Share

Bab 2. Andai saja

Penulis: Nelangsa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-12 16:51:56

Rania terguncang oleh kata-kata Mama Asnah. Ia merasa tidak berdaya, seperti telah kehilangan semua harapan. Ia dinyatakan sulit memiliki bayi dalam waktu dekat. Jika saja ia lebih berhati-hati saat menuruni tangga, mungkin ia tidak akan terjatuh dan kehilangan bayinya.

Saat itu, Rania diminta Mama Asnah untuk berbelanja karena esok akan ada tamu yang berkunjung ke rumah. Rania tidak melihat genangan air di anak tangga, sehingga membuatnya terpeleset. Ia harus kehilangan bayinya dan juga akan diceraikan oleh Andi.

Airmata Rania mengalir terus, membuat kedua matanya sembab. Ia mengabaikan rasa sakit bekas operasi di perutnya. Wajahnya semakin pucat karena sejak siuman, Rania tidak menyentuh setetes air maupun makanan. 

Setelah mengatakan bahwa Rania akan sulit melahirkan, Mama Asnah langsung keluar dari ruangan, membiarkan Rania dengan perasaan porak poranda. Apalagi kata-kata terakhir Mama Asnah yang mengatakan bahwa tamu yang akan hadir esok adalah calon istri Andi.

"Aku harus berbicara lagi dengan Mas Andi. Aku yakin Mas Andi tidak mungkin menceraikan aku. Pasti tadi ia hanya sedang marah dan kecewa padaku saja," gumam Rania. Ia mencari keberadaan tas kecil yang berisi ponsel dan dompetnya, tapi tidak menemukannya di nakas, sepertinya tas itu ada di lemari.

Rania mencoba turun dari ranjang, tapi merasakan perih di sekitar perutnya. Ia pun mencoba menarik nafas secara perlahan,setelah dirasa sakitnya berkurang, Rania pun menurunkan kakinya perlahan ke lantai dan hendak berdiri sambil berpegangan pada tepi ranjang.

"Ibu... Ibu mau ngapain?" tanya perawat yang masuk ke ruangan Rania untuk mengecek kesehatannya. Perawat tersebut terkejut saat melihat Rania hendak turun dari ranjang.

"Saya mau mencari tas, Sus," jawab Rania. Perawat tersebut menghampiri Rania dan membantu Rania duduk kembali di ranjang. 

“Ibu duduk saja. Biar saya carikan.” kata perawat tersebut, lalu ia mencari tas yang Rania cari dan menemukannya. Perawat tersebut menunjukkan tas tersebut pada Rania.

"Ini yang Ibu cari," kata perawat tersebut. Rania tersenyum tipis saat perawat tersebut menemukan tas yang ia cari dan langsung memberikannya kepada Rania.

"Makasih ya, Sus," jawab Rania dan memegang tas tersebut dengan erat. "Saya cek dulu tensi darah Ibu, ya," kata perawat tersenyum lembut. Rania hanya mengangguk sambil menyerahkan lengannya untuk diperiksa.

"Ibu sudah berapa lama siuman? Kenapa tidak memberitahu Dokter kalau Ibu sudah sadar?" tanya perawat tersebut.

“Saya pikir, suami saya sudah beritahu Dokter.” kata Rania. Rania tidak tahu kalau saat ia selesai melahirkan sang suami dan mertuanya langsung membawa bayi mereka kerumah tanpa memperdulikan kondisi Rania. Dan kembali kerumah sakit hanya untuk menceraikan Rania saja.

Perawat tersebut kemudian memeriksa tensi darah Rania dan mencatat hasilnya. "Ibu harus banyak istirahat dan tidak boleh terlalu banyak bergerak," kata perawat tersebut. "Saya akan memberitahu Dokter bahwa Ibu sudah siuman."

Rania hanya mengangguk, “terima kasih, sus.” 

“Sama-sama, Ibu. Saya permisi dulu, nanti saya akan kembali bersama Dokter.” jawab perawat. Setelah perawat tersebut keluar dari ruangan, Rania memutuskan untuk mencoba berbicara dengan Andi. Ia mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Andi, tapi tidak ada jawaban.

“Tumben ponselnya tidak aktif, apa kehabisan daya.” gumam Rania, ia kembali menghubungi Andi namun tetap suara operator yang menjawab, “apa Mas Andi serius mau menceraikan aku? Tega sekali kamu, Mas.” lirih Rania dengan menahan rasa sesak di dadanya, memikirkan kalau ia akan dicampakkan oleh suami yang selama ini berjanji akan selalu melindunginya.

