Jeta akan istirahat siang setelah menunaikan shalat dzuhur. Semua ruang sudah rapi, bersih dan wangi. Segala makanan sisa juga sudah dibuangnya. Dapur pun siap dikemas sempurna sebagaimana tutorial kemas terviral di YouTube. Hanya satu yang belum, menjamah kamar si bos untuk dirapikan.Satu pesan masuk menggugurkan lena tidur raganya. Dari Faqih yang mengatakan jika acara dimulai setelah waktu ashar. Jeta diminta menyiapkan diri dengan penampilan yang pantas. Sebuah acara perkumpulan rekan bisnis yang bersyarat membawa teman lawan jenis. Acara macam apa itu? Ada-ada saja ... bibir Jeta mencibir dengan senyum.Bukan susah bagi Jeta memantas diri dalam penampilan. Secara alami, wajah dan bodi sudah tercetak cantik menarik dari lahir. Entah dari mana didapat. Meski Fani pun cantik, tidak ada kemiripan di garis wajah mereka berdua. Pesona keayuan Jeta jauh lebih mencolok dan balance.Tidak heran, dirinya adalah salah satu kembang idola di kampusnya kala itu. Bahkan, seorang Gus tampan ya
Telah terlihat banyak tamu yang hadir. Menyebar di beberapa penjuru taman hutan. Mereka bertiga melewati jalan setapak panjang menuju pintu menuju taman. Sore menjelang senja, betapa segar hawa di taman hutan."Jeta, kamu anggun dan cantik sekali sore ini." Ilyas menyempatkan memuji saat berpeluang melangkah bersisian dengan Jeta. Faqih berjalan sendiri di depan. "Jangan lebay, Ilyas," sanggah Jeta meski rasanya juga suka dengan sanjungan, tidak peduli dari siapa pun. Namun, Faqih tidak begitu, tak sekali pun melontarkan pujian."Aku berkata benar. Kamu sangat mempesona, pasti akan jadi bintang di acara ini," ucap Ilyas lirih. Mengamati Jeta dengan serius sambil terus berjalan. Gadis di samping hanya mengulum senyum."Ini acara apa, Ilyas?" Jeta bertanya tak kalah lirih. Coba meredam rasa senang hatinya."Acara bertuah. Andai hoki, mereka akan memberi diskon besar pada perusahaan Bang Faqih kala membawa orang-orang masuk ke taman hutan ini. Tapi, banyak sekali saingannya, kamu nampa
Ilyas yang pergi untuk menyematkan nama Sandra Jeta pada daftar bintang tamu sekaligus penyumbang lagu tampak datang kembali. Memandang Jeta yang terlihat tenang dengan wajah berseri dan bersemangat. Sedang gembira luar biasa akan janji Faqih untuk tidak lagi mengancam. "Kamu mendapat nomor urut ke sepuluh, Jeta. Apa ingin berlatih dulu? Di pojok sana ada klub karaoke, kita bisa menyewa," ucap Ilyas perhatian. "Waktunya singkat, Ilyas. Tidak ada basa basi di atas panggung. Jangan sampai kehilangan moment saat dipanggil." Faqih menyahut memutuskan."Benar, Ilyas. Lagipula ini tidak serius, semua peserta tampak tidak siap. Lihatlah, mereka di atas panggung seperti itu, sangat tidak serius. Kita pun santai saja. Lagian kurasa, seseorang juga berharap aku tidak dipilih," ucap Jeta sambil melirik pada Faqih. Pria itu sedang merenung pada wajahnya dengan pandangan tajam menembus ke jantung. Jeta tercekat dan bubgkak, tidak berani agi bersuara. Hening meraja di antara mereka bertiga. Ilya
Pria berbadan besar yang tidur menelungkup, terbangun oleh bunyi petir menggelegar dari luar jendela kamar. Unit apartemen istimewa yang dipilih berada di sudut megah bangunan. Sehingga memiliki jendela yang langsung menghubungkan apartemen dengan alam raya sekitar.Faqih berjingkat bangun dan berjalan keluar kamar untuk mengambil minum. Tenggorokan terasa kering dan serik. Selepas mandi lagi sepulang acara dari Mata Kucing, dirinya tepar di kasur dan tertidur. Kini terbangun mendekati tengah malam. Pukul sebelas lebih empat puluh lima menit larut malam.Petir kembali menyambar, meski samar terdengar dari ruang dapur, dapat dipastikan jika bunyinya menggelegar di luar. Pasti disertai angin ribut. Sudah hampir satu minggu tidak ada hujan, sekali turun deras sekali curahnya.Faqih segera berjalan menuju kamar sudut yang ditempati Jeta. Yakin jika penyumbang suara petir adalah dari kamar itu. Benar sekali, jendela di samping ranjang lagi-lagi tidak ditutup. Sepertinya, gadis penguasa kam
