Tadi, karena situasinya mendesak, Pamela menampar pria itu dan berhasil melarikan diri.Setelah mendengar Agam dan Jovita keluar dari ruangan itu, dia baru membuang napas dengan lega.Tiba-tiba, ponselnya berdering lagi, ada panggilan masuk dari Marlon.Pamela mengernyit dan menerima panggilan itu.Dengan sangat menghayati perannya, Marlon berkata, "Nona Pamela? Tadi, kata seorang pria, kamu sudah menikah. Aku nggak percaya! Cepat beri tahu aku bahwa itu nggak nyata ...."Pamela memotong ucapannya dengan kesal. "Sudahlah, jangan bersandiwara lagi, ini aku!" katanya.Marlon terdiam sesaat, lalu bergegas kembali ke nada bicaranya yang semula. Dia tertawa dan berkata, "Bos, bagaimana?""Bagaimana apanya?" tanya Pamela."Itu, apakah hubunganmu dengan Pak Agam membaik? Tadi, dia pasti cemburu, 'kan?" tanya Marlon.Setelah memahami apa yang sedang Marlon lakukan, Pamela berkata dengan tegas, "Ke depannya, jangan melakukan hal-hal aneh seperti ini lagi! Sudah kubilang, hubungan kerja sama ant
Entah mengapa, lagi-lagi Jovita sedang marah. Pamela mengiakan ucapan Jovita dan mematikan panggilan itu, lalu kembali ke dalam restoran.Pada siang hari, restoran mahal ini tidak ramai. Tempat yang dipesan oleh Jovita berada di samping jendela, sehingga mereka bisa makan sambil menikmati pemandangan sungai di luar. Tempat ini adalah tempat mahal yang jarang dipesan oleh tamu lain.Untuk tampil baik di hadapan Agam, Jovita merasa bahwa dia harus berpura-pura mampu dan memesan tempat ini!Biasanya, dia tidak akan rela menghabiskan uang sebanyak ini untuk memesan tempat ini. Namun, hal yang membuatnya kesal adalah dia sudah menghabiskan banyak uang untuk memesan tempat ini dan makanan mahal, tetapi Agam malah langsung pergi tanpa makan sama sekali!Pada saat ini, Pamela berjalan menghampiri Jovita dari kejauhan. Dia melihat Jovita yang duduk di samping jendela dengan lengan tersilang dan ekspresi kesal.Namun, Pamela hanya melihat Jovita sendirian, sedangkan Agam tidak terlihat.Sebenarn
Pamela mengeluarkan ponselnya sambil berkata, "Pak Agam seharusnya masih belum pergi jauh. Aku akan menghubungi sekretarisnya Pak Agam dan meminta Pak Agam untuk kembali."Jovita tercengang sesaat. Dia seketika tampak waspada. "Apa? Kenapa kamu bisa punya nomor telepon sekretarisnya Pak Agam?" tanya Jovita.Dengan ekspresi tenang, Pamela menjawab dengan santai, "Oh, tadi, saat aku keluar dari kamar mandi, aku kebetulan bertemu dengan sekretarisnya Pak Agam. Aku mengobrol sebentar dengannya dan sekalian mendapatkan nomor teleponnya.""Untuk apa kamu meminta nomor telepon sekretaris orang lain? Jangan berpikir untuk menggoda orang lain!" kata Jovita dengan sinis.Pamela menggelengkan kepalanya dengan sungguh-sungguh dan berkata, "Aku nggak berniat untuk menggoda siapa pun .... Tapi, karena aku sekarang menjadi asisten Kakak dan mendapatkan gaji besar dari Kakak, aku harus lebih bertanggung jawab. Aku ingin kenal lebih banyak orang, jadi aku mendapatkan nomor telepon sekretarisnya Pak Aga
Di sisi lain ....Setelah Pamela dan Ervin menyepakati waktu dan lokasinya, panggilan itu dimatikan. Pamela menarik sebuah kursi dan duduk. Dia sudah mulai lapar, jadi dia ingin makan ....Tadi, sebenarnya Jovita-lah yang menyuruh Pamela untuk mengatakan nama hotel itu pada Ervin.Tadi, Jovita mendekati Pamela untuk mendengar ucapan dari ujung telepon lainnya. Mendengar Agam menyetujui undangan makan malam itu, Jovita mulai membisikkan nama hotel itu di telinga Pamela. Pamela tidak keberatan, dia pun langsung menyampaikan pesan itu pada Ervin.Baru saja Pamela mengangkat sendoknya untuk mulai makan, Jovita tiba-tiba langsung merampas sendok di tangannya!"Berdiri! Siapa yang membiarkanmu duduk? Siapa yang membiarkanmu makan?" seru Jovita.Pamela mengernyit dan berkata, "Kak Jovita, aku sudah menyelesaikan masalah ini, jadi aku seharusnya sudah boleh makan, 'kan?"Jovita memelototinya dengan sinis dan berkata, "Masalahnya sudah terselesaikan? Bukankah akhirnya Pak Agam tetap saja nggak
