Agam sedikit mendongak ke atas dan menganggukkan kepalanya dengan pelan. Kemudian, dia merangkul Pamela dan bersiap untuk membawa gadisnya naik ke lantai atas.Namun, Pamela tetap tidak bergerak. Dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Paman, aku ingin menunggu memakan sayap ayam di sini. Aku nggak ingin ikut denganmu untuk bersosialisasi!"Agam tidak memaksakan kehendaknya. Dia mengusap-usap kepala gadisnya dan berkata, "Oke, kamu makan pelan-pelan di sini, ya. Aku naik ke atas sebentar, lalu kembali lagi untuk menemanimu."Pamela menganggukkan kepalanya dan memberikan isyarat tangan oke. Kemudian, dia menggigit tusukan daging yang disodorkan oleh Agam kepadanya tadi satu gigitan, seolah-olah sangat menikmati makanannya.Setelah Agam masuk ke dalam vila, Derry menyodorkan satu tusukan daging yang sudah selesai dipanggang lagi kepada Pamela. Dengan seulas senyum penuh arti, dia berkata, "Pamela, kamu benar-benar hebat, ya. Kamu bisa membuat seorang pria yang sulit diatur seperti Agam
Melihat Pamela seolah-olah benar-benar tidak mempermasalahkan hal itu, Justin baru menghela napas lega. "Baguslah kalau begitu! Selama kamu nggak marah padaku, ke depannya kita bisa menjalin hubungan baik!"Karena merasa topik pembicaraan itu sangat membosankan, Pamela tidak memedulikannya lagi.Justin menggaruk-garuk kepalanya dengan canggung dan berkata, "Pamela .... Jujur saja, sekarang aku sangat menyukaimu!"Seolah-olah baru saja mendengar lelucon, pergerakan tangan Pamela yang sedang membumbui sayap ayam pun terhenti. Begitu mendongak, dia melihat wajah Justin sudah memerah. Tanpa adanya perubahan pada ekspresinya sama sekali, dia berkata, "Oh, kalau begitu, terima kasih!"Melihat wanita di hadapannya itu sama sekali tidak tergerak, Justin mengerutkan keningnya dengan kesal. "Hei! Kenapa kamu sama sekali nggak memberikan tanggapan?""Oh? Tanggapan seperti apa yang harus kuberikan?" kata Pamela sambil mengambil kipas untuk membesarkan api di perapian. Menurutnya, kalau lebih matan
Pamela tidak memiliki kesan baik pada Kalana dan sama sekali tidak berniat untuk mengobrol dengan wanita itu.Namun, kelihatannya Kalana memang hendak mengatakan sesuatu hal yang penting.Kalau begitu, lebih baik dia mendengarkan ucapan wanita itu terlebih dahulu daripada harus menghadapi trik jahat wanita itu lagi.Pamela menarik lengannya, lalu merapikan lengan bajunya yang kusut. Kemudian, dia menganggukkan kepalanya kepada Kalana, menyunggingkan seulas senyum tipis dan berkata, "Oke, mari kita mengobrol."Ekspresi Kalana tampak membeku. Tindakan Pamela yang menarik lengannya tadi, sangat jelas menunjukkan bahwa dia tidak suka disentuh oleh Kalana. Kalana mengedipkan sepasang mata indahnya, memasang ekspresi seolah-olah tidak tahu sudah melakukan kesalahan apa, terlihat sangat polos dan kasihan ....Setelah keduanya duduk, Kalana angkat bicara terlebih dahulu. "Pamela, sebenarnya dalam beberapa hari ini, aku bisa melihat dengan jelas Agam sangat menyukaimu dan sangat baik padamu."S
Namun, Pamela malah terkekeh. "Aku nggak mengerti. Kalau aku meninggalkan Tuan Agam, Nona Kalana akan kembali ke sisinya. Tapi kamu nggak takut ditinggalkan olehnya kalau dia sudah bosan?" tanya Pamela.Mendengar ucapan Pamela, ekspresi Kalana menjadi sombong, bercampur dengan rasa simpati yang agak menghina. "Pamela, aku berbeda denganmu," kata Kalana.Pamela bertanya, "Oh ya? Beda apanya?"Kalana menjawab, "Aku memiliki latar belakang keluarga yang setara dengan Agam, orang tua yang mencintai dan menyayangiku, seorang kakak yang akan mendukungku apa pun yang terjadi dan seorang adik yang melindungiku. Kalau kamu? Nggak ada satu pun anggota keluargamu yang memberimu muka, 'kan?"Senyuman di wajah Pamela seketika menghilang. Dia tiba-tiba menyadari sesuatu. "Ternyata kamulah yang mencari Keluarga Alister dan memberi tahu mereka perihal aku menikah ke Keluarga Dirgantara," kata Pamela.Kalana tidak mengelak, dia berkata, "Benar, itu aku!"Dengan sangat tenang, Pamela berkata, "Jadi, kam
