hidupnya.”Hunter tertawa kecil, membayangkan akibat dari kekonyolan anak buah Felix. “Dia pikir dia bisa mengancam kita dengan menculik Fernandez, tapi lihat apa yang terjadi. Felix pasti sedang menggigit jarinya di penjara saat ini.”Hanya dalam waktu beberapa jam setelah polisi melaporkan penculikan putra sang walikota, dampaknya langsung terasa. Seorang wali kota tentu memilik

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 69. Salah Culik

    Briella duduk di ruang tamu yang megah, menikmati aroma manis pie apel yang baru saja dipotong. Ini adalah momen yang sangat langka dan berharga baginya. Setelah tiga tahun diculik dan ditawan oleh Felix, akhirnya dia bisa merasakan kebebasan. Dia kini dikelilingi oleh orang-orang yang mencintainya, Adrian, Fernandez, Hunter dan Rosalie.“Pie ini benar-benar enak, Mom. Aku tidak tahu kapan terakhir kali aku bisa duduk santai seperti ini, bersama keluarga,” ucap Briella sambil tersenyum, mengambil potongan pie apel kedua.Rosalie, yang duduk di seberang meja, tersenyum hangat. “Kau pantas mendapatkan kebahagiaan ini, Briella. Setelah semua yang kau lalui, aku harap hidupmu akan terus dipenuhi cinta dan kedamaian,” balasnya sambil menyesap teh dari cangkir porselen.Briella mengangguk pelan, menikmati setiap kata Rosalie. “Aku tidak tahu bagaimana aku bisa bertahan kalau bukan karena kalian semua. Tiga tahun bersama Felix … itu seperti mimpi buruk yang tak pernah berakhir.”“Kami semua

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 68. Ruang Interogasi

    Ruangan interogasi terasa pengap dengan cahaya lampu terang yang menyilaukan langsung ke wajah Felix Jorell. Dua orang polisi duduk di depannya, satu dengan ekspresi datar, sementara yang lain mencatat setiap kata yang keluar dari mulutnya. Di sudut ruangan, alat pendeteksi kebohongan dengan sensor-sensornya terpasang di tubuh Felix, mengukur detak jantung dan tekanan darah setiap kali dia berbicara.“Kapan tepatnya Anda mengenal Briella Maven?” Polisi pertama mulai membuka percakapan dengan suara rendah namun tegas.Felix menghela napas panjang seolah sedang mengingat. “Aku pertama kali bertemu dia di acara jumpa fans film Blind Devotion. Dia sangat ramah, manis, dan kami mulai sering bertukar pesan setelah itu.”Polisi pertama itu menatap Felix tanpa berkedip. “Dan apa yang terjadi setelah itu?”Felix tersenyum tipis, matanya tampak mencoba meyakinkan. “Aku sering mengirimkan hadiah padanya. Bunga, cokelat, bahkan perhiasan yang mahal. Aku sering mengajak keluar ke restoran. Briella

DMCA.com Protection Status