Share

Bab 4. Bayi Tampan

Author: Nelangsa
last update Last Updated: 2025-02-18 15:46:00

“Mah, ada apa ini?” tanya Rafa pada sang Mama yang sedang menenangkan bayinya.

“Dia haus, Rafa. Tadi perawat membawanya kemari agar Marissa bisa menyusui, perawat sudah mencoba memberikan susu tapi dia menolak.” jawab Mama Vina sambil menimang-nimang bayi tersebut agar berhenti menangis, namun bayi tersebut semakin kencang menangis membuat Mama Vina kewalahan.

“Marissa kemana, Ma?” tanya Rafa, namun Mama Vina hanya diam seakan enggan menjawab. Rafa pun mencari keberadaan Marissa yang tidak ada di tempat tidurnya, tampak selang infus sudah dibuka, Rafa berpikir Marissa ada di dalam kamar mandi karena kamar mandi tertutup. Ia pun mencoba mengetuk pintu kamar mandi namun mendengar ucapan Mama Vina membuat Rafa tertegun.

“Marissa sudah pergi, tadi asistennya datang.” Ada nada kesal yang Mama Vina ucapkan.

“Apa, Ma? Marissa sudah pergi.” Rafa mengulang ucapan sang Mama seakan tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.

“Benar, Rafa. Istri kamu sudah pergi, katanya tadi sudah hubungi kamu namun ponsel kamu tidak aktif.” 

Wajah Rafa memerah karena amarah. Ia sangat kecewa dengan Marissa yang tega meninggalkan putra mereka yang masih membutuhkan dirinya.

“Rafa akan membawa Marissa kembali, tolong Mama jaga dia dulu.” lirih Rafa. Ia segera keluar dari ruangan dengan wajah penuh rasa marah dan kesal, ia akan mencari keberadaan Marissa. Rafa yang berlalu dengan tergesa-gesa tidak melihat sosok wanita yang sedang berdiri tepat di depan ruangan Marissa.

Wanita tersebut adalah Rania, Rania yang tadinya keluar dari ruangannya untuk mencari suara tangisan bayi, setelah ia menemukan suara tangisan tersebut yang ternyata berada di sebelah kamarnya. Ia pun berdiri terpaku saat tanpa sengaja mendengar percakapan Rafa dengan Mamanya.

Hati Rania terenyuh mendengar ibu sang bayi tidak mau menyusui dan malah pergi meninggalkan bayinya yang sedang menangis karena kehausan. Air mata Rania menetes, hatinya ikut sakit mendengar tangisan bayi tersebut. Namun, Rania tidak berani mendekat.

Perawat Mona kembali ke ruangan Rania, namun langkahnya berhenti saat melihat Rania berdiri di depan pintu kamar pasien yang lain. "Ibu, apa yang Ibu lakukan di sini?" tanya Mona dengan nada lembut.

Rania menggumamkan jawaban, "Bayi yang malang..." Air mata Rania luruh ikut merasakan kesedihan bayi Malang tersebut.

Mona mengikuti pandangan Rania dan melihat ke dalam ruangan Marissa. Tampak Mama Vina sedang menenangkan bayi tersebut yang tidak berhenti menangis, Mama Vina kembali memberikan botol dot yang berisi susu namun bayi tersebut tidak mau menyentuhnya. Mama Vina mulai panik, menghadapi cucunya. Lalu pandangan Mama Vina menoleh ke arah pintu dan dilihatnya perawat Mona masuk. 

"Sus, bagaimana ini? Dia tidak berhenti menangis dan menolak dikasih botol dot." Kata Mama Vina cemas dengan keadaan cucunya yang terus menangis.

"Cup... Cup... Cup... Bayi tampan diam ya sayang. Mau mimik ya." ucap lembut Mona sambil membelai kepala si bayi dengan pelan.

"Sus, adakah disini yang mau mendonorkan asinya? Saya akan membayar berapapun biayanya. Sepertinya cucu saya tidak mau susu formula."

"Kebetulan Bu. Ada pasien yang baru kehilangan bayinya dan ASI nya sangat melimpah sehingga ia mau memberikan ASInya pada bayi yang membutuhkan.”

" Beneran, Sus. Kalau begitu boleh saya bertemu dengannya.” jawab Mama Vina sangat antusias. Ia senang ternyata ada seseorang yang mau mendonorkan ASInya.

“Beliau ada disini, Bu.” kata Mona, ia menganggukkan kepalanya menyuruh Rania untuk masuk. Mona tahu, Rania tersentuh mendengar tangisan bayi tersebut  sehingga Mona berinisiatif memberi tahu pada keluarga bayi tersebut tentang keinginan Rania.

