Marlon menghela napas dengan tak berdaya, lalu menjawab, "Bos lompat keluar dari jendela kantor, lalu masuk ke kamar mandi melalui jendela. Inilah cara yang dia gunakan."Ariel mengerutkan alisnya. "Ini di lantai 30!"Marlon mengangkat bahunya sambil berkata, "Di ruang istirahat ada set panjat tebingku, jadi bos menggunakan alat itu! Selain itu, kamu juga tahu keterampilan bos gimana, jadi itu bukan kesulitan baginya!"Ariel melepaskan kacamata berbingkai emasnya, lalu memijat alisnya. "Jadi, orang di dalam?""Orang di dalam adalah Sekretaris Zee, bos menyuruhnya mengganti pakaian, lalu duduk di sana dengan mengenakan masker anti racun dan pura-pura sibuk bekerja!""Bos memang pintar!"Marlon menyipitkan mata sambil berpikir. "Ariel, kenapa Bos begitu menolak Agam tahu kalau dia adalah Moon?"Ariel meliriknya, lalu memperingatinya, "Bos pasti ada alasannya sendiri, kita jangan asal tebak!"Marlon memegang dagunya sambil berpikir. "Aku nggak percaya kalau Agam nggak suka pada Bos, aku h
Agam menyipitkan mata untuk melihat Pamela sambil tersenyum....Ting!Pintu lift terbuka.Agam memasukkan tangannya ke kantong celana sambil berjalan keluar, sedangkan Ervin mengikutinya dari belakang.Jovita juga menarik Pamela keluar, takut pria di depan akan lupa janji makan bersama dan pergi duluan ...."Nona Alister, tunggu dulu!"Tiba-tiba ada yang memanggilnya, Jovita pun berhenti melangkah, dia menoleh, lalu melihat Pak Marlon selaku wakil CEO Perusahaan Vasant keluar dari lift satunya lagi sambil menatapnya dengan senyum.Jovita berbalik dengan percaya diri sambil bertanya dengan senyum, "Pak Marlon, ada masalah apa sampai membuat Anda mengejar ke sini? Apa masih ada masalah ambasador yang perlu disampaikan padaku?"Marlon hanya meliriknya, lalu melihat ke arah Pamela. "Aku nggak mencarimu, aku mau mencari Nona Alister ini."Senyum di wajah Jovita menjadi kaku, tetapi dia tetap berusaha tersenyum dan berkata, "Begini, ya .... Pamela, cepat ke sana, Pak Marlon mencarimu!"Keti
"Terserah," jawab Agam.Dari nada bicara pria ini yang dingin, sepertinya dia sama sekali tidak tertarik untuk makan, tetapi dia malah tidak menolak.Jovita tidak berpikir panjang tentang sikap Agam yang cuek. Dia hanya merasa senang karena dia bisa makan siang dengan seorang pria terhormat seperti Agam."Kalau begitu, ayo pergi ke Restoran Yunella, makanan di sana enak-enak!" kata Jovita.Restoran Yunella adalah salah satu restoran kelas atas terbaik di Kota Marila. Harga makanan di restoran tersebut sangat mahal. Kalau bukan untuk mentraktir orang penting seperti Agam, Jovita biasanya juga tidak rela untuk makan di restoran itu!Agam hanya mengiakan ajakan Jovita dengan ekspresi datar, lalu berbalik dan berjalan ke arah pintu lobi ....Sambil mengikuti Agam, Jovita menoleh dan berteriak dengan kesal pada Pamela, "Ayo cepat, jangan lama-lama! Kamu mau membuat Pak Agam menunggumu, ya?"Pamela mengernyit dengan tidak berdaya, lalu menyusul kedua orang itu.Mereka datang dengan jemputan
Setelah Pamela duduk kembali dengan benar, Jovita tidak lagi mengganggunya. Dia takut dia akan membuat masalah lagi, sehingga Pamela memanfaatkan kesempatan itu dan bersandar pada Agam ....Menyebalkan sekali!'Dasar Pamela, wanita jalang yang nggak tahu malu! Tiap ada kesempatan, dia selalu menempel dengan pria itu!' pikir Jovita.Restoran Yunella yang dipilih oleh Jovita berada di pusat kota dan bisa dijangkau dalam waktu belasan menit dengan mobil.Mereka berjalan memasuki restoran itu dan duduk sesuai arahan pelayan restoran.Jovita lagi-lagi berdiri dengan manis dan berkata, "Pak Agam, silakan pesan, ya. Saya pergi ke kamar mandi dulu."Agam menganggukkan kepalanya dengan santai, tetapi tatapannya yang cuek bahkan tidak tertuju pada Jovita sedetik pun.Jovita menoleh dan berkata pada Pamela, "Pamela, temani aku!"Jovita hanya menyuruh Pamela untuk menemaninya sebagai sebuah alasan. Sebenarnya, dia takut setelah dia pergi, Pamela akan menggoda Agam!Pamela menganggukkan kepalanya d
Setelah menenangkan dirinya, Pamela berbalik dan melihat Agam yang sudah entah sejak kapan berada di belakangnya. Agam sedang menatapnya dengan tatapan suram.Entah mengapa, Pamela merinding. Tanpa disadari, dia langsung mematikan panggilan itu."Bukan siapa-siapa, aku hanya menelepon seorang teman!" jawab Pamela dengan santai sambil memasukkan ponselnya ke dalam kantong bajunya.Agam mengulurkan tangannya yang kurus ke hadapan Pamela dan berkata, "Sini ponselmu."Agam tampak seperti seorang guru yang ingin menyita ponsel muridnya.Pamela seketika tercengang. Dia mengernyit dengan kesal. Dia merasa bahwa Agam sangat mengherankan, tetapi dia juga tidak ingin berdebat dengan Agam di tempat ini. Setelah berpikir sejenak, dia mengeluarkan ponselnya dan menyerahkannya pada Agam.Saat Agam mengambil ponsel itu dan melihat layar ponsel yang terkunci, dia pun berkata dengan dingin, "Kata sandi."Pamela langsung berseru, "Paman, ini privasiku, aku berhak untuk nggak mengatakannya!"Agam memicin
Agam hanya menatapnya dengan tatapan dingin sambil mengangkat ponsel itu tinggi-tinggi. Dengan satu gerakan jarinya yang panjang, Agam menerima panggilan itu dan menekan tombol pengeras suara ....Terdengar suara dari ujung telepon lainnya. Marlon bertanya dengan lembut, "Nona Pamela, kenapa tadi panggilannya langsung dimatikan?"Pamela terdiam.Agam menatap Pamela yang tampak bersalah dengan tatapan mendalam dan bertanya, "Ini teman yang kamu katakan?"Pamela tidak menjawab. 'Marlon memang teman sekaligus bawahanku, aku hanya nggak bisa memberitahukannya padamu!' pikir Pamela.Untungnya, dia tidak menyimpan nomor telepon Marlon karena dia sudah menghafal nomor Marlon dan Ariel. Asalkan Marlon tidak asal bicara, Agam tidak akan menyadari bahwa mereka sebenarnya sudah saling kenal ...."Nona Pamela, kenapa kamu nggak berbicara? Kamu sekarang di mana? Apakah aku perlu pergi ke sana ..." tanya Marlon dengan penuh semangat.Agam memicingkan matanya dan menurunkan tangannya yang terangkat.
Pamela berkata lagi, "Paman, kamu sebenarnya nggak pernah memercayaiku, 'kan?! Kamu menyuruh Ervin untuk mengaturkan pekerjaan untukku supaya kamu bisa menahanku di tempat yang bisa kamu kuasai, jadi kamu bisa langsung tahu aku lagi ngapain, apakah aku berselingkuh atau nggak. Benar, 'kan?"Agam memelototi wanita ini dengan matanya yang gelap dan tidak menjawab untuk sementara."Paman, sebenarnya aku hanya orang yang lewat selama tiga bulan di kehidupanmu yang jaya. Jadi, jangan coba-coba untuk mengendalikan aku! Kalau kamu nggak percaya padaku, aku bisa bersumpah padamu!" kata Pamela.Seusai berbicara, Pamela mengangkat tangannya dengan tegas dan berkata, "Aku, Pamela Alister, bersumpah, dalam waktu dua bulan dan tujuh hari yang tersisa, aku nggak akan berselingkuh dari Pak Agam. Kalau aku melanggar sumpah ini, aku akan meninggal dengan mengenaskan!"Setelah mengucapkan sumpahnya dengan tegas dan jelas, dia menurunkan tangannya, berbalik dan berjalan ke arah pintu ....Namun, baru saj
Tatapan Agam menggelap. Dia berpikir, setelah dua bulan dan tujuh hari lagi, gadis ini bisa berpacaran dan bermesraan dengan pria lain, sedangkan Agam tidak berhak mengaturnya lagi ....Tidak boleh!Pamela ditahan di pintu oleh Agam dan tidak bisa melepaskan diri. Dia merasa malu dan juga marah. Setelah sekian lama, pria ini masih saja tidak mengatakan apa pun. Pamela mulai kesal, dia pun mengernyit dan berkata, "Paman, kalau ada masalah, cepat katakan. Bisa lepaskan aku dulu, nggak? Kalau nggak ada urusan lainnya, aku mau keluar ... hmm?!"Pria ini tiba-tiba membungkukkan badannya dan mencium bibir gadis ini ....Pikiran Pamela seketika menjadi kosong. Dia membelalakkan matanya untuk memastikan apakah kejadian ini benar-benar terjadi atau tidak!Wajah Agam yang tampan berada sangat dekat dengannya, pria ini terus menciumnya dengan kuat ....Apa ini?Saat Pamela tersadar, dia merasa tersinggung dan marah. Dia mengangkat kedua tangannya dan mendorong dada pria ini. Namun, dia tidak hany