"Halo, Nona Jovita."Suara wanita yang lembut dan sungkan terdengar dari telepon, wanita itu berkata dengan anggun, dari suaranya sudah bisa diketahui kalau dia adalah wanita muda yang sukses.Jovita menjadi gugup, bahkan nada bicaranya menjadi sopan dan menjawab perihal film dengan sungkan ....Tak lama kemudian, Jovita mengangguk dengan senyum sambil mengucapkan terima kasih dan sampai jumpa, baru menutup telepon.Darius dan Wulan bertanya dengan buru-buru di saat yang sama, "Bagaimana Jovita? Apa yang dia katakan?"Jovita berkata dengan senang, "Ayah, Ibu, Bu Ariel bilang dia akan mempertimbangkan masalah investasi film, tapi sekarang perusahaan mereka ada satu produk baru yang membutuhkan ambasador, dia tanya padaku apa aku tertarik menjadi ambasador mereka atau nggak?"Darius tertawa. "Jovita, ini adalah hal baik!"Wulan juga tertawa. "Semua produk Perusahaan Vasant sangat populer dan memiliki reputasi yang baik di kalangan masyarakat. Kalau kamu bisa menjadi ambasador produk mere
Marlon tersenyum sambil berkata dengan pelan, "Bos, lama tak berjumpa, aku sangat merindukanmu!"Pamela belum sempat menjawab, sudah terdengar suara Jovita dari belakang ...."Siapa yang datang?"Marlon langsung menyimpan senyum akrab di wajah, lalu berkata dengan anggun dan serius, "Halo, aku adalah wakil CEO Perusahaan Vasant, Marlon."Melihat pria tampan di luar, Jovita sudah melihat sampai bengong, ditambah dia dengar orang itu adalah wakil CEO Perusahaan Vasant. Jovita yang antusias mendorong Pamela ke samping sambil berkata, "Aduh! Aku mana berani membiarkan wakil CEO menjemputku!"Marlon tersenyum. "Aku datang untuk menjemput penyelamat Bu Ariel serta kakaknya penyelamat, jadi mana mungkin membiarkan orang biasa menjemput kalian."Setelah mendengar ini, ekspresi Jovita langsung berubah.Jovita tidak ingin mengungkit Pamela, tapi dia juga tidak ada cara lain, karena Pamela yang mendapatkan ponsel Bu Ariel. Sekarang Pamela juga perantara dirinya dan Bu Ariel ....Jadi, Jovita meng
Sedangkan sopir dan Pak Marlon yang di depan juga orangnya.Jovita memelototinya dengan sinis, kalau bukan budi Pamela mengembalikan ponsel pada Bu Ariel. Sekarang, dia tidak akan membawa adik kampungan ini ke Perusahaan Vasant!Pamela hanya orang kampungan yang rendahan!Tak lama kemudian, mobil sudah tiba di pusat kota dan berhenti di depan gedung Perusahaan Vasant!Marlon turun dari mobil, lalu berjalan ke sisi Pamela untuk membukakan pintu dengan hormat. "Nona Pamela, silakan."Pamela berdiri dan turun dari mobil tanpa ekspresi apa pun, seperti sudah biasa dilayani seperti ini.Jovita tidak puas dengan perlakukan seperti ini, tapi merasa Pak Marlon dekat dengan pintu mobil Pamela, bukan memperlakukan Pamela dengan istimewa.Jovita tidak bisa menerima dirinya diperlakukan lebih buruk daripada Pamela si wanita jalang itu, jadi dia tidak turun dari mobil, melainkan geser ke posisi Pamela untuk turun dari sana. Hanya saja, sebelum dia turun, Marlon sudah menutup pintu.Akhirnya, Jovita
Pamela memejamkan matanya untuk menikmati pijatan Ariel sambil menjawab dengan tenang, "Beberapa saat ini, aku diganggu seorang serigala, jadi ada banyak masalah repot yang mau diatasi. Bisa dibilang, diriku nggak ada kebebasan."Di balik kacamata berbingkai emas Ariel ada sepasang mata bijak yang disipitkan. "Apa serigala yang dimaksud Anda adalah tuan muda Perusahaan Dirgantara itu?"Teringat dengan Paman itu ....Pamela mengerutkan alisnya, lalu bersenandung dengan kesal.Pamela tidak secara spesifik memberi tahu Ariel apa yang terjadi baru-baru ini, tetapi dia juga tidak kaget kalau Ariel tahu akan hal Agam, karena di sisinya ada Marlon si tukang gosip.Marlon mengambil beberapa camilan untuk Pamela, lalu menarik celana dengan anggun untuk berlutut di samping Pamela dan memijat kakinya, baru bergosip dengan senyum, "Bagaimana dengan kehidupan pernikahan Bos? Hal itu akur atau nggak, ya?"Pamela baru membuka sebungkus kentang dan hendak makan, tetapi wajahnya sudah menjadi merah kar
