Setelah Pamela keluar, suasana ruang teh kembali ke semula.Rudi merasa tidak senang karena perkataannya disela, bahkan tidak menganggap asisten kampungan itu sangat penting. Jadi, dia menoleh untuk terus memperkenalkan filmnya pada Pak Agam, Tuan Muda Derry dan Tuan Muda Eric.Sementara Jovita mendekat dengan sikap memesona untuk menuangkan teh pada ketiga CEO, ketika mau menuangkan teh untuk Agam, dia pun sengaja mendekatinya ....Pria itu tiba-tiba berdiri dengan dingin. "Maaf, aku pamit dulu."...Agam keluar dari ruang teh, lalu melihat sekeliling, hanya saja tak menemukan Pamela, jadi ekspresinya menjadi dingin.Terdapat toilet untuk tamu VIP di depan ruang teh, tetapi kamar mandi itu boleh dimasuki pria dan wanita.Tiba-tiba pintu dibuka sedikit celah, Pamela pun mengulurkan kepalanya dan berkata, "Paman, aku ada di sini!"Selesai berbicara, dia langsung masuk ke dalam, tetapi tidak mengunci pintunya.Agam menyipitkan mata untuk berjalan ke kamar mandi ....Plak! Pintu kamar man
Ckckck, dia benaran melihatnya ....Sebelum Pamela memberi penjelasan, pria sudah membungkuk untuk mendekatinya, bahkan berbicara dengan nada yang menekan, "Bukankah aku pernah bilang jangan asal minum minuman yang diberi oleh orang asing, apa kamu anggap perkataanku hanya angin lalu?"Karena perbedaan tinggi badan, jadi Pamela hanya bisa menengadahkan kepalanya sehingga dia merasa tak nyaman. "Nggak kok, aku ingat apa yang kamu katakan ...."Wajahnya diangkat oleh Agam lagi. Jari tangan pria itu mencubit pipinya dengan lembut, lalu memegang dagunya dengan kuat sambil berkata, "Kalau sudah tahu, kenapa kamu melakukannya? Hah?"Pamela menjelaskan dengan sedih, "Paman, bukan seperti yang kamu pikir ...."Ekspresi pria itu tenang seperti biasa, tetapi dari tatapannya bisa terlihat dia marah. "Sekarang statusmu adalah istriku, tapi kamu malah minum bersilang dengan pria lain. Menurutmu, aku harus berpikir seperti apa?"Pamela merasa katanya benar, juga merasa tak berdaya, jadi hanya bisa b
"Aku takut hantu, tapi hantu belum tentu bisa melukaiku! Aku tak takut orang, tapi orang malah menyakitiku ...."Tiba-tiba ponselnya berdering, Pamela pun sadar, suasana mesra di antara mereka langsung hilang!Menghadapi tatapan pria yang mendalam, Pamela yang merasa tak nyaman mundur, lalu dia mengeluarkan ponselnya untuk melihat siapa yang meneleponnya. Ternyata Jovita yang meneleponnya.Sebelum mengangkat telepon, suara Jovita sudah bergema di luar kamar mandi, bahkan mengetuk pintu tanpa sungkan ...."Pamela, apa kamu ada di dalam? Aku sudah dengar deringan ponselmu yang jelek itu! Cepat kamu keluar, jangan bersembunyi di kamar mandi untuk bermalas-malasan!"Pamela mengerutkan alisnya, lalu menengadahkan kepala untuk melihat pria itu sambil menggerakkan bahunya dan berkata, "Paman, apa kamu sudah dengar? Ada orang yang mencariku, aku harus keluar dulu."Agam menundukkan kepala untuk melihatnya tanpa menyatakan dirinya setuju dia keluar atau gak.Pamela menggerakkan tubuhnya, lalu b
Hal ini membuat Jovita tercengang. Apa yang terjadi?Tadi Pamela baru keluar dari tempat itu, kenapa Pak Agam juga keluar dari sana?Apa tadi mereka berdua berada di dalam?Karena terpikir ada kemungkinan seperti itu, Jovita merasa kaget dulu, baru mulai waspada.Tadi saat Pamela menuangkan teh, tatapan Pak Agam dan Pamela agak aneh, sedangkan Pamela si rubah itu sangat pandai menggoda pria, mungkin dia sengaja menjatuhkan teh itu agar menarik perhatian Pak Agam. Lalu, menggunakan cara ini untuk menggoda Pak Agam ....Terpikir sampai sini, Jovita merasa dirinya tak bisa terima, bahkan harus tahu apa yang terjadi!Jadi, dia tersenyum manja sambil berjalan ke arah Agam dan bertanya dengan polos dan penasaran, "Pak Agam, tadi asistenku juga keluar dari kamar mandi ini, kenapa kamu juga keluar dari sini? Apa tadi kalian menggunakan satu kamar mandi?""Asistenmu?" Agam melirik Jovita dengan dingin, lalu berkata dengan dingin, "Nggak lihat!"Tidak lihat?Sikap pria itu sangat dingin, tapi me
