Pamela mengangkat kepalanya untuk memandang halaman Kediaman Dirgantara, dia tidak akan datang lagi ke tempat ini.Tidak disangka satu-satunya hal yang tidak bisa dia lepaskan adalah Revan ....Waktu berlalu dengan sangat cepat, satu hari telah berlalu setelah makan tiga kali.Pada malam hari, ponsel Pamela berdering setelah selesai mandi dan hendak membacakan sebuah cerita pada Revan untuk membujuknya tidur.Tidak disangka Agam meneleponnya lagi setelah Pamela mengambil ponselnya.Ada apa dengan pria ini? Tidak disangka dia ingat untuk meneleponnya setiap hari?Pamela menekan rasa jijik di dalam hatinya dan menjawab panggilan agar Agam tidak merasa curiga."Kamu sudah tidur belum?"Suara pria itu terdengar rendah dan lembut, sepertinya sudah mengabaikan rasa tidak senang pada panggilan telepon kemarin."Menurutmu? Apakah aku bisa menjawab panggilanmu kalau sudah tidur?" Nada bicara Pamela terdengar datar, tidak lembut dan juga tidak sinis.Pria itu berkata dengan suara rendah, "Bukank
Menyebalkan!Pamela melempar ponselnya ke samping, berbaring sambil memeluk Revan, lalu menyanyikan lagu anak-anak.Lagu anak-anak bisa membuat anak kecil tidur dan juga bisa menenangkan hatinya .......Hari yang cerah pada keesokan harinya.Sarapan Keluarga Dirgantara disiapkan lebih awal hari ini karena Nyonya Frida bangun pagi dan mengawasi orang-orang yang membuat sarapan.Nyonya Frida ingin mengajak Pamela untuk memberi makan merpati dan bersantai di Taman Eloka setelah sarapan, Olivia dan Revan juga ikut.Pengawal di depan pintu awalnya ingin menghentikan mereka, tapi mereka mundur dengan tidak berdaya setelah dipelototi oleh Nyonya Frida dan terpaksa melaporkan hal ini pada atasan mereka ....Mobil dengan lancar melaju keluar dari Kediaman Dirgantara dengan adanya Nyonya Frida.Di dalam mobil, Nyonya Frida dengan lembut menepuk tangan Pamela dan berkata, "Pamela, aku telah menyuruh mereka untuk membuat banyak sandwich dan sushi, kamu dan Revan bisa makan di dalam mobil kalau me
Para pengawal segera mengejar pencuri itu setelah mendengar ini.Hanya tersisa seorang pengawal di sisi Pamela untuk melindunginya.Revan menangis dan Olivia juga merasa cemas. "Kak Pamela, apakah kamu baik-baik saja?"Pamela mengangguk. "Aku baik-baik saja, kamu pergilah menemui Nenek, Nenek pasti ketakutan! Cepat pergi tenangkan Nenek!""Oh, baik!" Olivia segera menggendong Revan dan pergi ke tempat Nyonya Frida berada.Pamela menoleh ke arah pengawal di sampingnya setelah melihat Olivia dan Revan menjauh, kemudian berkata, "Tolong papah aku ke air mancur untuk beristirahat sebentar.""Baik, Nyonya Pamela, tolong jalan dengan perlahan ...." Pengawal itu dengan hati-hati memapah Pamela ke samping air mancur. "Nyonya Pamela, apakah kamu nggak masalah duduk di sini?""Nggak masalah," jawab Pamela dengan kooperatif, kemudian Pamela membungkuk dan ingin duduk, tapi dia tiba-tiba mengangkat tangannya dan mendorong pengawal itu ke dalam air mancur ....Pamela sudah melarikan diri setelah pe
Pengawal itu sama sekali tidak percaya dan mengerutkan alisnya. "Kalau kamu bersikeras berkata seperti ini, maka tolong buka pintu mobil dan biarkan kami memeriksanya, dengan ini kami akan mendapat jawaban yang jelas!"Marlon mendengus. "Siapa kalian? Beraninya kalian memeriksa mobilku?"Pengawal itu sama sekali tidak mengalah dan berkata, "Kami tahu bahwa tindakan kami akan menyinggung perasaanmu, tapi kami nggak akan membiarkanmu pergi kalau nggak membiarkan Nyonya Pamela turun dari mobil dan juga nggak membiarkan kami memeriksa mobilmu."Marlon menyipitkan matanya. "Apa yang akan kalian lakukan kalau aku membiarkan kalian memeriksa mobilku tapi ternyata nggak ada Nyonya Pamela kalian di dalam?"Pemimpin pengawal sangat yakin bahwa Pamela berada di dalam mobil Marlon dan berkata tanpa ragu-ragu, "Kami akan meminta maaf padamu dengan sungguh-sungguh kalau Nyonya Pamela nggak berada di dalam mobilmu!""Baik!" Marlon mendengus. "Periksalah!"Pemimpin pengawal berjalan maju setelah menda
Para pengawal menatap kepergian mobil Marlon dengan tidak berdaya dan mulai merasa takut ...."Bagaimana ini? Kita telah kehilangan Nyonya Pamela dan bagaimana kita harus melaporkannya pada Tuan Muda?""Gawat! Tuan Muda pasti akan menghukum kita!""Gawat, gawat!"Pemimpin pengawal berkata dengan sedikit kesal, "Cukup! Kenapa kalian masih diam saja di sini kalau takut dihukum oleh Tuan Muda? Cepat ikuti mobil Tuan Marlon! Pasti ada sesuatu jika mereka bisa dengan kebetulan muncul di sini! Mungkin saja kita bisa menemukan Nyonya Pamela!""Baik!"...Pada saat ini di sisi lain.Sebuah mobil Buggati putih diparkir di sebuah jalan kecil yang tidak terdapat kamera pengawas di luar Taman Eloka.Pamela dengan cepat berjalan ke sana, membuka pintu mobil dan masuk ke dalam, kemudian melepaskan rambut palsunya.Dia sudah mengganti pakaian yang dikenakan dari Kediaman Dirgantara dan mengenakan pakaian yang disembunyikan terlebih dahulu oleh Ariel di kamar mandi Taman Eloka, oleh karena itu Pamela
Pamela masuk ke ruang tamu dan sedikit terkejut.Rumah ini terlihat tua dari luar, tapi bagian dalamnya sangat menakjubkan. Rumah ini tidak terlalu luas, perabotannya sederhana serta mewah dan tertata dengan rapi, sama sekali tidak terlihat seperti ada yang menempatinya ...."Pamela, duduklah, aku akan mengambilkan minuman untukmu."Setelah itu Andra pergi ke dapur.Pamela duduk di sofa dan dengan santai melihat sekeliling sampai sebotol yogurt diserahkan padanya.Senyum di wajah Andra sangat lebar. "Kamu sedang mengandung dan nggak boleh minum minuman bersoda, yogurt seharusnya nggak masalah, 'kan?"Pamela mengambil yogurt dan tersenyum sopan. "Terima kasih."Andra membuka sekaleng Coca Cola dan meminumnya, kemudian duduk di sofa sebelah Pamela.Pamela menatap botol yogurt itu, kemudian memutar botol seolah sedang mencari sesuatu ....Andra merasa tindakan Pamela sedikit lucu dan berkata, "Kenapa, kamu takut aku meracunimu?"Pamela mendongak untuk menatap Andra. "Bukan. Bukannya kamu
Dia pernah melihat orang gila, tapi tidak pernah melihat orang yang segila ini!Pamela menatap Andra seperti sedang menatap orang gila. "Hilangkan imajinasimu! Aku nggak berencana memiliki anak kedua dan juga nggak berencana mencari ayah tiri untuk anak di dalam perutku!"Andra pura-pura berkata dengan kesal, "Pamela, aku menanggung banyak risiko dengan membantumu melarikan diri dari Keluarga Dirgantara, kamu juga telah berjanji akan berkencan sebulan denganku setelah masalah ini selesai!"Pamela berkata, "Tenang saja, aku nggak lupa. Janjiku hanya berkencan, kamu sebaiknya jangan memikirkan hal yang lain, karena aku sudah nggak niat."Andra menatap Pamela dengan tatapan yang dalam dan mengulurkan tangannya untuk menyentuh Pamela, tapi langsung dihindari oleh Pamela.Andra tidak berhasil menyentuh Pamela dan menarik kembali tangannya sambil tersenyum setelah tergantung di udara dengan canggung selama beberapa saat."Nggak masalah, kamu baru saja dilukai oleh Agam dan pergi meninggalkan
Olivia menggelengkan kepalanya. "Aku juga nggak tahu ... tapi kayaknya Kak Pamela sengaja melarikan diri ....""Melarikan diri? Kenapa dia melarikan diri? Apakah kita memperlakukannya dengan buruk?""Mungkin karena Kakak mengutus banyak pengawal untuk mengawasinya akhir-akhir ini dan juga nggak mengizikannya keluar, jadi Kak Pamela marah ...."Tuan Tomi mengerutkan keningnya. "Dia langsung kabur dari rumah begitu marah? Siapa yang membuatnya memiliki kebiasaan buruk seperti ini! Jangan ada yang mencarinya, aku ingin melihat dia bisa kabur sampai kapan!"Nyonya Frida, yang sedang duduk dengan lemah di kursi roda, memegang dadanya dan duduk dengan tegak setelah mendengar ucapan Tuan Tomi. "Omong kosong apa yang sedang kamu bicarakan, dasar orang tua bodoh! Pamela sama sekali nggak membutuhkan Keluarga Dirgantara dan selamanya nggak akan kembali kalau kita nggak segera mencarinya!"Terdapat ekspresi khawatir di wajah Tuan Tomi, tapi dia tetap berkata dengan keras kepala, "Huh, biarkan saj
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen