Setelah menenangkan dirinya, Pamela berbalik dan melihat Agam yang sudah entah sejak kapan berada di belakangnya. Agam sedang menatapnya dengan tatapan suram.Entah mengapa, Pamela merinding. Tanpa disadari, dia langsung mematikan panggilan itu."Bukan siapa-siapa, aku hanya menelepon seorang teman!" jawab Pamela dengan santai sambil memasukkan ponselnya ke dalam kantong bajunya.Agam mengulurkan tangannya yang kurus ke hadapan Pamela dan berkata, "Sini ponselmu."Agam tampak seperti seorang guru yang ingin menyita ponsel muridnya.Pamela seketika tercengang. Dia mengernyit dengan kesal. Dia merasa bahwa Agam sangat mengherankan, tetapi dia juga tidak ingin berdebat dengan Agam di tempat ini. Setelah berpikir sejenak, dia mengeluarkan ponselnya dan menyerahkannya pada Agam.Saat Agam mengambil ponsel itu dan melihat layar ponsel yang terkunci, dia pun berkata dengan dingin, "Kata sandi."Pamela langsung berseru, "Paman, ini privasiku, aku berhak untuk nggak mengatakannya!"Agam memicin
Agam hanya menatapnya dengan tatapan dingin sambil mengangkat ponsel itu tinggi-tinggi. Dengan satu gerakan jarinya yang panjang, Agam menerima panggilan itu dan menekan tombol pengeras suara ....Terdengar suara dari ujung telepon lainnya. Marlon bertanya dengan lembut, "Nona Pamela, kenapa tadi panggilannya langsung dimatikan?"Pamela terdiam.Agam menatap Pamela yang tampak bersalah dengan tatapan mendalam dan bertanya, "Ini teman yang kamu katakan?"Pamela tidak menjawab. 'Marlon memang teman sekaligus bawahanku, aku hanya nggak bisa memberitahukannya padamu!' pikir Pamela.Untungnya, dia tidak menyimpan nomor telepon Marlon karena dia sudah menghafal nomor Marlon dan Ariel. Asalkan Marlon tidak asal bicara, Agam tidak akan menyadari bahwa mereka sebenarnya sudah saling kenal ...."Nona Pamela, kenapa kamu nggak berbicara? Kamu sekarang di mana? Apakah aku perlu pergi ke sana ..." tanya Marlon dengan penuh semangat.Agam memicingkan matanya dan menurunkan tangannya yang terangkat.
Pamela berkata lagi, "Paman, kamu sebenarnya nggak pernah memercayaiku, 'kan?! Kamu menyuruh Ervin untuk mengaturkan pekerjaan untukku supaya kamu bisa menahanku di tempat yang bisa kamu kuasai, jadi kamu bisa langsung tahu aku lagi ngapain, apakah aku berselingkuh atau nggak. Benar, 'kan?"Agam memelototi wanita ini dengan matanya yang gelap dan tidak menjawab untuk sementara."Paman, sebenarnya aku hanya orang yang lewat selama tiga bulan di kehidupanmu yang jaya. Jadi, jangan coba-coba untuk mengendalikan aku! Kalau kamu nggak percaya padaku, aku bisa bersumpah padamu!" kata Pamela.Seusai berbicara, Pamela mengangkat tangannya dengan tegas dan berkata, "Aku, Pamela Alister, bersumpah, dalam waktu dua bulan dan tujuh hari yang tersisa, aku nggak akan berselingkuh dari Pak Agam. Kalau aku melanggar sumpah ini, aku akan meninggal dengan mengenaskan!"Setelah mengucapkan sumpahnya dengan tegas dan jelas, dia menurunkan tangannya, berbalik dan berjalan ke arah pintu ....Namun, baru saj
Tatapan Agam menggelap. Dia berpikir, setelah dua bulan dan tujuh hari lagi, gadis ini bisa berpacaran dan bermesraan dengan pria lain, sedangkan Agam tidak berhak mengaturnya lagi ....Tidak boleh!Pamela ditahan di pintu oleh Agam dan tidak bisa melepaskan diri. Dia merasa malu dan juga marah. Setelah sekian lama, pria ini masih saja tidak mengatakan apa pun. Pamela mulai kesal, dia pun mengernyit dan berkata, "Paman, kalau ada masalah, cepat katakan. Bisa lepaskan aku dulu, nggak? Kalau nggak ada urusan lainnya, aku mau keluar ... hmm?!"Pria ini tiba-tiba membungkukkan badannya dan mencium bibir gadis ini ....Pikiran Pamela seketika menjadi kosong. Dia membelalakkan matanya untuk memastikan apakah kejadian ini benar-benar terjadi atau tidak!Wajah Agam yang tampan berada sangat dekat dengannya, pria ini terus menciumnya dengan kuat ....Apa ini?Saat Pamela tersadar, dia merasa tersinggung dan marah. Dia mengangkat kedua tangannya dan mendorong dada pria ini. Namun, dia tidak hany
