Ckckck, dia benaran melihatnya ....Sebelum Pamela memberi penjelasan, pria sudah membungkuk untuk mendekatinya, bahkan berbicara dengan nada yang menekan, "Bukankah aku pernah bilang jangan asal minum minuman yang diberi oleh orang asing, apa kamu anggap perkataanku hanya angin lalu?"Karena perbedaan tinggi badan, jadi Pamela hanya bisa menengadahkan kepalanya sehingga dia merasa tak nyaman. "Nggak kok, aku ingat apa yang kamu katakan ...."Wajahnya diangkat oleh Agam lagi. Jari tangan pria itu mencubit pipinya dengan lembut, lalu memegang dagunya dengan kuat sambil berkata, "Kalau sudah tahu, kenapa kamu melakukannya? Hah?"Pamela menjelaskan dengan sedih, "Paman, bukan seperti yang kamu pikir ...."Ekspresi pria itu tenang seperti biasa, tetapi dari tatapannya bisa terlihat dia marah. "Sekarang statusmu adalah istriku, tapi kamu malah minum bersilang dengan pria lain. Menurutmu, aku harus berpikir seperti apa?"Pamela merasa katanya benar, juga merasa tak berdaya, jadi hanya bisa b
"Aku takut hantu, tapi hantu belum tentu bisa melukaiku! Aku tak takut orang, tapi orang malah menyakitiku ...."Tiba-tiba ponselnya berdering, Pamela pun sadar, suasana mesra di antara mereka langsung hilang!Menghadapi tatapan pria yang mendalam, Pamela yang merasa tak nyaman mundur, lalu dia mengeluarkan ponselnya untuk melihat siapa yang meneleponnya. Ternyata Jovita yang meneleponnya.Sebelum mengangkat telepon, suara Jovita sudah bergema di luar kamar mandi, bahkan mengetuk pintu tanpa sungkan ...."Pamela, apa kamu ada di dalam? Aku sudah dengar deringan ponselmu yang jelek itu! Cepat kamu keluar, jangan bersembunyi di kamar mandi untuk bermalas-malasan!"Pamela mengerutkan alisnya, lalu menengadahkan kepala untuk melihat pria itu sambil menggerakkan bahunya dan berkata, "Paman, apa kamu sudah dengar? Ada orang yang mencariku, aku harus keluar dulu."Agam menundukkan kepala untuk melihatnya tanpa menyatakan dirinya setuju dia keluar atau gak.Pamela menggerakkan tubuhnya, lalu b
Hal ini membuat Jovita tercengang. Apa yang terjadi?Tadi Pamela baru keluar dari tempat itu, kenapa Pak Agam juga keluar dari sana?Apa tadi mereka berdua berada di dalam?Karena terpikir ada kemungkinan seperti itu, Jovita merasa kaget dulu, baru mulai waspada.Tadi saat Pamela menuangkan teh, tatapan Pak Agam dan Pamela agak aneh, sedangkan Pamela si rubah itu sangat pandai menggoda pria, mungkin dia sengaja menjatuhkan teh itu agar menarik perhatian Pak Agam. Lalu, menggunakan cara ini untuk menggoda Pak Agam ....Terpikir sampai sini, Jovita merasa dirinya tak bisa terima, bahkan harus tahu apa yang terjadi!Jadi, dia tersenyum manja sambil berjalan ke arah Agam dan bertanya dengan polos dan penasaran, "Pak Agam, tadi asistenku juga keluar dari kamar mandi ini, kenapa kamu juga keluar dari sini? Apa tadi kalian menggunakan satu kamar mandi?""Asistenmu?" Agam melirik Jovita dengan dingin, lalu berkata dengan dingin, "Nggak lihat!"Tidak lihat?Sikap pria itu sangat dingin, tapi me
Agam kembali ke ruang teh untuk duduk sebentar.Rudi masih menjelaskan naskah film barunya, tapi rasanya dia seperti bergumam sendiri, karena empat tuan muda di sana sedang berbincang, sampai akhirnya, tidak ada yang melihat Rudi.Tampaknya hari ini dia tidak akan berhasil mendapatkan investasi dari mereka ....Rudi hanya bisa melihat jam dengan tak berdaya. Saat ini sudah malam, kalau dia terus mengatakan hal ini, keempat tuan muda ini pasti merasa bosan.Dia terpaksa berdiri dengan tahu diri, lalu mencari alasan yang nggak logis untuk membawa Jovita memberi hormat pada mereka berempat dan menyampaikan sampai jumpa, baru keluar.Setelah di ruang teh tidak ada orang lain, Derry pun bercanda, "Agam, di mana istri mungilmu?"Andra juga bertanya, "Agam, di mana Lala?"Lala?Sebagai suaminya, dia tidak pernah memanggil nama seperti ini terhadap Pamela.Agam mengerutkan alis sambil melihat Andra. "Apa kalian ada urusan, jadi mau mencarinya?"Derry hanya berkata dengan ekspresi tertarik, "Ng
Ervin merasa merinding, lalu menoleh dengan ekspresi polos sambil berkata, "Tuan Agam, tadi siang perusahaan ada hal mendadak yang perlu diatasi, jadi aku nggak bisa menemani Nona Pamela ke cabang perusahaan. Tadi aku sudah tanya pada Pak Ikman melalui telepon, dia bilang Nona Pamela yang bersikeras mau menjadi asisten seorang aktris."Agam mengerutkan alis tanpa mengatakan apa-apa, bahkan tak bisa melihat ekspresinya.Ervin hati-hati berkata, "Besok aku akan mengatur pekerjaan baru yang lebih santai untuk Nona Pamela."Agam berkata tanpa ekspresi, "Nggak usah ngatur dia, karena itu pilihannya, terserah pada dia saja.""Baik.""Besok kamu pergi ke pameran lukisan Andra untuk melihat apa ada tiga lukisan Berenice, beli tiga lukisan itu, karena dia mau."Ervin mengingat hal ini. "Baik, aku sudah mengerti.""Oh ya, Tuan Agam, pengobatan Nona Kalana sudah mau berakhir, perkiraannya bulan depan akan kembali."Tatapan Agam menjadi dingin, lalu dia memejamkan mata sambil memijat alisnya. "Bai
Ekspresi pria itu sangat masam, dia menendang kursi di samping, lalu duduk dan menatapnya dengan dingin.Pamela hanya makan satainya tanpa memedulikan orang di sekitar. Saat makan sampai seru, dia memberikan satai kambing di tangannya ke depan mulut pria sambil tersenyum senang. "Cobalah!"Agam ragu sejenak, tetapi dia sepertinya tertarik, jadi pelan-pelan membuka mulutnya ....Pamela menarik balik satainya, lalu memakan satai itu sambil bercanda pada Agam, "Paman, bukankah tadi kamu bilang kamu nggak mau makan?"Ekspresi Agam yang tidak begitu dingin menjadi masam, bahkan sepasang mata disipitkan dan melintas rasa bahaya. "Mempermainkanku?"Pamela hanya mengatupkan bibirnya, lalu mengambil satai baru dari piring untuk diberikan padanya. "Sudahlah, aku nggak bercanda padamu lagi! Wanita dan pria harus jaga jarak, kita nggak boleh makan satu tusuk, itu juga nggak sehat. Aku traktir kamu makan satai baru! Cobalah, sangat enak!"Karena sudah dipermainkan sekali, kali ini Agam tidak akan m
Agam menyipitkan matanya. "Apa kamu kenal dekat dengan pemilik toko di sini?"Pamela menganggukkan kepalanya. "Ya, dulu kami sering makan malam di sini!""Kalian?""Ya ... aku dan temanku!"Tiba-tiba terpikir apa yang dikatakan pada wanita pemilik toko, kalau dia lebih ganteng dari pria yang sebelumnya dibawa Pamela kemari. Jadi, dia pernah bawa pria lain kemari?Siapa pria itu?Agam mengerutkan alisnya. "Teman atau mantan pacar?"Pamela menggelengkan kepalanya dengan jujur. "Bukan! Sedih juga mengatakan hal ini, sampai sekarang aku masih lajang, tak ada mantan pacar! Biasanya aku datang bersama teman kuliah dan teman-teman yang tumbuh bersamaku sejak kecil!"Tatapan Agam menjadi dingin. "Teman kuliah? Apa orang yang waktu itu memberimu kancing?""Bukan dia!" Setelah Pamela menjawab tanpa ragu, dia terbengong sejenak. "Tunggu dulu! Paman, kok kamu tahu ada yang memberikanku kancing?"Ekspresi Agam menjadi dingin, lalu mendengus sambil berkata, "Kebetulan hari itu aku di sekitar sana."
Mendengar pembahasan orang jalanan tentang perihal pacar, wajah Pamela menjadi merah.Seorang pria dan wanita bergandeng tangan sambil berjalan pasti akan disalahartikan sebagai pacar!Hanya saja dia dan Agam tidak berjalan berdampingan, melainkan satu di depan, satu di belakang. Paman berjalan di depan sambil menariknya, sedangkan dirinya berjalan di belakang dengan enggan.Daripada bilang mereka mirip seperti pasangan, lebih tepat bilang mereka mirip orang tua yang sedang menarik anak yang tak patuh ....Pamela merasa disalahpahami seperti ini kurang baik. Secara pribadi, dia dan paman hanyalah hubungan kerja sama, jadi dia ingin menarik balik tangannya, agar bisa menghilangkan kesalahpahaman orang di jalanan.Namun, ketika dia baru menarik tangannya, Pamela melihat mereka sudah tiba di depan mobil.Agam pun melepaskan genggamannya, lalu membantunya membuka pintu sambil berkata dengan pelan, "Masuklah."Pamela langsung membungkukkan tubuh dan masuk.Ketika dia naik mobil, pria meleta
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen