Share

Keinginan Damar

Penulis: CitraAurora
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-20 21:53:33

"Kenapa? aku tidak memakai parfum Sayang! apa kamu mual lagi?"

Dengan kening mengkerut Arga menatap Lalita yang sudah memasang wajah kesal.

"Iya kamu nggak pakai parfum tapi barusan ada yang meluk kan? kurang ya pelukan dari aku hingga gatal cari pelukan wanita lain." Lalita nerocos berusaha mengeluarkan isi hatinya.

Deg

Pria itu yang ketahuan habis berpelukan dengan Kania segera memucat, siapa sangka Lalita melihat adegannya tadi.

"Sayang maafkan aku, tapi kamu salah paham." Arga berusaha memegang tangan Lalita.

Dengan cepat Lalita melepas tangan Arga, dan kemudian dia justru menangis. "Kamu paham nggak sih Mas, selama ini aku berusaha menahan rasa cemburu aku, dan menanamkan dalam diriku jika kalian hanya berteman tapi kamu tuh keterlaluan, janji akan menghargai perasaanku tapi apa? masih berduaan kan dengan Kania!!"

Emosi ibu hamil muda mencuat, air matanya keluar semakin deras membuat Arga merasa bersalah padahal cerita yang sebenarnya tidak seperti itu.

"Tadi Kania a
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (6)
goodnovel comment avatar
CitraAurora
kelihatan nya begitu kak
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
pergerakan damar pelan tapi pasti kak...dn Kania main tarik ulur terus ..buat si damar kelimpungan aja... semoga mereka segera bersatu...️...️...
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
berterus terang lah damar...karna wanita butuh kepastian...sepertinya Kania main tarik ulur dah...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Kecelakaan

    "Kenapa harus bersama aku Damar, kan banyak petinggi kantor yang lain atau kamu bisa bersama Arga ataupun Lalita." Kania mengungkapkan keengganannya. Meskipun dia merasa enggannamun tatapannya begitu nanar sungguh hal yang sangat kontras. Menurut Kania, Pria di depannya sulit ditebak, padahal dia sudah cukup tenang saat ini tapi tiba-tiba Damar datang membubarkan ketenangannya. "Kamu yang paham Kania." Dengan pelan Damar mengucapkan alasannya. Kania tertawa mendengar alasan Damar, di perusahaan ini banyak yang bisa bila hanya ikut dinas luar saja. "Sudahlah Damar ajak yang lain saja." Pria itu menatap Kania, dia masih ragu untuk keluar seolah ada yang berbisik agar tetap di ruangan Sang manager. "Aku tidak mau Kania." Ujarnya kemudian. "Apa sih Damar mau kamu!" Wanita itu mulai tidak tahan dengan sikap Damar yang makin kesini makin membuatnya bingung. Sejurus kemudian Damar berdiri, "Aku mau kamu." Keduanya saling tatap dan selepas itu Damar keluar ruangan Kania dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Tidak Peka

    Suara bariton Arga membuat Kania terkejut dia sungguh malu tertangkap basah memeluk Damar. Kekhawatiran akan keadaan sang pria membuat Kania tidak berpikir kalau Arga juga datang untuk menjenguk. Perlahan Kania menoleh, dia meringis menatap sang sahabat. "Kamu disini Arga." Cicitnya kemudian. "Kamu pikir mendengarnya kecelakaan aku tidak khawatir!" Sahut Arga yang kemudian menyandarkan pantatnya di bed pasien dengan tangan terlipat di antara perut dan dada. Mata CEO itu menatap sahabatnya, seolah dia meminta penjelasan dengan apa yang baru saja dia lihat "Iya juga kamu kan atasannya." Kata Kania sambil terkekeh."Sudahlah." Arga mencoba untuk tidak bertanya. Kemudian, dia berdiri. Karena sudah ada Kania maka dia akan kembali ke kantor lagipula dia juga tidak ingin mengganggu kebersamaan bawahannya itu. "Ya sudah aku kembali ke kantor dulu, sepulang dari kantor aku akan kesini lagi bersama LalitaLalita," ujarnya. Sebelum pergi Arga menatap Damar sejenak kemudian berjalan menuj