Kalana menurunkan kembali bajunya. Setelah merapikan dirinya, dia baru mengangkat kepalanya dan menatap Pamela dengan tatapan simpati, tetapi juga provokatif."Agam nggak bilang ke kamu, 'kan, kalau kami punya anak? Sekarang, kamu masih berani bilang kalau kamu percaya padanya?" tanya Kalana.Pamela memicingkan matanya dan bertanya, "Pada umur berapa kamu mengandung? Di mana anakmu sekarang?"Karena Pamela mulai menanyakan hal-hal spesifik, Kalana menebak bahwa Pamela pasti mulai memercayai ucapannya, jadi dia pun tersenyum kecil dan menjawab, "Bukankah kamu bilang kamu percaya pada Agam? Kamu bisa tanyakan hal-hal ini padanya! Tapi, kutebak, kalaupun kamu menanyakannya pada Agam, Agam juga nggak akan mengakuinya, dia nggak akan memberitahumu kebenarannya."Pamela terlihat benar-benar penasaran. Dengan alis terangkat, dia berkata, "Baiklah, kuanggap kamu nggak bohong. Kalau kalian sudah punya anak, kamu mencintainya, dia juga mencintaimu, kenapa kalian nggak langsung menikah saja?""Se
"Hah?" Pamela seketika merasa kebingungan. Dia menatap Kalana yang sedang bersandiwara sambil berbaring di lantai seakan-akan dia sedang menatap seseorang dengan penyakit jiwa ....Pada saat ini, Jason yang baru berjalan keluar dari vila langsung menerjang ke arah mereka. Dia seketika mendorong Pamela yang berdiri di sisi Kalana sambil bertanya dengan nada dingin, "Pergi sana! Apa yang mau kamu lakukan pada Kalana?!"Sebelum Pamela bisa menjawab, Jason sudah bergegas membungkukkan badannya dan membantu Kalana untuk berdiri dengan sangat sedih."Kalana, ada apa? Kamu baik-baik saja, 'kan?" tanya Jason.Bagaimanapun, kekuatan seorang pria jauh lebih besar daripada kekuatan wanita. Sekuat apa pun Pamela, dia tetap saja hampir jatuh karena dorongan Jason!Pamela mundur dengan terhuyung-huyung dan mencoba untuk berdiri dengan teguh. Namun, dia menginjak jalan berbatu yang dibuat khusus untuk vila ini. Dia tidak bisa mengendalikan tubuhnya, sehingga dia seketika tergelincir dan terjatuh ke k
Begitu Pamela berjalan memasuki ruang tamu vila itu, orang-orang yang sedang mengobrol dengan penuh semangat pun menatap ke arahnya dengan tatapan aneh ...."Siapa ini? Kenapa dia masuk seperti ini?""Dia sengaja basah-basahan untuk menggoda kita, ya?""Siapa yang bisa dia goda dengan pakaian denim yang biasa itu?!""Tapi, apakah kalian nggak merasa bahwa dia sangat cantik?""Siapa yang membawanya ke sini? Kenapa kita nggak pernah melihatnya sebelumnya?"Sambil mengamati dan menilai penampilan Pamela, orang-orang itu menebak-nebak identitasnya ....Setelah berjalan memasuki vila itu, Pamela sama sekali tidak memedulikan tatapan orang-orang itu. Dia hanya ingin mencari Derry, pemilik vila ini, untuk meminjam pakaian ganti yang bersih.Namun, Derry yang mengatakan bahwa dia mau pergi ke kamar mandi malah tidak kunjung kembali. Bayangan pria ini juga tidak terlihat di lantai pertama vila ini. Bukankah hari ini hari ulang tahunnya? Ke mana perginya pria ini?Saat Pamela sedang melihat ke s
Sementara orang-orang yang sedang bergosip itu adalah para pendamping wanita yang dibawa oleh teman-temannya Derry. Di antaranya, ada artis populer, selebritas internet dan ada juga beberapa putri dari keluarga kecil yang lebih terkenal.Suara orang-orang yang bergosip itu membuat orang yang mendengarnya sangat tidak nyaman. Andra mengernyit dan melirik sekilas ke orang-orang itu dengan kesal. Kemudian, dia berkata dengan lembut, "Lala, di sini ramai dan bising. Ayo ikut aku ke lantai atas, supaya kamu bisa mengeringkan rambutmu dengan handuk!""Baik, terima kasih," kata Pamela.Pamela menerima niat baik Andra dengan tenang karena dia tidak ingin berdiri di tempat ini sambil digunjingkan oleh orang-orang itu. Tempat ini sangat berisik, jadi dia pun mengikuti Andra ke lantai atas .......Sambil naik tangga dengan pelan, Andra mengamati Pamela yang berada di sampingnya. Ekspresinya jahat seperti biasanya, tetapi tatapannya terlihat seperti penuh pikiran. "Lala, Agam di mana? Kenapa dia