Mendengar pembahasan orang jalanan tentang perihal pacar, wajah Pamela menjadi merah.Seorang pria dan wanita bergandeng tangan sambil berjalan pasti akan disalahartikan sebagai pacar!Hanya saja dia dan Agam tidak berjalan berdampingan, melainkan satu di depan, satu di belakang. Paman berjalan di depan sambil menariknya, sedangkan dirinya berjalan di belakang dengan enggan.Daripada bilang mereka mirip seperti pasangan, lebih tepat bilang mereka mirip orang tua yang sedang menarik anak yang tak patuh ....Pamela merasa disalahpahami seperti ini kurang baik. Secara pribadi, dia dan paman hanyalah hubungan kerja sama, jadi dia ingin menarik balik tangannya, agar bisa menghilangkan kesalahpahaman orang di jalanan.Namun, ketika dia baru menarik tangannya, Pamela melihat mereka sudah tiba di depan mobil.Agam pun melepaskan genggamannya, lalu membantunya membuka pintu sambil berkata dengan pelan, "Masuklah."Pamela langsung membungkukkan tubuh dan masuk.Ketika dia naik mobil, pria meleta
Luka bakar memang lebih sakit daripada luka luar biasanya. Rasa sakitnya bukan sekali sakit, melainkan pelan-pelan merasa panas seperti terbakar, bisa dibilang rasa itu sulit diabaikan.Pamela menganggukkan kepalanya dan berkata, "Dulu aku tinggal di kampung, jadi aku harus memotong kayu, memasak air, menyalakan api dan yang lainnya. Awal aku baru melakukan, aku sering terkena luka bakar, jadi sakit sampai setiap malam nggak bisa tidur!"Agam mengerutkan alisnya dengan kuat, matanya yang hitam terlintas rasa panik. "Mulai umur berapa kamu melakukan hal itu?"Pamela hanya berkata, "Sudah tak ingat!"Pamela tidak ingin mengatakan lebih banyak tentang masa kecil, tadi dia hanya tidak sengaja mengungkit masa kecilnya, jadi dia tidak ingin meneruskannya lagi.Tangan pria itu mengusap di kepalanya seperti mengusap hewan yang tampaknya kasihan. "Apa kehidupan masa kecilmu sangat susah?""Nggak begitu susah!"Pamela tidak suka rasa dikasihani orang, jadi dia menyingkirkan tangan pria yang meng
Setelah kembali ke kediaman Keluarga Alister."Ayah, aku sudah pulang!"Selesai Pamela berbicara, ibu tirinya, Wulan langsung berlari untuk mengadang di dekat pintu, lalu berkata dengan prihatin yang pura-pura, "Pamela, kamu sebaiknya jangan masuk dulu, ayahmu sedang marah!"Pamela mengerutkan alisnya. "Tante Wulan, apa yang terjadi? Kenapa ayah marah padaku?"Wulan sengaja berkata dengan keras, "Semalam kamu telah menyinggung investor film baru kakakmu, ayahmu sudah mengetahui hal itu! Pamela, menurutku kamu jangan pulang dulu, kamu sembunyi di luar sana dulu! Tante Wulan berbuat begini juga demi kebaikanmu, takut ayahmu yang masih marah bisa memukulmu hingga mati!"Pamela menatap Wulan yang berakting dengan tenang dan senyum.Kalau wanita tua ini demi kebaikanmu, dia bisa duluan menelepon dirinya untuk jangan pulang dulu. Ngapain sampai depan rumah, baru mengatakan omong kosong ini!Trik Wulan yang pura-pura baik ini hanya berguna pada Darius saja!Saat ini, terdengar suara marah dan
Jovita menengadahkan kepalanya sambil menangis, lalu berkata dengan sedih, "Pamela, aku sangat baik padamu! Aku berniat baik membiarkanmu menjadi asistenku, bahkan duluan membayar gaji 20 juta untukmu. Kalau kamu jadi asisten orang lain, mana ada gaji setinggi ini! Tapi kenapa kamu mau mencelakaiku? Huhuhu ...."Wulan segera membujuk putrinya, "Jovita, jangan nangis lagi! Ayahmu dan aku tahu kamu sedih! Aduh, adikmu hanya iri padamu, jadi merusak kariermu. Tapi kita adalah sekeluarga, kamu anggap saja dia ceroboh, jangan keberatan padanya lagi!"Perkataan itu membuat Darius makin sakit hati, bahkan melihat Pamela dengan tatapan marah dan kecewa. "Lihatlah! Lihatlah, betapa baiknya Tante Wulan padamu, masalah sudah begini, tapi dia masih membujuk kakakmu untuk jangan keberatan denganmu! Bagaimana denganmu?"Pamela mencibir. "Hmm ...."Darius mengangkat tinggi sapunya, lalu ingin memukulnya, tapi seolah-olah teringat sesuatu yang dicemaskan, jadi dia tidak berani memukulnya. Hanya bisa m
