Agam kembali ke ruang teh untuk duduk sebentar.Rudi masih menjelaskan naskah film barunya, tapi rasanya dia seperti bergumam sendiri, karena empat tuan muda di sana sedang berbincang, sampai akhirnya, tidak ada yang melihat Rudi.Tampaknya hari ini dia tidak akan berhasil mendapatkan investasi dari mereka ....Rudi hanya bisa melihat jam dengan tak berdaya. Saat ini sudah malam, kalau dia terus mengatakan hal ini, keempat tuan muda ini pasti merasa bosan.Dia terpaksa berdiri dengan tahu diri, lalu mencari alasan yang nggak logis untuk membawa Jovita memberi hormat pada mereka berempat dan menyampaikan sampai jumpa, baru keluar.Setelah di ruang teh tidak ada orang lain, Derry pun bercanda, "Agam, di mana istri mungilmu?"Andra juga bertanya, "Agam, di mana Lala?"Lala?Sebagai suaminya, dia tidak pernah memanggil nama seperti ini terhadap Pamela.Agam mengerutkan alis sambil melihat Andra. "Apa kalian ada urusan, jadi mau mencarinya?"Derry hanya berkata dengan ekspresi tertarik, "Ng
Ervin merasa merinding, lalu menoleh dengan ekspresi polos sambil berkata, "Tuan Agam, tadi siang perusahaan ada hal mendadak yang perlu diatasi, jadi aku nggak bisa menemani Nona Pamela ke cabang perusahaan. Tadi aku sudah tanya pada Pak Ikman melalui telepon, dia bilang Nona Pamela yang bersikeras mau menjadi asisten seorang aktris."Agam mengerutkan alis tanpa mengatakan apa-apa, bahkan tak bisa melihat ekspresinya.Ervin hati-hati berkata, "Besok aku akan mengatur pekerjaan baru yang lebih santai untuk Nona Pamela."Agam berkata tanpa ekspresi, "Nggak usah ngatur dia, karena itu pilihannya, terserah pada dia saja.""Baik.""Besok kamu pergi ke pameran lukisan Andra untuk melihat apa ada tiga lukisan Berenice, beli tiga lukisan itu, karena dia mau."Ervin mengingat hal ini. "Baik, aku sudah mengerti.""Oh ya, Tuan Agam, pengobatan Nona Kalana sudah mau berakhir, perkiraannya bulan depan akan kembali."Tatapan Agam menjadi dingin, lalu dia memejamkan mata sambil memijat alisnya. "Bai
Ekspresi pria itu sangat masam, dia menendang kursi di samping, lalu duduk dan menatapnya dengan dingin.Pamela hanya makan satainya tanpa memedulikan orang di sekitar. Saat makan sampai seru, dia memberikan satai kambing di tangannya ke depan mulut pria sambil tersenyum senang. "Cobalah!"Agam ragu sejenak, tetapi dia sepertinya tertarik, jadi pelan-pelan membuka mulutnya ....Pamela menarik balik satainya, lalu memakan satai itu sambil bercanda pada Agam, "Paman, bukankah tadi kamu bilang kamu nggak mau makan?"Ekspresi Agam yang tidak begitu dingin menjadi masam, bahkan sepasang mata disipitkan dan melintas rasa bahaya. "Mempermainkanku?"Pamela hanya mengatupkan bibirnya, lalu mengambil satai baru dari piring untuk diberikan padanya. "Sudahlah, aku nggak bercanda padamu lagi! Wanita dan pria harus jaga jarak, kita nggak boleh makan satu tusuk, itu juga nggak sehat. Aku traktir kamu makan satai baru! Cobalah, sangat enak!"Karena sudah dipermainkan sekali, kali ini Agam tidak akan m
Agam menyipitkan matanya. "Apa kamu kenal dekat dengan pemilik toko di sini?"Pamela menganggukkan kepalanya. "Ya, dulu kami sering makan malam di sini!""Kalian?""Ya ... aku dan temanku!"Tiba-tiba terpikir apa yang dikatakan pada wanita pemilik toko, kalau dia lebih ganteng dari pria yang sebelumnya dibawa Pamela kemari. Jadi, dia pernah bawa pria lain kemari?Siapa pria itu?Agam mengerutkan alisnya. "Teman atau mantan pacar?"Pamela menggelengkan kepalanya dengan jujur. "Bukan! Sedih juga mengatakan hal ini, sampai sekarang aku masih lajang, tak ada mantan pacar! Biasanya aku datang bersama teman kuliah dan teman-teman yang tumbuh bersamaku sejak kecil!"Tatapan Agam menjadi dingin. "Teman kuliah? Apa orang yang waktu itu memberimu kancing?""Bukan dia!" Setelah Pamela menjawab tanpa ragu, dia terbengong sejenak. "Tunggu dulu! Paman, kok kamu tahu ada yang memberikanku kancing?"Ekspresi Agam menjadi dingin, lalu mendengus sambil berkata, "Kebetulan hari itu aku di sekitar sana."
Mendengar pembahasan orang jalanan tentang perihal pacar, wajah Pamela menjadi merah.Seorang pria dan wanita bergandeng tangan sambil berjalan pasti akan disalahartikan sebagai pacar!Hanya saja dia dan Agam tidak berjalan berdampingan, melainkan satu di depan, satu di belakang. Paman berjalan di depan sambil menariknya, sedangkan dirinya berjalan di belakang dengan enggan.Daripada bilang mereka mirip seperti pasangan, lebih tepat bilang mereka mirip orang tua yang sedang menarik anak yang tak patuh ....Pamela merasa disalahpahami seperti ini kurang baik. Secara pribadi, dia dan paman hanyalah hubungan kerja sama, jadi dia ingin menarik balik tangannya, agar bisa menghilangkan kesalahpahaman orang di jalanan.Namun, ketika dia baru menarik tangannya, Pamela melihat mereka sudah tiba di depan mobil.Agam pun melepaskan genggamannya, lalu membantunya membuka pintu sambil berkata dengan pelan, "Masuklah."Pamela langsung membungkukkan tubuh dan masuk.Ketika dia naik mobil, pria meleta
Luka bakar memang lebih sakit daripada luka luar biasanya. Rasa sakitnya bukan sekali sakit, melainkan pelan-pelan merasa panas seperti terbakar, bisa dibilang rasa itu sulit diabaikan.Pamela menganggukkan kepalanya dan berkata, "Dulu aku tinggal di kampung, jadi aku harus memotong kayu, memasak air, menyalakan api dan yang lainnya. Awal aku baru melakukan, aku sering terkena luka bakar, jadi sakit sampai setiap malam nggak bisa tidur!"Agam mengerutkan alisnya dengan kuat, matanya yang hitam terlintas rasa panik. "Mulai umur berapa kamu melakukan hal itu?"Pamela hanya berkata, "Sudah tak ingat!"Pamela tidak ingin mengatakan lebih banyak tentang masa kecil, tadi dia hanya tidak sengaja mengungkit masa kecilnya, jadi dia tidak ingin meneruskannya lagi.Tangan pria itu mengusap di kepalanya seperti mengusap hewan yang tampaknya kasihan. "Apa kehidupan masa kecilmu sangat susah?""Nggak begitu susah!"Pamela tidak suka rasa dikasihani orang, jadi dia menyingkirkan tangan pria yang meng
Setelah kembali ke kediaman Keluarga Alister."Ayah, aku sudah pulang!"Selesai Pamela berbicara, ibu tirinya, Wulan langsung berlari untuk mengadang di dekat pintu, lalu berkata dengan prihatin yang pura-pura, "Pamela, kamu sebaiknya jangan masuk dulu, ayahmu sedang marah!"Pamela mengerutkan alisnya. "Tante Wulan, apa yang terjadi? Kenapa ayah marah padaku?"Wulan sengaja berkata dengan keras, "Semalam kamu telah menyinggung investor film baru kakakmu, ayahmu sudah mengetahui hal itu! Pamela, menurutku kamu jangan pulang dulu, kamu sembunyi di luar sana dulu! Tante Wulan berbuat begini juga demi kebaikanmu, takut ayahmu yang masih marah bisa memukulmu hingga mati!"Pamela menatap Wulan yang berakting dengan tenang dan senyum.Kalau wanita tua ini demi kebaikanmu, dia bisa duluan menelepon dirinya untuk jangan pulang dulu. Ngapain sampai depan rumah, baru mengatakan omong kosong ini!Trik Wulan yang pura-pura baik ini hanya berguna pada Darius saja!Saat ini, terdengar suara marah dan
Jovita menengadahkan kepalanya sambil menangis, lalu berkata dengan sedih, "Pamela, aku sangat baik padamu! Aku berniat baik membiarkanmu menjadi asistenku, bahkan duluan membayar gaji 20 juta untukmu. Kalau kamu jadi asisten orang lain, mana ada gaji setinggi ini! Tapi kenapa kamu mau mencelakaiku? Huhuhu ...."Wulan segera membujuk putrinya, "Jovita, jangan nangis lagi! Ayahmu dan aku tahu kamu sedih! Aduh, adikmu hanya iri padamu, jadi merusak kariermu. Tapi kita adalah sekeluarga, kamu anggap saja dia ceroboh, jangan keberatan padanya lagi!"Perkataan itu membuat Darius makin sakit hati, bahkan melihat Pamela dengan tatapan marah dan kecewa. "Lihatlah! Lihatlah, betapa baiknya Tante Wulan padamu, masalah sudah begini, tapi dia masih membujuk kakakmu untuk jangan keberatan denganmu! Bagaimana denganmu?"Pamela mencibir. "Hmm ...."Darius mengangkat tinggi sapunya, lalu ingin memukulnya, tapi seolah-olah teringat sesuatu yang dicemaskan, jadi dia tidak berani memukulnya. Hanya bisa m