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Ungkapan

    Kekesalannya justru membuat wanita itu menangis, dia benar-benar bingung dengan Damar yang tidak peka dan terus bertanya. Bahasa tubuhnya sudah jelas, tapi mengapa sang pria seolah tidak paham? "Lama-lama aku lelah Damar! kamu bodoh apa hanya pura-pura bodoh, sehingga tidak melihat bahasa tubuhku?" Kania meluapkan isi hatinya, bahkan anak kecil saja bisa tau bahasa tubuhnya. "Maafkan aku." Hanya kata maaf yang keluar dari mulut Damar sementara Kania mengharapkan ucapan lebih. Tapi.... Wanita itu mencoba menenangkan diri mengingat Damar dalam keadaan sakit. "Baiklah maaf diterima." Ujung bibir pria itu tertarik sempurna, dia cukup yakin apabila Kania menyimpan rasa untuknya. Tak ingin Damar semakin sakit, wanita itu kembali memintanya istirahat, dia ingin keluar sebenar untuk membeli minuman maupun makanan untuk Sang pria. "Tetaplah disini menemani aku Kania." Pinta Damar. "Aku cuma beli makanan dan minuman sebentar nggak lama kok," bujuk Kania. Meski hatinya dibuat

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Disidang Papa

    Mata wanita itu terbelalak sempurna, dengan senyum bahagia dia menatap Damar. "Apa Damar, kamu bilang apa?" Sekali lagi dia ingin mendengar pernyataan cinta Damar. "Aku mencintaimu." Dan sekali lagi dia mengucapkan kata cintanya. "Ulangi lagi Damar." Pintanya. "Aku mencintaimu, aku mencintaimu Kania." Sampai dua kali dia mengucapkan kata cintanya.Dengan mata yang berkaca Kania segera memeluk Damar, dia amat sangat bahagia karena akhirnya pria pujaannya mengungkapkan perasaannya. Namun sesaat kemudian pria itu melepas pelukannya, "Tunggu, bagaimana dengan kamu Kania. Apa kamu juga memiliki perasaan yang sama?" Kania mengangguk, "Bodoh kenapa masih bertanya, jelas lah aku memiliki perasaan yang sama jika tidak untuk apa aku disini." Kata Kania. Kemudian wanita itu kembali memeluk Damar dan dia juga membalas ungkapan perasaan kekasih barunya itu. "I Love you Damar."Saat bersamaan pintu terbuka, Rangga yang ponselnya tertinggal harus kembali lagi dan dia lah satu-satunya saksi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Perjodohan

    Wajah Kania memucat, apa dia katakan saja yang sebenarnya? atau disembunyikan saja hubungan mereka? Entahlah.... Wanita itu tetap bergeming hingga ucapan sang Papa mengejutkan dirinya. "Sebenarnya Papa ingin menjodohkan kamu dengan Pak Rangga." Deg Jantung Kania yang awalnya baik-baik saja kini berpacu dengan cepat, sehingga matanya turut membuka sempurna. "Apa!? dijodohkan dengan Rangga? CEO siputra Group itu?" Suara Kania sedikit meninggi mengiringi keterkejutannya. "Iya, dia hampir mirip dengan Arga. Lagipula kemarin Papa juga sudah bicara dengan papanya." Jelas sang Papa. Jika dilihat dari ekspresi dan raut wajah jelas Papa Kania lebih setuju apabila sang anak bersama Rangga daripada dengan Damar. Tapi Kania menolak keinginan sang Papa, dia baru saja jadian dengan Damar jadi bagaimana mungkin dia bersedia dijodohkan dengan Rangga. "Kania tidak bisa Pa." Tuturnya kemudian. Jawaban Kania membuat papanya kecewa, "Apa penolakan kamu ini karena Damar?" Papa Kania sud

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Kontraksi

    Pagi itu Kania sibuk berkutat di dapur, dia sengaja menyiapkan makanan untuk kekasih tercintanya yang kini berada di rumah sakit. Kotak bekal makanan siap di meja makan tentu hal ini mengundang pertanyaan sang Papa. "Bekal makanan ini untuk siapa?" Kania tersenyum menatap sang papa. "Untuk Damar Pa, sebelum ke kantor Kania mau jenguk dia terlebih dahulu." Pria paruh baya itu agak kesal mendengar jawaban sang anak. "Apa kamu yakin dengan Damar Kania?" Sang papa juga menatap balik sang anak. Seraut wajah nanar mencuat, dia mencintai Damar tentu dirinya yakin bersama pria itu. "Seratus persen Pa, Kania mencintainya." Sebagai orang tua tentu sang papa menginginkan yang terbaik untuk sang anak tapi apabila sang anak menolak, sang Papa pun tidak bisa apa-apa selain mendoakan. "Meskipun begitu Papa harap kamu bisa berpikir kembali Kania, Rangga jauh lebih baik dari Damar." Ujar sang Papa yang kemudian pergi meninggalkan makanan yang baru dimakan sedikit. "Pa, maafkan Kania.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Kania Marah

    Sepanjang perjalanan Lalita terus saja tertawa melihat ekspresi sang suami, baru begini saja sudah bingung setengah mata lantas bagaimana apabila dirinya melahirkan nantinya? "Mas Mas, malu sama dokternya." Lalita menggelengkan kepala. Arga masa bodoh, memangnya malu kenapa toh mereka juga sudah menikah. Kini mereka fokus dengan pandangan mereka masing-masing hingga suara Lalita terdengar. "Mas aku masuk kerja ya, bosan aku di rumah. Lagipula kan hanya kontraksi biasa." Dengan tatapan memohon Lalita meminta Arga mengijinkannya bekerja. Tatapan maut pria itu lempar, sudah terlihat apabila dia tidak setuju dengan keinginan sang istri. "Aku tidak mau ambil resiko, di rumah saja istirahat!" Ucapannya bak harga mati yang tidak bisa dibantah sehingga Lalita diam menunduk, menurut apa yang suaminya ucapkan. Usai mengantar Lalita pulang, Arga bergegas berangkat karena dirinya sudah sangat telat. Pekerjaan hari ini sangat banyak, ketidakhadiran sekertaris maupun asistennya membuat

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Ajakan Makan Malam

    Kata-kata marah hilang sudah, bahkan rasa kesal yang sedari tadi bergejolak di dada tak tau kemana. Kini hanya ada rasa nikmat yang terus sang pria berikan. Kecupan lembut berubah menjadi pautan panas yang membuat keduanya hanyut dalam nafsu. Kania meremas tangannya yang berkeringat, aktivitas mereka cukup membuat suhu tubuh naik drastis meski ada AC mobil yang terus menyala. Mata Kania terpejam, dia begitu menikmati setiap kecupan, bahkan lidahnya turut bermain beriringan dengan lidah sang kekasih. Nafas terus memburu seiring aktivitas mereka sehingga selang berikutnya Damar mengakhiri pautannya. Keduanya saling diam, sambil mengatur nafas masing-masing. "Kamu kenapa nggak bilang-bilang?" Protes Kania malu-malu sambil mengusap sisa saliva di bibirnya. "Kalau bilang belum tentu kamu mau," sahut Damar dengan malu-malu pula. "Pasti mau lah Damar." Spontan Kania keceplosan. Wanita itu memukul kecil kepalanya, menyipitkan mata merutuki kebodohannya. 'Apa yang aku kata

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26

Bab terbaru

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Salah Paham

    Buru-buru Amira melepaskan diri, dia segera menunduk, "Maafkan saya Pak." "Tidak apa-apa." Sahut Rangga. Amira segera pamit pergi sementara Rangga terus menatap punggung wanita itu. "Apa dia yang kupaksa malam itu?" Tak ingin terus memikirkan Amira, Rangga kembali ke ruangannya.Di atas mejanya sudah banyak berkas yang menumpuk, padahal ketika dia pergi tadi mejanya sudah kosong. "Apa lagi ini." Gumamnya yang merasa malas mengerjakan berkas-berkas tersebut. Tak selang lama, Gilang datang melapor. Dia menunjukkan salah satu desain yang perusahaan perlukan. "Bagus sekali siapa yang mendesain?" tanya Rangga sambil menelisik desain yang diberikan oleh Gilang. "Amira salah satu pegawai magang." Jawab Gilang. Rangga mengerutkan alisnya, "Apa dia yang tadi menghadap?" Kini tatapannya beralih ke Gilang. Asisten itu mengangguk, dia kembali menunjukkan desain Amira yang lain. CEO tampan nan hangat itu mengukir senyuman, "Dia lagi." Sungguh Rangga tak menyangka, jika seorang

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Pekerja Magang

    Rangga dillanda kebingungan hingga dia menemukan sebuah catatan kecil yang terjatuh di lantai. Senyum pria itu merekah, "Ternyata." kini dia tahu siapa wanita yang telah dia paksa untuk melayani hasrat biologisnya semalam. Amira Ningrum, seorang gadis muda yang kini magang di kantor Rangga, semalam dia berada di club karena diminta menghadiri pesta teman sekelasnya dulu. Alhasil dia yang ingin pulang terlebih dahulu malah nyasar.. Namun siapa sangka, gadis polos itu justru berakhir di tempat tidur bersama CEOnya sendiri. Semalaman Amira memikirkan hal tragis yang terjadi padanya namun dia juga tidak berani berkomentar atau menceritakan nasib tragisnya kepada sang teman. "Aku perhatikan dari semalam kamu terlihat sedih, ada apa?" tanya Vina yang merupakan teman seperjuangannya. "Apa terjadi sesuatu ketika di club semalam?" Kembali Vina melanjutkan ucapannya. "Tidak apa-apa Vina, aku hanya teringat akan almarhum adik," sahut Amira berbohong. Tak ingin membuat Vina terus bertanya