"Perusahaan Dirgantara yang berinisiatif mencari kami untuk membahas pesanan ini. CEO mereka yaitu Pak Agam yang kamu kenal suka dengan gaya desain bangunan Perusahaan Vasant. Jadi, dia meminta harus desainer Moon dari Perusahaan Vasant untuk mendesain bangunan baru Perusahaan Dirgantara."Pamela mengerutkan alisnya, Moon adalah nama kerjanya.Saat Pamela mendengar pesanan ini ada kaitan dengan Agam, Pamela tidak lagi ragu. "Nggak terima!""Tapi, Bos, biaya desain Perusahaan Dirgantara senilai ini!" Marlon di samping mengulurkan dua jarinya dan membuat huruf "T" dengan tangan.Dua triliun?!Pamela hampir saja tersedak kopi ....Paman benar-benar kaya!Perusahaan Vasant baru berdiri beberapa tahun, sekarang masih dalam tahap ekspansi bisnis. Meski nilai pasar perusahaan terus meningkat, uang yang bisa mereka gunakan tak banyak.Dua triliun ....Pamela benar-benar tidak bisa menolak godaan ini!Marlon dan Ariel saling menatap, merasa bos pasti tidak bisa menerima godaan begitu ....Marlo
Ekspresi Pamela menjadi serius, lalu segera berdiri dari kursi. "Marlon, kamu keluar untuk mengulur waktu, sedangkan aku akan mencari kesempatan untuk kabur. Jangan biarkan dia tahu aku ada di sini!""Baik!"Marlon langsung menyimpan sikap tak seriusnya dan menerima perintah untuk menyambut Agam.Pamela mengikuti Marlon sampai depan kantor, lalu melalui celah pintu untuk mengamati situasi di luar ....Hanya melihat Agam keluar dari lift diikuti dengan Ervin.Marlon menyambut dengan senyum. "Pak Agam, maaf atas penyambutan kami yang kurang baik."Agam menganggukkan kepalanya. "Kalian yang terlalu sungkan."Marlon secara alami menyampingkan tubuh untuk memandu jalan. "Bu Ariel bilang Pak Agam sangat tertarik dengan desain bangunan Perusahaan Vasant, sekarang aku akan membawamu untuk melihat interior Perusahaan Vasant dulu."Agam mengangkat tangan untuk menolak, "Nggak usah repot-repot, sebelum naik ke sini, aku sudah melihat interior di lantai bawah, juga sudah memahami gaya desain bangu
Ariel berkata, "Ini termasuk hal pribadi desainer, jadi saya nggak bisa mengatakannya."Agam tersenyum dengan dingin. "Tampaknya Perusahaan Vasant nggak berniat menerima pesanan Perusahaan Dirgantara, kalau begitu nggak usah dipaksa."Selesai berbicara, Agam meletakkan kopinya, lalu berdiri ....Percakapan mereka didengar jelas oleh Pamela yang di ruang istirahat!Nada bicara Agam sudah terdengar tak senang, dia juga tahu kalau Agam tidak punya kesabaran yang lebih.Hari ini kalau dia pergi, pesanan dua triliun akan melayang!Ketika sedang berpikir, Pamela tiba-tiba melihat di pojok ruang istirahat terletak setumpuk mesin yang dibeli oleh Marlon, di antara mesin itu ada masker anti racun ...."Pak Agam, tunggu dulu!"Agam yang sudah mau keluar tiba-tiba berhenti melangkah begitu mendengar suara itu, lalu pelan-pelan menoleh dengan mata yang disipitkan ....Setelah mendengar suara itu, Ariel menoleh dengan kaget!Penampilan bos ....Pamela mengganti baju Ariel di ruang istirahat, juga m
Setelah menjelaskan kedatangannya dengan antusias, Agam tidak memberi respons apa pun. Sikap ini membuat senyum di wajah Jovita menjadi kaku.Wajah Agam yang ganteng menjadi dingin, bahkan membuat orang merasa takut.Jovita tidak berani cari topik lagi, dia hanya menoleh melihat Ariel yang mengantar Agam keluar agar bisa menghilangkan suasana tegang ini."Bu Ariel, di mana asistenku, ya? Aku mau ambil sesuatu darinya!"Mata Ariel terlintas rasa gawat, dia memegang kacamata berbingkai emas dengan tenang sambil menjawab, "Nona Jovita, tadi asistenmu sudah keluar."Jovita mengerutkan alisnya dengan kesal. "Sudah keluar? Ke mana dia? Kenapa nggak menungguku kembali?!"Ariel tersenyum sopan, bahkan bersikap tak peduli. "Aku kurang tahu."Awalnya Jovita merasa tidak senang karena Pamela ditinggalkan untuk berbicara dengan Ariel. Sekarang dia mengetahui kalau wanita jalang itu pergi duluan tanpa memberi tahu dirinya, hal ini membuatnya sangat tidak senang. Dia segera mengeluarkan ponsel untuk