Rania pun menangis dalam diam, dan tak lama pandangan matanya mulai berkunang-kunang, sayup-sayup ia mendengar seseorang memanggil namanya namun ia tidak sanggup untuk menjawab dan berakhir tak sadarkan diri.

****

Di rumah sakit yang sama namun ruangan berbeda tampak seorang wanita menjerit-jerit kesakitan dan terus menyalahkan sang suami yang telah membuatnya hamil.

“Ini sakit sekali, Mas. Anak kamu sepertinya sengaja membuat aku tersiksa.” rintih Marissa.

Rafa mencoba membuat Marissa tenang dengan menggenggam tangannya,”Sayang, kamu sabar ya. Beginilah perjuangan seorang ibu untuk melahirkan anaknya. Dan kamu beruntung bisa merasakannya.”

“Tapi anak kamu jahat, Mas. Dia menyiksa aku. Aduh…mas….sakit banget.” rintih Marissa lagi, saat ia merasakan kontraksi semakin parah, “aku ingin operasi saja, Mas. Buruan bilang sama dokter, Mas.” pekik Marissa kembali yang tidak bisa menahan rasa sakit seperti seluruh tulangnya remuk.

Rafa hanya bisa bersikap sabar dan tenang menghadapi istrinya, Marissa, yang tidak mau melahirkan normal. Padahal, kondisi Marissa bagus dan pembukaan sudah hampir lengkap, sehingga dokter tidak bisa melakukan operasi. Dokter dan para perawat sudah bersiap untuk membantu Marissa melahirkan.

Mereka mengabaikan teriakan Marissa yang tidak mau melahirkan normal, padahal kepala bayi sudah mulai tampak. Rafa menjadi sasaran kuku-kuku panjang Marissa saat kontraksi terakhir dirasakan. Bayi tersebut akhirnya dilahirkan oleh Marissa dengan kondisi yang sangat memprihatinkan.

Bayi laki-laki yang sangat tampan tersebut lahir dengan berat yang kurang. Sepertinya, saat mengandung, Marissa jarang makan makanan yang bergizi untuk kandungannya. Rafa menitikkan air mata saat bayi mungilnya telah lahir, lalu ia mengecup kening istrinya yang masih menangis karena rasa sakit yang ia derita.

"Makasih, sayang. Kamu berhasil melahirkan bayi kita yang sangat tampan. Kamu mau melihatnya?" ujar Rafa lembut. Rafa tahu Marissa marah padanya karena telah berbohong. Marissa menatap Rafa dengan sinis.

"Aku lelah, Mas. Aku mau tidur," jawabnya sambil memejamkan mata dan tidak memperdulikan seorang perawat yang sedang membawa bayi mereka untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Rafa hanya menghela nafas dengan kecewa, lalu meminta perawat tersebut untuk meletakkan bayinya ke dadanya saja.

Rafa duduk di ruangan ibu menyusui dan mendekap erat bayi mungilnya. Rafa berharap bayinya bisa merasakan kehangatan dari tubuhnya. Tubuh yang mungil membuat hati Rafa teriris. Ia harus mencari cara agar bayinya bisa mendapatkan ASI eksklusif. Ia akan membujuk Marissa agar mau memberinya ASI, walau sejak dinyatakan hamil, Marissa sudah memberikan syarat agar ia tidak menyusui anaknya.

Bab terkait

  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 3. Tangisan Bayi

    Rafa memandang bayinya dengan penuh cinta dan kasih sayang, yang saat ini sedang terlelap di inkubator. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika bayinya tidak bisa mendapatkan ASI eksklusif. Ia tahu bahwa ASI sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bayi.Rafa memutuskan untuk berbicara dengan Marissa tentang hal ini. Ia ingin membujuknya agar mau memberikan ASI kepada bayi mereka. Rafa tahu bahwa Marissa telah memberikan syarat agar ia tidak menyusui anaknya, tapi ia berharap bahwa Marissa bisa memahami pentingnya ASI untuk bayi mereka.Rafa mendekati Marissa yang masih terbaring di tempat tidur. Ia memandangnya dengan penuh kasih sayang dan berbicara dengan lembut."Sayang, aku tahu kamu masih lelah dan sakit, tapi aku ingin berbicara dengan kamu tentang sesuatu yang sangat penting," kata Rafa.Marissa membuka matanya dan memandang Rafa dengan sinis. "Apa itu?" tanyanya dengan nada yang tidak ramah."Aku ingin berbicara tentang ASI," kata Rafa. "Aku tahu kamu telah memberika

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 4. Bayi Tampan

    “Mah, ada apa ini?” tanya Rafa pada sang Mama yang sedang menenangkan bayinya.“Dia haus, Rafa. Tadi perawat membawanya kemari agar Marissa bisa menyusui, perawat sudah mencoba memberikan susu tapi dia menolak.” jawab Mama Vina sambil menimang-nimang bayi tersebut agar berhenti menangis, namun bayi tersebut semakin kencang menangis membuat Mama Vina kewalahan.“Marissa kemana, Ma?” tanya Rafa, namun Mama Vina hanya diam seakan enggan menjawab. Rafa pun mencari keberadaan Marissa yang tidak ada di tempat tidurnya, tampak selang infus sudah dibuka, Rafa berpikir Marissa ada di dalam kamar mandi karena kamar mandi tertutup. Ia pun mencoba mengetuk pintu kamar mandi namun mendengar ucapan Mama Vina membuat Rafa tertegun.“Marissa sudah pergi, tadi asistennya datang.” Ada nada kesal yang Mama Vina ucapkan.“Apa, Ma? Marissa sudah pergi.” Rafa mengulang ucapan sang Mama seakan tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.“Benar, Rafa. Istri kamu sudah pergi, katanya tadi sudah hubungi k

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 4. Darah Segar

    Hati Rania sedikit terobati dengan kehadiran bayi tampan yang belum diberi nama oleh kedua orangtuanya, sepertinya mereka mengalami masalah, tampak dari tidak ada nya sang ibu kandung disisi bayi tersebut. Selesai menyusui bayi tampan tersebut, Rania kembali ke kamarnya setelah dipastikan bayi tersebut sudah kenyang dan tertidur lelap. Rania pun memompa ASInya dan memberikan pada Mama Vina untuk diberikan pada bayi tersebut jika kembali rewel. Mama Vina tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih karena Rania membantu menenangkan cucunya yang rewel.Rania hendak beristirahat setelah selesai memompa ASInya yang melimpah, ia dikejutkan oleh kedatangan suaminya. Namun kali ini sang suami datang sendiri tanpa ditemani Mamanya. “Mas…!” seru Rania dengan dahi bertaut, “apa yang kamu bawa, Mas?” Rania bertanya pada Andi yang membawa koper besar di sampingnya.Andi meletakan koper tersebut di dekat lemari, “ini baju-baju kamu, semua sudah Mama masuki kedalam. Jadi kamu tidak perlu kembali k

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 6 . Kecemasan Rafa

    Rafa yang diminta oleh Mama Vina untuk mengucapkan terima kasih pada wanita yang telah menenangkan bayinya, dikejutkan dengan pemandangan yang membuatnya spontan langsung menghampiri Rania.“Hei…apa yang kamu lakukan? Apa kamu sudah tidak waras..hah!” bentak Rafa dengan geram. Rafa langsung mengambil pisau yang berada di tangan Rania dan membuangnya jauh ke lantai. Untung saja Rafa datang tepat waktu sehingga tangan Rania hanya tergores sedikit.Rania tersentak kaget saat tangan Rafa merebut pisau yang digenggamnya, tubuhnya yang lemah tidak bisa melawan saat Rafa mencegahnya untuk menyayatkan pisau tersebut ke tangannya.“Kamu siapa!” Rania menatap tajam pada Rafa yang berdiri di depannya, “Kamu tidak berhak melarangku, biarkan aku mati, aku ingin menyusul anakku. Aku kehilangan anakku, dan suamiku menceraikanku, untuk apa aku hidup lagi, hidupku sudah tidak berguna lagi. Bahkan suamiku langsung menikah lagi padahal perceraian kami belum ada 1 x 24 jam.” teriak Rania dengan histeris,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 7. Pulang