Jovita malah merasa agak gelisah. Dia berkata, "Ibu, aku sangat tertarik pada Pak Agam. Tapi, bagaimanapun, Pak Agam sudah menikah, jadi aku merasa agak ragu. Kalau ...."Sebelum Jovita bisa menyelesaikan ucapannya, Wulan berkata, "Terus kenapa kalau dia sudah menikah? Dulu, Ibu menyingkirkan istri pertama ayahmu yang menyebalkan untuk mendapatkan posisi Ibu hari ini! Kalau istri pertama nggak bisa mengendalikan suaminya sendiri, itu kesalahan mereka sendiri. Semua orang bisa menduduki posisi mereka sendiri berdasarkan kemampuan mereka! Jovita, biar Ibu beri tahu kamu, bisa menjadi kekasih seorang pria dengan kedudukan seperti Tuan Agam jauh lebih terhormat daripada menjadi istri pria biasa! Terlebih lagi, hidup masih panjang. Ke depannya, kamu pasti punya kesempatan untuk menjadi istri sahnya!"Jovita merasa bahwa ucapan ibunya sangat masuk akal. Namun, dia masih takut-takut. "Tapi, Agam sangat dingin, aku bahkan nggak berani mendekatinya ....""Dia adalah tuan muda dari keluarga kela
Pada pukul delapan malam.Di Hotel Purnama.Saat Agam tiba di hotel ini, gadis resepsionis langsung memberikannya kartu akses untuk kamar 808 dan mengatakan bahwa ini adalah pesan dari tamu wanita di kamar 808.Setibanya di kamar 808, pria ini langsung memasuki ruangan.Tidak ada orang di dalam kamar yang luas dan mewah ini, hanya terdengar suara air mengalir dari kamar mandi.Agam berjalan melewati kamar mandi. Matanya yang gelap melirik sekilas ke arah kamar mandi. Dari kaca kamar mandi yang berpola bunga, samar-samar terlihat bayangan seorang wanita dengan lekuk tubuh bagus yang sedang mandi.Agam sedikit memicingkan matanya dan mengerutkan bibirnya. Tanpa disadari, dia mengalihkan tatapannya.Di meja makan di dalam ruangan, tersusun enam lauk dan satu kuah yang baru selesai dimasak dan masih mengepulkan asap panas.Apakah ini makanan yang gadis itu masakkan sendiri untuknya?Sebelumnya, Agam pernah mendengar dari pengurus rumahnya bahwa gadis ini terkadang-kadang suka membuat sedik
Mendengar suara langkah kaki pria itu yang mendekat, jantung Jovita mulai berdebar kencang. Akhirnya, pria yang dia inginkan, pria kaya yang akan menyokong sisa hidupnya akan segera datang dan menggendongnya!Dia sudah berekspektasi tinggi. Namun, pria itu malah hanya melangkah melewati dirinya tanpa meliriknya sama sekali dan langsung berjalan ke arah pintu kamar ....Ekspresi Jovita menjadi kaku. Dia mengulurkan tangannya dan berseru dengan manja, "Pak ... Pak Agam? Pak Agam, ke mana Anda pergi? Anda ke mana? Jangan pergi, Pak Agam. Saya kesakitan, tolong saya ...."Pria itu sama sekali tidak peduli dan langsung pergi begitu saja.Jovita berdiri dan ingin mengejar Agam, tetapi badannya tidak tertutup sehelai kain pun. Jika dia langsung pergi pakai baju pun dia sudah tidak sempat mengejar Agam ....Ada apa ini? Mengapa hal ini bisa terjadi?Ibunya sudah menambahkan bubuk dari dua bahan masakan yang meningkatkan gairah itu ke dalam tiap makanan. Asalkan pria ini memakannya sedikit saja
Mulut Pamela ditutup dengan pita perekat. Dia membelalakkan matanya dan mengeluarkan suara rintihan untuk menandakan bahwa dia ingin mengucapkan sesuatu.Penculik gemuk itu berpikir sesaat, lalu mengulurkan tangannya dan melepas pita perekat yang menutup mulut Pamela.Mulut Pamela ditutup untuk mencegahnya dari berteriak jika dia siuman di kota. Namun, sekarang, mereka berada di lahan kosong yang terpencil, jadi sekeras apa pun Pamela berteriak, tidak ada gunanya!Setelah Pamela mendapatkan kebebasan untuk berbicara, dia menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Karena kalian sudah tahu aku nggak berguna bagi Agam, bisakah kalian melepaskanku?"Penculik gemuk itu mendengus dengan kesal dan berkata, "Melepaskanmu? Kalau aku melepaskanmu, hari ini, semua upayaku sia-sia! Adik manis, kamu cantik sekali. Nanti, kamu bisa menemaniku bersenang-senang!"Pamela tersenyum dan berkata, "Kakak, tentu saja kita bisa bersenang-senang! Tapi, kamu juga harus melepaskanku dulu. Aku nggak suka dipaksa ..