Setelah menjelaskan kedatangannya dengan antusias, Agam tidak memberi respons apa pun. Sikap ini membuat senyum di wajah Jovita menjadi kaku.Wajah Agam yang ganteng menjadi dingin, bahkan membuat orang merasa takut.Jovita tidak berani cari topik lagi, dia hanya menoleh melihat Ariel yang mengantar Agam keluar agar bisa menghilangkan suasana tegang ini."Bu Ariel, di mana asistenku, ya? Aku mau ambil sesuatu darinya!"Mata Ariel terlintas rasa gawat, dia memegang kacamata berbingkai emas dengan tenang sambil menjawab, "Nona Jovita, tadi asistenmu sudah keluar."Jovita mengerutkan alisnya dengan kesal. "Sudah keluar? Ke mana dia? Kenapa nggak menungguku kembali?!"Ariel tersenyum sopan, bahkan bersikap tak peduli. "Aku kurang tahu."Awalnya Jovita merasa tidak senang karena Pamela ditinggalkan untuk berbicara dengan Ariel. Sekarang dia mengetahui kalau wanita jalang itu pergi duluan tanpa memberi tahu dirinya, hal ini membuatnya sangat tidak senang. Dia segera mengeluarkan ponsel untuk
Pria ganteng dan wanita cantik berjalan beriringan, sungguh enak dilihat ....Melihat Pamela berjalan bersama Marlon dari Perusahaan Vasant, mata Jovita melintas rasa cemburu. Karena di depan mereka tiga orang yang hebat, dia hanya bisa tersenyum ramah, tapi malah bertanya dengan nada yang aneh, "Pamela, ke mana kamu?"Pamela berjalan mendekat, lalu menjawab dengan jujur, "Aku mau ke kamar mandi, tapi setelah cari sangat lama, juga nggak menemukan kamar mandi. Kemudian, bertemu dengan Pak Marlon, jadi merepotkannya untuk memandu aku ke kamar mandi."Jovita memelototi Pamela, lalu melihat ke arah Marlon dan berkata dengan sopan, "Pak Marlon, maaf sekali karena asistenku sudah merepotkanmu."Marlon hanya tersenyum. "Nggak apa-apa, tadi aku juga mau ke kamar mandi, jadi hanya sekalian membantunya."Jovita tertawa, tetapi dalam hatinya sangat tidak senang karena Pamela bisa bersama dengan Marlon ....Pamela bertanya dengan ekspresi patuh, "Kak Jovita, kok kamu sudah kembali? Apa sudah mema
Marlon menghela napas dengan tak berdaya, lalu menjawab, "Bos lompat keluar dari jendela kantor, lalu masuk ke kamar mandi melalui jendela. Inilah cara yang dia gunakan."Ariel mengerutkan alisnya. "Ini di lantai 30!"Marlon mengangkat bahunya sambil berkata, "Di ruang istirahat ada set panjat tebingku, jadi bos menggunakan alat itu! Selain itu, kamu juga tahu keterampilan bos gimana, jadi itu bukan kesulitan baginya!"Ariel melepaskan kacamata berbingkai emasnya, lalu memijat alisnya. "Jadi, orang di dalam?""Orang di dalam adalah Sekretaris Zee, bos menyuruhnya mengganti pakaian, lalu duduk di sana dengan mengenakan masker anti racun dan pura-pura sibuk bekerja!""Bos memang pintar!"Marlon menyipitkan mata sambil berpikir. "Ariel, kenapa Bos begitu menolak Agam tahu kalau dia adalah Moon?"Ariel meliriknya, lalu memperingatinya, "Bos pasti ada alasannya sendiri, kita jangan asal tebak!"Marlon memegang dagunya sambil berpikir. "Aku nggak percaya kalau Agam nggak suka pada Bos, aku h
Agam menyipitkan mata untuk melihat Pamela sambil tersenyum....Ting!Pintu lift terbuka.Agam memasukkan tangannya ke kantong celana sambil berjalan keluar, sedangkan Ervin mengikutinya dari belakang.Jovita juga menarik Pamela keluar, takut pria di depan akan lupa janji makan bersama dan pergi duluan ...."Nona Alister, tunggu dulu!"Tiba-tiba ada yang memanggilnya, Jovita pun berhenti melangkah, dia menoleh, lalu melihat Pak Marlon selaku wakil CEO Perusahaan Vasant keluar dari lift satunya lagi sambil menatapnya dengan senyum.Jovita berbalik dengan percaya diri sambil bertanya dengan senyum, "Pak Marlon, ada masalah apa sampai membuat Anda mengejar ke sini? Apa masih ada masalah ambasador yang perlu disampaikan padaku?"Marlon hanya meliriknya, lalu melihat ke arah Pamela. "Aku nggak mencarimu, aku mau mencari Nona Alister ini."Senyum di wajah Jovita menjadi kaku, tetapi dia tetap berusaha tersenyum dan berkata, "Begini, ya .... Pamela, cepat ke sana, Pak Marlon mencarimu!"Keti
"Terserah," jawab Agam.Dari nada bicara pria ini yang dingin, sepertinya dia sama sekali tidak tertarik untuk makan, tetapi dia malah tidak menolak.Jovita tidak berpikir panjang tentang sikap Agam yang cuek. Dia hanya merasa senang karena dia bisa makan siang dengan seorang pria terhormat seperti Agam."Kalau begitu, ayo pergi ke Restoran Yunella, makanan di sana enak-enak!" kata Jovita.Restoran Yunella adalah salah satu restoran kelas atas terbaik di Kota Marila. Harga makanan di restoran tersebut sangat mahal. Kalau bukan untuk mentraktir orang penting seperti Agam, Jovita biasanya juga tidak rela untuk makan di restoran itu!Agam hanya mengiakan ajakan Jovita dengan ekspresi datar, lalu berbalik dan berjalan ke arah pintu lobi ....Sambil mengikuti Agam, Jovita menoleh dan berteriak dengan kesal pada Pamela, "Ayo cepat, jangan lama-lama! Kamu mau membuat Pak Agam menunggumu, ya?"Pamela mengernyit dengan tidak berdaya, lalu menyusul kedua orang itu.Mereka datang dengan jemputan
Setelah Pamela duduk kembali dengan benar, Jovita tidak lagi mengganggunya. Dia takut dia akan membuat masalah lagi, sehingga Pamela memanfaatkan kesempatan itu dan bersandar pada Agam ....Menyebalkan sekali!'Dasar Pamela, wanita jalang yang nggak tahu malu! Tiap ada kesempatan, dia selalu menempel dengan pria itu!' pikir Jovita.Restoran Yunella yang dipilih oleh Jovita berada di pusat kota dan bisa dijangkau dalam waktu belasan menit dengan mobil.Mereka berjalan memasuki restoran itu dan duduk sesuai arahan pelayan restoran.Jovita lagi-lagi berdiri dengan manis dan berkata, "Pak Agam, silakan pesan, ya. Saya pergi ke kamar mandi dulu."Agam menganggukkan kepalanya dengan santai, tetapi tatapannya yang cuek bahkan tidak tertuju pada Jovita sedetik pun.Jovita menoleh dan berkata pada Pamela, "Pamela, temani aku!"Jovita hanya menyuruh Pamela untuk menemaninya sebagai sebuah alasan. Sebenarnya, dia takut setelah dia pergi, Pamela akan menggoda Agam!Pamela menganggukkan kepalanya d
Setelah menenangkan dirinya, Pamela berbalik dan melihat Agam yang sudah entah sejak kapan berada di belakangnya. Agam sedang menatapnya dengan tatapan suram.Entah mengapa, Pamela merinding. Tanpa disadari, dia langsung mematikan panggilan itu."Bukan siapa-siapa, aku hanya menelepon seorang teman!" jawab Pamela dengan santai sambil memasukkan ponselnya ke dalam kantong bajunya.Agam mengulurkan tangannya yang kurus ke hadapan Pamela dan berkata, "Sini ponselmu."Agam tampak seperti seorang guru yang ingin menyita ponsel muridnya.Pamela seketika tercengang. Dia mengernyit dengan kesal. Dia merasa bahwa Agam sangat mengherankan, tetapi dia juga tidak ingin berdebat dengan Agam di tempat ini. Setelah berpikir sejenak, dia mengeluarkan ponselnya dan menyerahkannya pada Agam.Saat Agam mengambil ponsel itu dan melihat layar ponsel yang terkunci, dia pun berkata dengan dingin, "Kata sandi."Pamela langsung berseru, "Paman, ini privasiku, aku berhak untuk nggak mengatakannya!"Agam memicin
Agam hanya menatapnya dengan tatapan dingin sambil mengangkat ponsel itu tinggi-tinggi. Dengan satu gerakan jarinya yang panjang, Agam menerima panggilan itu dan menekan tombol pengeras suara ....Terdengar suara dari ujung telepon lainnya. Marlon bertanya dengan lembut, "Nona Pamela, kenapa tadi panggilannya langsung dimatikan?"Pamela terdiam.Agam menatap Pamela yang tampak bersalah dengan tatapan mendalam dan bertanya, "Ini teman yang kamu katakan?"Pamela tidak menjawab. 'Marlon memang teman sekaligus bawahanku, aku hanya nggak bisa memberitahukannya padamu!' pikir Pamela.Untungnya, dia tidak menyimpan nomor telepon Marlon karena dia sudah menghafal nomor Marlon dan Ariel. Asalkan Marlon tidak asal bicara, Agam tidak akan menyadari bahwa mereka sebenarnya sudah saling kenal ...."Nona Pamela, kenapa kamu nggak berbicara? Kamu sekarang di mana? Apakah aku perlu pergi ke sana ..." tanya Marlon dengan penuh semangat.Agam memicingkan matanya dan menurunkan tangannya yang terangkat.