    Mama Vina masih tidak mengerti maksud ucapan Rafa yang tidak mengizinkan Farrel minum ASI Rania.“Rafa, ada apa? Kenapa kamu tidak mengizinkan Rania untuk memberikan ASI nya?” tanya Mama Vina.“Farrel punya ibu, Ma. Nanti Rafa akan bujuk kembali Melisa di rumah. Sekarang Mama bereskan saja barang-barang Melisa dan Farrel.” pinta Rafa yang sambil menenangkan Farrel yang rewel. Ia enggan bercerita tentang Rania pada Mamanya.Melihat wajah Rafa yang datar membuat Mama Vina terdiam, Mama Vina tidak berani bertanya lagi kenapa Rafa tidak mengizinkan Farrel meminum ASI dari Rania. Mama Vina pun mulai membereskan barang-barang.Sore ini Rafa akan membawa pulang bayinya, sedangkan Melisa sudah tidak lagi kembali ke rumah sakit sejak hari itu. Rafa sudah menghubungi Melisa yang katanya sedang melakukan pekerjaan yang sudah ditandatangani dan tidak bisa ditunda. Rafa ingin marah pada Melisa namun ia tidak bisa berbuat apa-apa.Namun kali ini Rafa tidak bisa mentolerir sikap Melisa yang meningga

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 8. Di Jambret

    Rania kaget saat tiba-tiba ada sepeda motor menghimpitnya dan langsung menjambret tas selempangnya. Rania bermaksud mempertahankan tasnya karena isi dalam tas tersebut uang pemberian Andi. Terjadi tarik-menarik antara Rania dan pemuda yang duduk di belakang sepeda motor tersebut.“Lepaskan, jangan ambil tas saya.” Teriak Rania berusaha mempertahankan tasnya. Namun kondisi Rania yang lemah membuat Rania terlepas saat laki-laki yang tertutup oleh helm tersebut menarik dengan kuat tas Rania.“Tolong…Jambret…”teriak Rania saat orang tersebut berhasil mengambil tas miliknya. Namun sayang teriak Rania seakan sia-sia karena penjambret tersebut berhasil melarikan diri. Rania hendak mengejar sepeda motor tersebut namun tiba-tiba sebuah mobil hampir menyerempet Rania. Rania terduduk di aspal sambil meringis menahan sakit di kakinya. Untung saya sopir mobil tersebut mengerem mendadak.Di dalam mobil, wanita cantik yang sedang melakukan panggilan telepon dikejutkan karena mobil yang tiba-tiba ber

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26
  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 1. Kesedihan

    Rania tersadar dari obat bius pasca operasi Caesar. Matanya mengerjap memandangi ruangan yang serba putih dengan bau obat yang menyengat. Rania menahan rasa sakit di area perutnya dan matanya menoleh ke sekeliling ruangan yang sepi, tidak ada seorang pun menemaninya di ruangan ini. Ia ingin bertanya tentang kondisi bayinya, yang harus dilahirkan sebelum waktunya akibat ia terjatuh dari tangga rumahnya.Tak lama terdengar pintu ruangan Rania terbuka, muncullah seorang pria dengan wajah kusut bersama wanita paruh baya dengan wajah angkuh.Rania tersenyum melihat kedatangan sang suami, "Mas... Bagaimana anak kita?" lirih Rania saat bertemu tatap dengan wajah sedih Andi. Suasana hening sesaat, Andi tampak menarik nafas dengan berat dan mengeluarkan secara perlahan.“Mas…dia baik-baik saja kan.” ucap Rania kembali, saat Andi tidak menjawab pertanyaannya."Dia... dia tidak selamat." Andi menjawab dengan suara bergetar."APA, MAS?" Pekik Rania, ia spontan bangun dan mengabaikan nyeri perut

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07

Bab terbaru

  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 8. Di Jambret

    Rania kaget saat tiba-tiba ada sepeda motor menghimpitnya dan langsung menjambret tas selempangnya. Rania bermaksud mempertahankan tasnya karena isi dalam tas tersebut uang pemberian Andi. Terjadi tarik-menarik antara Rania dan pemuda yang duduk di belakang sepeda motor tersebut.“Lepaskan, jangan ambil tas saya.” Teriak Rania berusaha mempertahankan tasnya. Namun kondisi Rania yang lemah membuat Rania terlepas saat laki-laki yang tertutup oleh helm tersebut menarik dengan kuat tas Rania.“Tolong…Jambret…”teriak Rania saat orang tersebut berhasil mengambil tas miliknya. Namun sayang teriak Rania seakan sia-sia karena penjambret tersebut berhasil melarikan diri. Rania hendak mengejar sepeda motor tersebut namun tiba-tiba sebuah mobil hampir menyerempet Rania. Rania terduduk di aspal sambil meringis menahan sakit di kakinya. Untung saya sopir mobil tersebut mengerem mendadak.Di dalam mobil, wanita cantik yang sedang melakukan panggilan telepon dikejutkan karena mobil yang tiba-tiba ber