Hingga mereka tiba di teras lobi, hujan masih deras tercurah dari langitNya. Terpa angin pun masih menghempas dengan kencang. Namun, tidak lagi ada gelegar petir dan kilat. Hanya udara yang kian dingin menghembus di malam 8timmenuju dini hari.Faqih menghampiri seorang Servis Boy dan menyerahkan kunci. Meminta menyimpan kendaraan di latar parkir yang terdekat. Servis Boy mengangguk cerah dengan menerima lembar rupiah merah di genggaman tangan.Lift yang membawa mereka meluncur menuju lantai sebelas terasa lama. Jeta berdiri di depan Faqih dengan canggung saat mata pria itu menelusur ke arah wajahnya."Bagaimana, kamu mulai berpikir untuk mau tinggal di apartemen denganku?" Faqih bertanya dan sambil menatap Jeta terus terang."Tidak, Faqih, aku tidak ingin tinggal denganmu. Rasanya tidak bebas. Apa pandangan orang terhadapku …?" Jeta menggeleng demi mempertegas jawabnya."Ck …!" Faqih berdecak tidak sabar."Coba abaikan siapa pun saja, termasuk Elma. Ini demi memudahkan kerjamu," ujar
Piring Faqih sudah terisi dengan sedikit nasi dan bermacam sayur serta lauk. Piring yang Jeta sediakan, bukan untuk mengambil nasi goreng spesial buatannya, tetapi sudah Elma isi dengan bermacam menu saji yang tadi dia bawa. Faqih terdiam dan membiarkan saja apa yang sedang dilakukan calon istri. Meski dirasa tidak masalah, kenyataannya juga kecewa dan seperti tidak terima. Apalagi Faqih sudah mulai makan isi piring yang dibawakan oleh Elma dengan lahap. Rasa semangat saat membuat nasi goreng yang bahkan dimulai sejak habis subuh pun melayu dan gugur. Rasanya tiba-tiba jadi kesal. Seperti tidak akan sudi memasak apa pun lagi untuknya. Memang salah sendiri, mendadak punya inisiatif masak tanpa diminta. Ternyata calon istri datang dengan beragam sayur dan lauk."Jika ingin, juga tidak dilarang ikut makan." Sindiran Elma menyadarkan Jeta dari lamunan. "Aku belum lapar, silahkan kalian makan pagi. Selamat menikmati," sahut Jeta dan kemudian pergi ke wastafel. Banyak perkakas kotor sis
Jeta yang tiba-tiba sangat suntuk dan merasa butuh healing, tidak langsung pergi ke apartemen. Namun, meminta pada sopir taksi untuk membawa ke satu pusat kebugaran dan kecantikan. Taksi tidak masalah menunggu sebab segala tagihan sudah ada yang menanggung. Yakni Faqih akan membayar seluruh total tagihan jumlah argo.Dalam waktu singkat, Jeta diantar ke tempat yang dia maksudkan. Ingin relaksasi jiwa raga dari beban berat yang dia tanggung sendirian selama ini. Di bangunan megah sebagai pusat bugar dan cantik itulah Jeta berada.Hanya berenang puas-puaslah yang Jeta pilih lakukan sementara. Seorang instruktur renang wanita, begitu lihai memberi teori dan praktik sambil mencontohkan secara langsung. Jeta mendapat banyak teori dan taktik renang beragam gaya dengan cepat. Merasa itu sangat menyenangkan sekaligus memuaskan. Jeta merasa perlu mengunjungi lagi lain kali.Dari kelas kebugaran, bergeser ke kelas kecantikan. Memilih pasrah pada paket rawatan skin care yang sempurna dan keselu
Gadis berkerudung dengan polesan wajah tipis, tetapi hasil salon, terlihat memukau dan indah. Berjalan cepat seperti biasa dan meninggalkan tangga tergesa. Mendekati Faqih yang sudah berdiri menunggu di sofa."Sudah, Faqih. Hampir pukul lima," ucap Jeta saat Faqih hanya diam."Ayo, lekas!" Faqih pun beranjak diikuti Jeta di belakangnya.Ilyas standby menunggu di depan dengan kendaraan. Sigap melarikan setelah dua orang yang ditunggu duduk di dalam bersamanya. Membelah jalanan ibu kota menuju tempat yang sudah disepakati antara Jeta dan Qolbi.Mereka memasuki rumah makan hampir bersamaan dengan datangnya lelaki yang dituju. Qolbi terlihat sedang menuju ke pintu yang sama. Mereka pun saling bersembang dan bersalam sapa sebelum memutuskan untuk duduk bersama di luar saja.Meski awalnya memang menolak dan paham situasi. Faqih dan Ilyas yang berencana duduk pada meja terpisah, sebab juga ingin mengambil makan malam di tempat yang sama, terpaksa menerima undangan yang setengah memaksa dari