Agam kembali ke ruang teh untuk duduk sebentar.Rudi masih menjelaskan naskah film barunya, tapi rasanya dia seperti bergumam sendiri, karena empat tuan muda di sana sedang berbincang, sampai akhirnya, tidak ada yang melihat Rudi.Tampaknya hari ini dia tidak akan berhasil mendapatkan investasi dari mereka ....Rudi hanya bisa melihat jam dengan tak berdaya. Saat ini sudah malam, kalau dia terus mengatakan hal ini, keempat tuan muda ini pasti merasa bosan.Dia terpaksa berdiri dengan tahu diri, lalu mencari alasan yang nggak logis untuk membawa Jovita memberi hormat pada mereka berempat dan menyampaikan sampai jumpa, baru keluar.Setelah di ruang teh tidak ada orang lain, Derry pun bercanda, "Agam, di mana istri mungilmu?"Andra juga bertanya, "Agam, di mana Lala?"Lala?Sebagai suaminya, dia tidak pernah memanggil nama seperti ini terhadap Pamela.Agam mengerutkan alis sambil melihat Andra. "Apa kalian ada urusan, jadi mau mencarinya?"Derry hanya berkata dengan ekspresi tertarik, "Ng
Ervin merasa merinding, lalu menoleh dengan ekspresi polos sambil berkata, "Tuan Agam, tadi siang perusahaan ada hal mendadak yang perlu diatasi, jadi aku nggak bisa menemani Nona Pamela ke cabang perusahaan. Tadi aku sudah tanya pada Pak Ikman melalui telepon, dia bilang Nona Pamela yang bersikeras mau menjadi asisten seorang aktris."Agam mengerutkan alis tanpa mengatakan apa-apa, bahkan tak bisa melihat ekspresinya.Ervin hati-hati berkata, "Besok aku akan mengatur pekerjaan baru yang lebih santai untuk Nona Pamela."Agam berkata tanpa ekspresi, "Nggak usah ngatur dia, karena itu pilihannya, terserah pada dia saja.""Baik.""Besok kamu pergi ke pameran lukisan Andra untuk melihat apa ada tiga lukisan Berenice, beli tiga lukisan itu, karena dia mau."Ervin mengingat hal ini. "Baik, aku sudah mengerti.""Oh ya, Tuan Agam, pengobatan Nona Kalana sudah mau berakhir, perkiraannya bulan depan akan kembali."Tatapan Agam menjadi dingin, lalu dia memejamkan mata sambil memijat alisnya. "Bai
Ekspresi pria itu sangat masam, dia menendang kursi di samping, lalu duduk dan menatapnya dengan dingin.Pamela hanya makan satainya tanpa memedulikan orang di sekitar. Saat makan sampai seru, dia memberikan satai kambing di tangannya ke depan mulut pria sambil tersenyum senang. "Cobalah!"Agam ragu sejenak, tetapi dia sepertinya tertarik, jadi pelan-pelan membuka mulutnya ....Pamela menarik balik satainya, lalu memakan satai itu sambil bercanda pada Agam, "Paman, bukankah tadi kamu bilang kamu nggak mau makan?"Ekspresi Agam yang tidak begitu dingin menjadi masam, bahkan sepasang mata disipitkan dan melintas rasa bahaya. "Mempermainkanku?"Pamela hanya mengatupkan bibirnya, lalu mengambil satai baru dari piring untuk diberikan padanya. "Sudahlah, aku nggak bercanda padamu lagi! Wanita dan pria harus jaga jarak, kita nggak boleh makan satu tusuk, itu juga nggak sehat. Aku traktir kamu makan satai baru! Cobalah, sangat enak!"Karena sudah dipermainkan sekali, kali ini Agam tidak akan m
Agam menyipitkan matanya. "Apa kamu kenal dekat dengan pemilik toko di sini?"Pamela menganggukkan kepalanya. "Ya, dulu kami sering makan malam di sini!""Kalian?""Ya ... aku dan temanku!"Tiba-tiba terpikir apa yang dikatakan pada wanita pemilik toko, kalau dia lebih ganteng dari pria yang sebelumnya dibawa Pamela kemari. Jadi, dia pernah bawa pria lain kemari?Siapa pria itu?Agam mengerutkan alisnya. "Teman atau mantan pacar?"Pamela menggelengkan kepalanya dengan jujur. "Bukan! Sedih juga mengatakan hal ini, sampai sekarang aku masih lajang, tak ada mantan pacar! Biasanya aku datang bersama teman kuliah dan teman-teman yang tumbuh bersamaku sejak kecil!"Tatapan Agam menjadi dingin. "Teman kuliah? Apa orang yang waktu itu memberimu kancing?""Bukan dia!" Setelah Pamela menjawab tanpa ragu, dia terbengong sejenak. "Tunggu dulu! Paman, kok kamu tahu ada yang memberikanku kancing?"Ekspresi Agam menjadi dingin, lalu mendengus sambil berkata, "Kebetulan hari itu aku di sekitar sana."