  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 7. Pulang

    Mama Vina masih tidak mengerti maksud ucapan Rafa yang tidak mengizinkan Farrel minum ASI Rania.“Rafa, ada apa? Kenapa kamu tidak mengizinkan Rania untuk memberikan ASI nya?” tanya Mama Vina.“Farrel punya ibu, Ma. Nanti Rafa akan bujuk kembali Melisa di rumah. Sekarang Mama bereskan saja barang-barang Melisa dan Farrel.” pinta Rafa yang sambil menenangkan Farrel yang rewel. Ia enggan bercerita tentang Rania pada Mamanya.Melihat wajah Rafa yang datar membuat Mama Vina terdiam, Mama Vina tidak berani bertanya lagi kenapa Rafa tidak mengizinkan Farrel meminum ASI dari Rania. Mama Vina pun mulai membereskan barang-barang.Sore ini Rafa akan membawa pulang bayinya, sedangkan Melisa sudah tidak lagi kembali ke rumah sakit sejak hari itu. Rafa sudah menghubungi Melisa yang katanya sedang melakukan pekerjaan yang sudah ditandatangani dan tidak bisa ditunda. Rafa ingin marah pada Melisa namun ia tidak bisa berbuat apa-apa.Namun kali ini Rafa tidak bisa mentolerir sikap Melisa yang meningga

  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 6 . Kecemasan Rafa

    Rafa yang diminta oleh Mama Vina untuk mengucapkan terima kasih pada wanita yang telah menenangkan bayinya, dikejutkan dengan pemandangan yang membuatnya spontan langsung menghampiri Rania.“Hei…apa yang kamu lakukan? Apa kamu sudah tidak waras..hah!” bentak Rafa dengan geram. Rafa langsung mengambil pisau yang berada di tangan Rania dan membuangnya jauh ke lantai. Untung saja Rafa datang tepat waktu sehingga tangan Rania hanya tergores sedikit.Rania tersentak kaget saat tangan Rafa merebut pisau yang digenggamnya, tubuhnya yang lemah tidak bisa melawan saat Rafa mencegahnya untuk menyayatkan pisau tersebut ke tangannya.“Kamu siapa!” Rania menatap tajam pada Rafa yang berdiri di depannya, “Kamu tidak berhak melarangku, biarkan aku mati, aku ingin menyusul anakku. Aku kehilangan anakku, dan suamiku menceraikanku, untuk apa aku hidup lagi, hidupku sudah tidak berguna lagi. Bahkan suamiku langsung menikah lagi padahal perceraian kami belum ada 1 x 24 jam.” teriak Rania dengan histeris,

  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 4. Darah Segar

    Hati Rania sedikit terobati dengan kehadiran bayi tampan yang belum diberi nama oleh kedua orangtuanya, sepertinya mereka mengalami masalah, tampak dari tidak ada nya sang ibu kandung disisi bayi tersebut. Selesai menyusui bayi tampan tersebut, Rania kembali ke kamarnya setelah dipastikan bayi tersebut sudah kenyang dan tertidur lelap. Rania pun memompa ASInya dan memberikan pada Mama Vina untuk diberikan pada bayi tersebut jika kembali rewel. Mama Vina tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih karena Rania membantu menenangkan cucunya yang rewel.Rania hendak beristirahat setelah selesai memompa ASInya yang melimpah, ia dikejutkan oleh kedatangan suaminya. Namun kali ini sang suami datang sendiri tanpa ditemani Mamanya. “Mas…!” seru Rania dengan dahi bertaut, “apa yang kamu bawa, Mas?” Rania bertanya pada Andi yang membawa koper besar di sampingnya.Andi meletakan koper tersebut di dekat lemari, “ini baju-baju kamu, semua sudah Mama masuki kedalam. Jadi kamu tidak perlu kembali k