Pamela tidak bisa melepaskan dirinya dari pegangan Agam. Dalam kepanikannya, dia mengangkat tangannya yang lain dan menampar pria itu ....Plak!...Ervin mengadang di depan pintu dengan tubuhnya, tetapi Jovita malah tetap mendorong pintunya dari sebuah celah!Makin dilarang, Jovita makin merasa curiga. Dia harus masuk dan melihat apa yang sebenarnya dilakukan Agam di dalam. Apakah Agam sendirian atau bersama orang lain?Ervin tidak tahan lagi, dia pun berkata dengan marah, "Nona Jovita, kalau kamu masih saja bersikeras, jangan salahkan aku kalau aku main kasar denganmu!"Jovita sama sekali tidak menghargai Ervin. Baginya, sekretarisnya Agam hanyalah peran rendahan seperti asistennya sendiri.Dia tidak pernah menghargai asistennya, jadi dia merasa bahwa Agam juga tidak akan menghargai seorang sekretaris!Ervin hanyalah seorang sekretaris rendahan, tetapi dia juga berani sok hebat di hadapan Jovita. Begitu Jovita berhasil menaklukkan hati Agam, dia akan langsung membiarkan Agam memecat
Tadi, karena situasinya mendesak, Pamela menampar pria itu dan berhasil melarikan diri.Setelah mendengar Agam dan Jovita keluar dari ruangan itu, dia baru membuang napas dengan lega.Tiba-tiba, ponselnya berdering lagi, ada panggilan masuk dari Marlon.Pamela mengernyit dan menerima panggilan itu.Dengan sangat menghayati perannya, Marlon berkata, "Nona Pamela? Tadi, kata seorang pria, kamu sudah menikah. Aku nggak percaya! Cepat beri tahu aku bahwa itu nggak nyata ...."Pamela memotong ucapannya dengan kesal. "Sudahlah, jangan bersandiwara lagi, ini aku!" katanya.Marlon terdiam sesaat, lalu bergegas kembali ke nada bicaranya yang semula. Dia tertawa dan berkata, "Bos, bagaimana?""Bagaimana apanya?" tanya Pamela."Itu, apakah hubunganmu dengan Pak Agam membaik? Tadi, dia pasti cemburu, 'kan?" tanya Marlon.Setelah memahami apa yang sedang Marlon lakukan, Pamela berkata dengan tegas, "Ke depannya, jangan melakukan hal-hal aneh seperti ini lagi! Sudah kubilang, hubungan kerja sama ant
Entah mengapa, lagi-lagi Jovita sedang marah. Pamela mengiakan ucapan Jovita dan mematikan panggilan itu, lalu kembali ke dalam restoran.Pada siang hari, restoran mahal ini tidak ramai. Tempat yang dipesan oleh Jovita berada di samping jendela, sehingga mereka bisa makan sambil menikmati pemandangan sungai di luar. Tempat ini adalah tempat mahal yang jarang dipesan oleh tamu lain.Untuk tampil baik di hadapan Agam, Jovita merasa bahwa dia harus berpura-pura mampu dan memesan tempat ini!Biasanya, dia tidak akan rela menghabiskan uang sebanyak ini untuk memesan tempat ini. Namun, hal yang membuatnya kesal adalah dia sudah menghabiskan banyak uang untuk memesan tempat ini dan makanan mahal, tetapi Agam malah langsung pergi tanpa makan sama sekali!Pada saat ini, Pamela berjalan menghampiri Jovita dari kejauhan. Dia melihat Jovita yang duduk di samping jendela dengan lengan tersilang dan ekspresi kesal.Namun, Pamela hanya melihat Jovita sendirian, sedangkan Agam tidak terlihat.Sebenarn
Pamela mengeluarkan ponselnya sambil berkata, "Pak Agam seharusnya masih belum pergi jauh. Aku akan menghubungi sekretarisnya Pak Agam dan meminta Pak Agam untuk kembali."Jovita tercengang sesaat. Dia seketika tampak waspada. "Apa? Kenapa kamu bisa punya nomor telepon sekretarisnya Pak Agam?" tanya Jovita.Dengan ekspresi tenang, Pamela menjawab dengan santai, "Oh, tadi, saat aku keluar dari kamar mandi, aku kebetulan bertemu dengan sekretarisnya Pak Agam. Aku mengobrol sebentar dengannya dan sekalian mendapatkan nomor teleponnya.""Untuk apa kamu meminta nomor telepon sekretaris orang lain? Jangan berpikir untuk menggoda orang lain!" kata Jovita dengan sinis.Pamela menggelengkan kepalanya dengan sungguh-sungguh dan berkata, "Aku nggak berniat untuk menggoda siapa pun .... Tapi, karena aku sekarang menjadi asisten Kakak dan mendapatkan gaji besar dari Kakak, aku harus lebih bertanggung jawab. Aku ingin kenal lebih banyak orang, jadi aku mendapatkan nomor telepon sekretarisnya Pak Aga