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Bertanggung Jawab

    Pikiran Arga sangat liar sehingga dia mengajak sang istri bercinta diluar ruangan, Lalita yang awalnya menolak kini justru merasa senang. Sungguh ide suaminya kini sangat brilian, bercinta di bawah sinar rembulan yang diiringi suara ombak benar-benar pengalaman bercinta yang amazing. "Ini akan menjadi kenangan yang sangat indah" Arga nampak ngos-ngosan setelah mendapatkan pelepasannya. "Iya Mas ternyata seru ya." Ujar Lalita. Sementara Arga dan Lalita menikmati malam panas mereka diluar ruangan, Rangga duduk sendiri di teras villanya yang mengadap kelaut. Dia meminta Gilang untuk membawakan sebotol minuman beralkohol, dia ingin menikmati malam di pulau dewata sembari menghangatkan tubuh. "Anda yakin ingin minum pak?" Gilang nampak mengerutkan alisnya. "Sedikit minum aku rasa tidak apa-apa, malam sangat dingin." Sahut Rangga sambil tersenyum. Tiba-tiba ingin minum bukan tanpa alasan, pria itu sangat stres dengan perasaannya. Awalnya dia dang Gilang nampak baik-saja

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Gak Jadi Sedih

    Hari yang ditentukan untuk pergi berlibur telah tiba, Satu jet pribadi khusus untuk CEO dan asistennya satu lagi pesawat pribadi untuk para petinggi kantor. "Mari kita berangkat." Gilang terlihat sangat senang. Dia melangkahkan kaki terlebih dahulu menaiki tangga jet tersebut. Para CEO yang biasanya berpakaian formal kini menjelma pria casual dengan tampilan santainya. Sungguh pemandangan yang sangat meremajakan mata. "Astaga Mas Rangga ganteng banget." Mata Lalita terus menatap Rangga yang berpakaian kasual ala-ala anak muda. Mendengar puja-puji yang keluar dari mulut istrinya tentu membuat Arga cemburu. "Kamu pikir dia saja yang ganteng!" Ujarnya kesal. "Iya lah Mas.... " Tanpa sadar Lalita berkata demikian, namun beberapa detik kemudian wanita itu menutup mulutnya. Dia terkekeh menatap Arga. "Maksud aku setelah kamu Mas." Rangga tersenyum senang, meski tidak bisa memiliki Lalita paling tidak wanita itu ngefans pada dirinya. "Pindah ke pesawat satunya Rangga." Tak senang A

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Liburan Bersama

    Pria itu segera bangkit, dia mencoba membangunkan Kania tapi agaknya wanita itu tidak mau membuka matanya. Segera Damar menggendong tubuh Kania untuk dibawa ke rumah sakit. "Sayang kamu kenapa!" Damar terlihat begitu panik. Memiliki skil mengemudi yang cukup baik membuat dia dengan cepat tiba di rumah sakit. Segera Damar memanggil suster, dan setelah dilakukan pemeriksaan Dokter mengatakan jika Kania kekurangan nutrisi. "Bagaimana bisa dia kekurangan nutrisi?" Damar begitu syok. "Apa istri anda diet?" tanya Sang dokter. "Sepertinya tidak." Jawab Damar ragu-ragu. Tapi jika diingat lagi, beberapa hari ini dia tidak melihat istrinya makan berbeda dengan sebelumnya. Mengingat hal yang memicu pingsan adalah kekurangan nutrisi Dokter segera mengalihkan pemeriksaan Kania ke dokter kandungan, bagaimanapun juga kondisi calon bayi di dalam harus diperiksa. Ketika dokter melakukan USG, kerutan-kerutan terlihat di dahinya, pemeriksaan awalnya menunjukan satu janin saja tapi mengapa tiba

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Selalu Lapar!

    Seiring berjalannya kehidupan Arga dan Lalita normal kembali, siang itu Lalita datang ke kantor untuk mengantar makan siang suaminya. "Mas." Lalita berjalan menuju meja kerja sang suami. Sementara Arga yang sangat fokus dengan pekerjaannya tidak menyadari kedatangan sang istri. Dia mengira suara langkah kaki yang mendekat adalah langkah sekertarisnya Mawar. Tanpa meliaht dia mengusir sekertarisnya itu yang sebenarnya adalah sang istri. "Letakkan berkasnya lalu pergilah!" Ujar Arga. Lalita hanya tersenyum melihat sang suami. "Aku baru datang tapi kamu sudah menyuruh pergi saja Mas." Sahut Lalita. Sangat mengenal suara itu dengan jelas, Arga pun mengalihkan pandangannya. Dia terkejut jika yang berada di hadapannya adalah sang istri. "Sayang." Dia pun menjeda pekerjaannya. Senyumam manis Arga tunjukkan. "Aku ngantar makan siang tapi malah diusir." Goda Lalita sambil tertawa. "Maaf Sayang, aku kira sekretaris aku." Arga menjelaskan. CEO itu mengajak Lalita dudu

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Sadar

    Lalita terus larut dalam kesedihan, membuat Arga tak tahu lagi harus bagaimana. Dia sudah membujuk Lalita tapi istrinya terus saja bilang dia harus mengerti. "Terserah kamu lah Sayang." Pagi itu Arga pergi ke kantor dengan marah. Dia sudah tidak bisa mentolerir sikap Lalita lagi, bukan tidak boleh bersedih tapi suami juga ada batasannya. Kekecewaan serta kekesalannya kepada sang istri Arga alihkan ke pekerjaan sehingga pria itu perlahan gila kerja kembali. Pagi buta dia berangkat larut baru pulang, tak terasa sudah sebulan dia seperti itu. Malam itu, Arcello demam tinggi. Baby Sitter sangat panik dan bingung. "Bagaimana ini." Seraut wajah bingung terlihat. Dengan langkah cepat dia memberanikan diri mengetuk pintu kamar majikannya. Tak berselang lama, Lalita keluar. "Maaf Bu, Tuan Arcello demam." Lalita sangat panik lalu dia berlari ke kamar sang anak. Segera wanita itu membawa Arcello ke rumah sakit, seusai diperiksa Dokter meminta Arcello agar di rawat mengingat bayi setahu

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Sedih Yang Mendalam

    Pria itu terus menatap istri sahabatnya, meski dokter bilang keadaan Lalita baik-baik saja dia tetap saja khawatir bahkan jika Lalita tak kunjung siuman maka dia akan meminta dokter untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh. Tak selang lama Lalita siuman, dia menangis lagi mencari ibunya. "Lalita! terimalah kenyataan jika ibu sudah tiada! kamu pastinya paham jika kita tidak boleh meratapi!" Selama kenal dengan Lalita, inilah kali pertama Rangga membentaknya. "Sabar lah, relakan kepergian ibu." Ujar pria itu kemudian. Wanita itu mengangguk, dan untuk kesekian kalinya Rangga membawa wanita rapuh itu ke dalam pelukannya. "Ada aku Lalita, ada suami kamu, biarkan ibu pulang dengan tenang." Rangga semakin mengerutkan pelukannya. Lalita yang terbawa suasana juga memeluk Rangga dengan erat, dia kini bak seorang adik yang tengah memeluk kakaknya. Sementara itu disisi lain, Arga barus selesai rapat. Dia yang lupa tidak membawa ponsel tentu tidak bisa dihubungi. Kedua netra

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Meninggal

    "Ibu kenapa meminta maaf." Lalita menggenggam tangan ibundanya. Wanita paruh baya itu tersenyum sambil memercing kesakitan. Melihat keadaan wanita tak berdaya itu, Rangga segera memanggil Dokter. Dia tentu tidak ingin terjadi apa-apa dengan ibunda Lalita. Tak berselang lama, dokter datang. Mereka segera diminta untuk memeriksa ibunda Lalita kembali. Dokter menunduk, Rangga yang tau ekspresi ini mengajak sang dokter bicara diluar. "Apa yang terjadi dengan pasien Dok?" Pria hangat itu bertanya dengan tatapan tajam. Ekspresi ketakutan tersirat di wajah sang dokter sehingga membuat Dokter penyakit dalam itu hanya diam. "Apa yang terjadi?" Suara Rangga mencuat. Segera Dokter menatap orang yang paling berkuasa di rumah sakit itu, "Dari hasil tes pencitraan rontgen, sel berbahaya sudah menyebar ke seluruh tubuh pasien itulah yang menyebabkan kami bingung harus bagaimana Pak Rangga." Ujar dokter. "Kenapa sebagai dokter kamu bingung! cepat bertindak!" Rangga yang tidak ingi

DMCA.com Protection Status