  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 4. Bayi Tampan

    “Mah, ada apa ini?” tanya Rafa pada sang Mama yang sedang menenangkan bayinya.“Dia haus, Rafa. Tadi perawat membawanya kemari agar Marissa bisa menyusui, perawat sudah mencoba memberikan susu tapi dia menolak.” jawab Mama Vina sambil menimang-nimang bayi tersebut agar berhenti menangis, namun bayi tersebut semakin kencang menangis membuat Mama Vina kewalahan.“Marissa kemana, Ma?” tanya Rafa, namun Mama Vina hanya diam seakan enggan menjawab. Rafa pun mencari keberadaan Marissa yang tidak ada di tempat tidurnya, tampak selang infus sudah dibuka, Rafa berpikir Marissa ada di dalam kamar mandi karena kamar mandi tertutup. Ia pun mencoba mengetuk pintu kamar mandi namun mendengar ucapan Mama Vina membuat Rafa tertegun.“Marissa sudah pergi, tadi asistennya datang.” Ada nada kesal yang Mama Vina ucapkan.“Apa, Ma? Marissa sudah pergi.” Rafa mengulang ucapan sang Mama seakan tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.“Benar, Rafa. Istri kamu sudah pergi, katanya tadi sudah hubungi k

  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 3. Tangisan Bayi

    Rafa memandang bayinya dengan penuh cinta dan kasih sayang, yang saat ini sedang terlelap di inkubator. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika bayinya tidak bisa mendapatkan ASI eksklusif. Ia tahu bahwa ASI sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bayi.Rafa memutuskan untuk berbicara dengan Marissa tentang hal ini. Ia ingin membujuknya agar mau memberikan ASI kepada bayi mereka. Rafa tahu bahwa Marissa telah memberikan syarat agar ia tidak menyusui anaknya, tapi ia berharap bahwa Marissa bisa memahami pentingnya ASI untuk bayi mereka.Rafa mendekati Marissa yang masih terbaring di tempat tidur. Ia memandangnya dengan penuh kasih sayang dan berbicara dengan lembut."Sayang, aku tahu kamu masih lelah dan sakit, tapi aku ingin berbicara dengan kamu tentang sesuatu yang sangat penting," kata Rafa.Marissa membuka matanya dan memandang Rafa dengan sinis. "Apa itu?" tanyanya dengan nada yang tidak ramah."Aku ingin berbicara tentang ASI," kata Rafa. "Aku tahu kamu telah memberika

  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 2. Andai saja

    Rania terguncang oleh kata-kata Mama Asnah. Ia merasa tidak berdaya, seperti telah kehilangan semua harapan. Ia dinyatakan sulit memiliki bayi dalam waktu dekat. Jika saja ia lebih berhati-hati saat menuruni tangga, mungkin ia tidak akan terjatuh dan kehilangan bayinya.Saat itu, Rania diminta Mama Asnah untuk berbelanja karena esok akan ada tamu yang berkunjung ke rumah. Rania tidak melihat genangan air di anak tangga, sehingga membuatnya terpeleset. Ia harus kehilangan bayinya dan juga akan diceraikan oleh Andi.Airmata Rania mengalir terus, membuat kedua matanya sembab. Ia mengabaikan rasa sakit bekas operasi di perutnya. Wajahnya semakin pucat karena sejak siuman, Rania tidak menyentuh setetes air maupun makanan. Setelah mengatakan bahwa Rania akan sulit melahirkan, Mama Asnah langsung keluar dari ruangan, membiarkan Rania dengan perasaan porak poranda. Apalagi kata-kata terakhir Mama Asnah yang mengatakan bahwa tamu yang akan hadir esok adalah calon istri Andi."Aku harus berbic

  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 1. Kesedihan

    Rania tersadar dari obat bius pasca operasi Caesar. Matanya mengerjap memandangi ruangan yang serba putih dengan bau obat yang menyengat. Rania menahan rasa sakit di area perutnya dan matanya menoleh ke sekeliling ruangan yang sepi, tidak ada seorang pun menemaninya di ruangan ini. Ia ingin bertanya tentang kondisi bayinya, yang harus dilahirkan sebelum waktunya akibat ia terjatuh dari tangga rumahnya.Tak lama terdengar pintu ruangan Rania terbuka, muncullah seorang pria dengan wajah kusut bersama wanita paruh baya dengan wajah angkuh.Rania tersenyum melihat kedatangan sang suami, "Mas... Bagaimana anak kita?" lirih Rania saat bertemu tatap dengan wajah sedih Andi. Suasana hening sesaat, Andi tampak menarik nafas dengan berat dan mengeluarkan secara perlahan.“Mas…dia baik-baik saja kan.” ucap Rania kembali, saat Andi tidak menjawab pertanyaannya."Dia... dia tidak selamat." Andi menjawab dengan suara bergetar."APA, MAS?" Pekik Rania, ia spontan bangun dan mengabaikan nyeri perut

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status