Jovita merasa dia sedang membual, jadi berkata sambil memelototinya, "Siapa orangnya? Coba kamu bilang namanya!"Pamela berkata dengan tenang, "Ariel Yitara, CEO Perusahaan Vasant.""Perusahaan Vasant?" Jovita tercengang, lalu melihat ibunya, Wulan tanpa sadar, bahkan merasa sangat kaget.Darius bertanya dengan ekspresi penasaran, "Apa Perusahaan Vasant yang baru berdiri selama tiga tahun, tapi perkembangannya sangat pesat, bahkan akan menyaingi empat perusahaan besar itu?"Pamela menganggukkan kepalanya. "Benar, Perusahaan Vasant itu!"Darius bertanya lagi, "Kudengar CEO Perusahaan Vasant adalah wanita muda."Pamela menganggukkan kepalanya lagi. "Ya, dia adalah wanita cantik!"Jovita mendengus sambil menangis. "Pamela, kamu jangan membual di sini, bagaimana kamu bisa kenal dengan CEO Perusahaan Vasant! Menurutku, kamu itu nggak mau bertanggung jawab, jadi membohongi kami!"Setelah mendengar Jovita berkata seperti itu, ekspresi Darius menjadi serius, bahkan berkata dengan tak yakin, "P
"Halo, Nona Jovita."Suara wanita yang lembut dan sungkan terdengar dari telepon, wanita itu berkata dengan anggun, dari suaranya sudah bisa diketahui kalau dia adalah wanita muda yang sukses.Jovita menjadi gugup, bahkan nada bicaranya menjadi sopan dan menjawab perihal film dengan sungkan ....Tak lama kemudian, Jovita mengangguk dengan senyum sambil mengucapkan terima kasih dan sampai jumpa, baru menutup telepon.Darius dan Wulan bertanya dengan buru-buru di saat yang sama, "Bagaimana Jovita? Apa yang dia katakan?"Jovita berkata dengan senang, "Ayah, Ibu, Bu Ariel bilang dia akan mempertimbangkan masalah investasi film, tapi sekarang perusahaan mereka ada satu produk baru yang membutuhkan ambasador, dia tanya padaku apa aku tertarik menjadi ambasador mereka atau nggak?"Darius tertawa. "Jovita, ini adalah hal baik!"Wulan juga tertawa. "Semua produk Perusahaan Vasant sangat populer dan memiliki reputasi yang baik di kalangan masyarakat. Kalau kamu bisa menjadi ambasador produk mere
Marlon tersenyum sambil berkata dengan pelan, "Bos, lama tak berjumpa, aku sangat merindukanmu!"Pamela belum sempat menjawab, sudah terdengar suara Jovita dari belakang ...."Siapa yang datang?"Marlon langsung menyimpan senyum akrab di wajah, lalu berkata dengan anggun dan serius, "Halo, aku adalah wakil CEO Perusahaan Vasant, Marlon."Melihat pria tampan di luar, Jovita sudah melihat sampai bengong, ditambah dia dengar orang itu adalah wakil CEO Perusahaan Vasant. Jovita yang antusias mendorong Pamela ke samping sambil berkata, "Aduh! Aku mana berani membiarkan wakil CEO menjemputku!"Marlon tersenyum. "Aku datang untuk menjemput penyelamat Bu Ariel serta kakaknya penyelamat, jadi mana mungkin membiarkan orang biasa menjemput kalian."Setelah mendengar ini, ekspresi Jovita langsung berubah.Jovita tidak ingin mengungkit Pamela, tapi dia juga tidak ada cara lain, karena Pamela yang mendapatkan ponsel Bu Ariel. Sekarang Pamela juga perantara dirinya dan Bu Ariel ....Jadi, Jovita meng
Sedangkan sopir dan Pak Marlon yang di depan juga orangnya.Jovita memelototinya dengan sinis, kalau bukan budi Pamela mengembalikan ponsel pada Bu Ariel. Sekarang, dia tidak akan membawa adik kampungan ini ke Perusahaan Vasant!Pamela hanya orang kampungan yang rendahan!Tak lama kemudian, mobil sudah tiba di pusat kota dan berhenti di depan gedung Perusahaan Vasant!Marlon turun dari mobil, lalu berjalan ke sisi Pamela untuk membukakan pintu dengan hormat. "Nona Pamela, silakan."Pamela berdiri dan turun dari mobil tanpa ekspresi apa pun, seperti sudah biasa dilayani seperti ini.Jovita tidak puas dengan perlakukan seperti ini, tapi merasa Pak Marlon dekat dengan pintu mobil Pamela, bukan memperlakukan Pamela dengan istimewa.Jovita tidak bisa menerima dirinya diperlakukan lebih buruk daripada Pamela si wanita jalang itu, jadi dia tidak turun dari mobil, melainkan geser ke posisi Pamela untuk turun dari sana. Hanya saja, sebelum dia turun, Marlon sudah menutup pintu.Akhirnya, Jovita
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen