Ekspresi pria itu sangat masam, dia menendang kursi di samping, lalu duduk dan menatapnya dengan dingin.Pamela hanya makan satainya tanpa memedulikan orang di sekitar. Saat makan sampai seru, dia memberikan satai kambing di tangannya ke depan mulut pria sambil tersenyum senang. "Cobalah!"Agam ragu sejenak, tetapi dia sepertinya tertarik, jadi pelan-pelan membuka mulutnya ....Pamela menarik balik satainya, lalu memakan satai itu sambil bercanda pada Agam, "Paman, bukankah tadi kamu bilang kamu nggak mau makan?"Ekspresi Agam yang tidak begitu dingin menjadi masam, bahkan sepasang mata disipitkan dan melintas rasa bahaya. "Mempermainkanku?"Pamela hanya mengatupkan bibirnya, lalu mengambil satai baru dari piring untuk diberikan padanya. "Sudahlah, aku nggak bercanda padamu lagi! Wanita dan pria harus jaga jarak, kita nggak boleh makan satu tusuk, itu juga nggak sehat. Aku traktir kamu makan satai baru! Cobalah, sangat enak!"Karena sudah dipermainkan sekali, kali ini Agam tidak akan m
Agam menyipitkan matanya. "Apa kamu kenal dekat dengan pemilik toko di sini?"Pamela menganggukkan kepalanya. "Ya, dulu kami sering makan malam di sini!""Kalian?""Ya ... aku dan temanku!"Tiba-tiba terpikir apa yang dikatakan pada wanita pemilik toko, kalau dia lebih ganteng dari pria yang sebelumnya dibawa Pamela kemari. Jadi, dia pernah bawa pria lain kemari?Siapa pria itu?Agam mengerutkan alisnya. "Teman atau mantan pacar?"Pamela menggelengkan kepalanya dengan jujur. "Bukan! Sedih juga mengatakan hal ini, sampai sekarang aku masih lajang, tak ada mantan pacar! Biasanya aku datang bersama teman kuliah dan teman-teman yang tumbuh bersamaku sejak kecil!"Tatapan Agam menjadi dingin. "Teman kuliah? Apa orang yang waktu itu memberimu kancing?""Bukan dia!" Setelah Pamela menjawab tanpa ragu, dia terbengong sejenak. "Tunggu dulu! Paman, kok kamu tahu ada yang memberikanku kancing?"Ekspresi Agam menjadi dingin, lalu mendengus sambil berkata, "Kebetulan hari itu aku di sekitar sana."
Mendengar pembahasan orang jalanan tentang perihal pacar, wajah Pamela menjadi merah.Seorang pria dan wanita bergandeng tangan sambil berjalan pasti akan disalahartikan sebagai pacar!Hanya saja dia dan Agam tidak berjalan berdampingan, melainkan satu di depan, satu di belakang. Paman berjalan di depan sambil menariknya, sedangkan dirinya berjalan di belakang dengan enggan.Daripada bilang mereka mirip seperti pasangan, lebih tepat bilang mereka mirip orang tua yang sedang menarik anak yang tak patuh ....Pamela merasa disalahpahami seperti ini kurang baik. Secara pribadi, dia dan paman hanyalah hubungan kerja sama, jadi dia ingin menarik balik tangannya, agar bisa menghilangkan kesalahpahaman orang di jalanan.Namun, ketika dia baru menarik tangannya, Pamela melihat mereka sudah tiba di depan mobil.Agam pun melepaskan genggamannya, lalu membantunya membuka pintu sambil berkata dengan pelan, "Masuklah."Pamela langsung membungkukkan tubuh dan masuk.Ketika dia naik mobil, pria meleta
Luka bakar memang lebih sakit daripada luka luar biasanya. Rasa sakitnya bukan sekali sakit, melainkan pelan-pelan merasa panas seperti terbakar, bisa dibilang rasa itu sulit diabaikan.Pamela menganggukkan kepalanya dan berkata, "Dulu aku tinggal di kampung, jadi aku harus memotong kayu, memasak air, menyalakan api dan yang lainnya. Awal aku baru melakukan, aku sering terkena luka bakar, jadi sakit sampai setiap malam nggak bisa tidur!"Agam mengerutkan alisnya dengan kuat, matanya yang hitam terlintas rasa panik. "Mulai umur berapa kamu melakukan hal itu?"Pamela hanya berkata, "Sudah tak ingat!"Pamela tidak ingin mengatakan lebih banyak tentang masa kecil, tadi dia hanya tidak sengaja mengungkit masa kecilnya, jadi dia tidak ingin meneruskannya lagi.Tangan pria itu mengusap di kepalanya seperti mengusap hewan yang tampaknya kasihan. "Apa kehidupan masa kecilmu sangat susah?""Nggak begitu susah!"Pamela tidak suka rasa dikasihani orang, jadi dia menyingkirkan tangan pria yang meng
Setelah kembali ke kediaman Keluarga Alister."Ayah, aku sudah pulang!"Selesai Pamela berbicara, ibu tirinya, Wulan langsung berlari untuk mengadang di dekat pintu, lalu berkata dengan prihatin yang pura-pura, "Pamela, kamu sebaiknya jangan masuk dulu, ayahmu sedang marah!"Pamela mengerutkan alisnya. "Tante Wulan, apa yang terjadi? Kenapa ayah marah padaku?"Wulan sengaja berkata dengan keras, "Semalam kamu telah menyinggung investor film baru kakakmu, ayahmu sudah mengetahui hal itu! Pamela, menurutku kamu jangan pulang dulu, kamu sembunyi di luar sana dulu! Tante Wulan berbuat begini juga demi kebaikanmu, takut ayahmu yang masih marah bisa memukulmu hingga mati!"Pamela menatap Wulan yang berakting dengan tenang dan senyum.Kalau wanita tua ini demi kebaikanmu, dia bisa duluan menelepon dirinya untuk jangan pulang dulu. Ngapain sampai depan rumah, baru mengatakan omong kosong ini!Trik Wulan yang pura-pura baik ini hanya berguna pada Darius saja!Saat ini, terdengar suara marah dan
Jovita menengadahkan kepalanya sambil menangis, lalu berkata dengan sedih, "Pamela, aku sangat baik padamu! Aku berniat baik membiarkanmu menjadi asistenku, bahkan duluan membayar gaji 20 juta untukmu. Kalau kamu jadi asisten orang lain, mana ada gaji setinggi ini! Tapi kenapa kamu mau mencelakaiku? Huhuhu ...."Wulan segera membujuk putrinya, "Jovita, jangan nangis lagi! Ayahmu dan aku tahu kamu sedih! Aduh, adikmu hanya iri padamu, jadi merusak kariermu. Tapi kita adalah sekeluarga, kamu anggap saja dia ceroboh, jangan keberatan padanya lagi!"Perkataan itu membuat Darius makin sakit hati, bahkan melihat Pamela dengan tatapan marah dan kecewa. "Lihatlah! Lihatlah, betapa baiknya Tante Wulan padamu, masalah sudah begini, tapi dia masih membujuk kakakmu untuk jangan keberatan denganmu! Bagaimana denganmu?"Pamela mencibir. "Hmm ...."Darius mengangkat tinggi sapunya, lalu ingin memukulnya, tapi seolah-olah teringat sesuatu yang dicemaskan, jadi dia tidak berani memukulnya. Hanya bisa m
Jovita merasa dia sedang membual, jadi berkata sambil memelototinya, "Siapa orangnya? Coba kamu bilang namanya!"Pamela berkata dengan tenang, "Ariel Yitara, CEO Perusahaan Vasant.""Perusahaan Vasant?" Jovita tercengang, lalu melihat ibunya, Wulan tanpa sadar, bahkan merasa sangat kaget.Darius bertanya dengan ekspresi penasaran, "Apa Perusahaan Vasant yang baru berdiri selama tiga tahun, tapi perkembangannya sangat pesat, bahkan akan menyaingi empat perusahaan besar itu?"Pamela menganggukkan kepalanya. "Benar, Perusahaan Vasant itu!"Darius bertanya lagi, "Kudengar CEO Perusahaan Vasant adalah wanita muda."Pamela menganggukkan kepalanya lagi. "Ya, dia adalah wanita cantik!"Jovita mendengus sambil menangis. "Pamela, kamu jangan membual di sini, bagaimana kamu bisa kenal dengan CEO Perusahaan Vasant! Menurutku, kamu itu nggak mau bertanggung jawab, jadi membohongi kami!"Setelah mendengar Jovita berkata seperti itu, ekspresi Darius menjadi serius, bahkan berkata dengan tak yakin, "P
"Halo, Nona Jovita."Suara wanita yang lembut dan sungkan terdengar dari telepon, wanita itu berkata dengan anggun, dari suaranya sudah bisa diketahui kalau dia adalah wanita muda yang sukses.Jovita menjadi gugup, bahkan nada bicaranya menjadi sopan dan menjawab perihal film dengan sungkan ....Tak lama kemudian, Jovita mengangguk dengan senyum sambil mengucapkan terima kasih dan sampai jumpa, baru menutup telepon.Darius dan Wulan bertanya dengan buru-buru di saat yang sama, "Bagaimana Jovita? Apa yang dia katakan?"Jovita berkata dengan senang, "Ayah, Ibu, Bu Ariel bilang dia akan mempertimbangkan masalah investasi film, tapi sekarang perusahaan mereka ada satu produk baru yang membutuhkan ambasador, dia tanya padaku apa aku tertarik menjadi ambasador mereka atau nggak?"Darius tertawa. "Jovita, ini adalah hal baik!"Wulan juga tertawa. "Semua produk Perusahaan Vasant sangat populer dan memiliki reputasi yang baik di kalangan masyarakat. Kalau kamu bisa menjadi ambasador produk mere