Rania melangkah masuk ke ruangan dimana Bayi tampan tersebut masih menangis, suara tangisan bayi membuat Rania ikut menangis, “Ma…maaf Bu. Boleh saya menggendongnya.” lirih Rania dengan terbata-bata.

Mama Vina menatap iba Rania yang berwajah pucat, Mama Vina bisa merasakan bagaimana pedihnya yang Rania alami.

“Boleh, Nak.” Mama Vina pun memberikan bayi tersebut ke Rania. Rania menggendongnya dengan sangat hati-hati seolah-olah takut tangannya yang kasar melukai bayi tampan tersebut. Bibir Rania melengkung  membentuk senyuman bahagia, ia mendekap tubuh mungil yang sejak beberapa jam menangis tanpa henti. 

"Kemanalah Mama kamu, Nak. mengapa tega meninggalkan bayi tampan seperti kamu." bathin Rania sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya dengan pelan, perlahan bayi tersebut berhenti menangis. Wajah Rania tampak berbinar saat bibir mungil sang bayi menempel ke dada Rania seolah mencari sesuatu yang sejak tadi ia inginkan.

“Nak, sepertinya bayi itu minta kamu susui.” Kata Mama Vina dengan semangat.

“Tapi…Bu.” Rania tahu batasan. Ia tidak mungkin langsung menyusui bayi tersebut walau di dalam hatinya sangat ingin segera memberikannya.

“Tidak apa-apa, Nak. Kami memang berencana mencari seseorang yang bisa memberi ASI. Lihatlah itu, sepertinya dia marah karena tidak kamu beri yang ia mau.” kata Mama Vina lembut saat melihat sang cucu kembali menangis.

“Sebentar, Bu. Biar saya pumping saja.” Rania terpaksa memberikan kembali bayi tersebut pada Mama Vina.

Namun Mama Vina menolak, “tidak usah , Nak. Kamu langsung susui saja. Kasian dia dari tadi menangis kalau menunggu kamu pumping kelamaan.”

“Bolehkah?” Tanya Rania seakan tidak percaya. Ia diperbolehkan menyusui langsung.

Mama Vina mengangguk dengan tersenyum hangat. Setelah mendapat izin dari nenek bayi tersebut, Mona pun membantu Rania duduk biar nyaman untuk menyusui dan mencari kain bersih untuk mensterilkan puting Rania yang baru pertama kali digunakan. Setelah bersih, Rania pun mendekatkan putingnya ke arah Bibir mungil si bayi tampan tersebut. Dengan rakusnya bayi tersebut menghisap puting Rania, Rania terharu sampai meneteskan air matanya ternyata ASI pertamanya dinikmati oleh bayi yang Ibunya entah kemana.

Related chapters

  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 4. Darah Segar

    Hati Rania sedikit terobati dengan kehadiran bayi tampan yang belum diberi nama oleh kedua orangtuanya, sepertinya mereka mengalami masalah, tampak dari tidak ada nya sang ibu kandung disisi bayi tersebut. Selesai menyusui bayi tampan tersebut, Rania kembali ke kamarnya setelah dipastikan bayi tersebut sudah kenyang dan tertidur lelap. Rania pun memompa ASInya dan memberikan pada Mama Vina untuk diberikan pada bayi tersebut jika kembali rewel. Mama Vina tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih karena Rania membantu menenangkan cucunya yang rewel.Rania hendak beristirahat setelah selesai memompa ASInya yang melimpah, ia dikejutkan oleh kedatangan suaminya. Namun kali ini sang suami datang sendiri tanpa ditemani Mamanya. “Mas…!” seru Rania dengan dahi bertaut, “apa yang kamu bawa, Mas?” Rania bertanya pada Andi yang membawa koper besar di sampingnya.Andi meletakan koper tersebut di dekat lemari, “ini baju-baju kamu, semua sudah Mama masuki kedalam. Jadi kamu tidak perlu kembali k

    Last Updated : 2025-02-21
  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 6 . Kecemasan Rafa

    Rafa yang diminta oleh Mama Vina untuk mengucapkan terima kasih pada wanita yang telah menenangkan bayinya, dikejutkan dengan pemandangan yang membuatnya spontan langsung menghampiri Rania.“Hei…apa yang kamu lakukan? Apa kamu sudah tidak waras..hah!” bentak Rafa dengan geram. Rafa langsung mengambil pisau yang berada di tangan Rania dan membuangnya jauh ke lantai. Untung saja Rafa datang tepat waktu sehingga tangan Rania hanya tergores sedikit.Rania tersentak kaget saat tangan Rafa merebut pisau yang digenggamnya, tubuhnya yang lemah tidak bisa melawan saat Rafa mencegahnya untuk menyayatkan pisau tersebut ke tangannya.“Kamu siapa!” Rania menatap tajam pada Rafa yang berdiri di depannya, “Kamu tidak berhak melarangku, biarkan aku mati, aku ingin menyusul anakku. Aku kehilangan anakku, dan suamiku menceraikanku, untuk apa aku hidup lagi, hidupku sudah tidak berguna lagi. Bahkan suamiku langsung menikah lagi padahal perceraian kami belum ada 1 x 24 jam.” teriak Rania dengan histeris,

    Last Updated : 2025-02-22
  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 7. Pulang

    Mama Vina masih tidak mengerti maksud ucapan Rafa yang tidak mengizinkan Farrel minum ASI Rania.“Rafa, ada apa? Kenapa kamu tidak mengizinkan Rania untuk memberikan ASI nya?” tanya Mama Vina.“Farrel punya ibu, Ma. Nanti Rafa akan bujuk kembali Melisa di rumah. Sekarang Mama bereskan saja barang-barang Melisa dan Farrel.” pinta Rafa yang sambil menenangkan Farrel yang rewel. Ia enggan bercerita tentang Rania pada Mamanya.Melihat wajah Rafa yang datar membuat Mama Vina terdiam, Mama Vina tidak berani bertanya lagi kenapa Rafa tidak mengizinkan Farrel meminum ASI dari Rania. Mama Vina pun mulai membereskan barang-barang.Sore ini Rafa akan membawa pulang bayinya, sedangkan Melisa sudah tidak lagi kembali ke rumah sakit sejak hari itu. Rafa sudah menghubungi Melisa yang katanya sedang melakukan pekerjaan yang sudah ditandatangani dan tidak bisa ditunda. Rafa ingin marah pada Melisa namun ia tidak bisa berbuat apa-apa.Namun kali ini Rafa tidak bisa mentolerir sikap Melisa yang meningga

    Last Updated : 2025-02-25
  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 8. Di Jambret

    Rania kaget saat tiba-tiba ada sepeda motor menghimpitnya dan langsung menjambret tas selempangnya. Rania bermaksud mempertahankan tasnya karena isi dalam tas tersebut uang pemberian Andi. Terjadi tarik-menarik antara Rania dan pemuda yang duduk di belakang sepeda motor tersebut.“Lepaskan, jangan ambil tas saya.” Teriak Rania berusaha mempertahankan tasnya. Namun kondisi Rania yang lemah membuat Rania terlepas saat laki-laki yang tertutup oleh helm tersebut menarik dengan kuat tas Rania.“Tolong…Jambret…”teriak Rania saat orang tersebut berhasil mengambil tas miliknya. Namun sayang teriak Rania seakan sia-sia karena penjambret tersebut berhasil melarikan diri. Rania hendak mengejar sepeda motor tersebut namun tiba-tiba sebuah mobil hampir menyerempet Rania. Rania terduduk di aspal sambil meringis menahan sakit di kakinya. Untung saya sopir mobil tersebut mengerem mendadak.Di dalam mobil, wanita cantik yang sedang melakukan panggilan telepon dikejutkan karena mobil yang tiba-tiba ber

    Last Updated : 2025-02-26
  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 1. Kesedihan

    Rania tersadar dari obat bius pasca operasi Caesar. Matanya mengerjap memandangi ruangan yang serba putih dengan bau obat yang menyengat. Rania menahan rasa sakit di area perutnya dan matanya menoleh ke sekeliling ruangan yang sepi, tidak ada seorang pun menemaninya di ruangan ini. Ia ingin bertanya tentang kondisi bayinya, yang harus dilahirkan sebelum waktunya akibat ia terjatuh dari tangga rumahnya.Tak lama terdengar pintu ruangan Rania terbuka, muncullah seorang pria dengan wajah kusut bersama wanita paruh baya dengan wajah angkuh.Rania tersenyum melihat kedatangan sang suami, "Mas... Bagaimana anak kita?" lirih Rania saat bertemu tatap dengan wajah sedih Andi. Suasana hening sesaat, Andi tampak menarik nafas dengan berat dan mengeluarkan secara perlahan.“Mas…dia baik-baik saja kan.” ucap Rania kembali, saat Andi tidak menjawab pertanyaannya."Dia... dia tidak selamat." Andi menjawab dengan suara bergetar."APA, MAS?" Pekik Rania, ia spontan bangun dan mengabaikan nyeri perut

    Last Updated : 2025-02-07
  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 2. Andai saja

    Rania terguncang oleh kata-kata Mama Asnah. Ia merasa tidak berdaya, seperti telah kehilangan semua harapan. Ia dinyatakan sulit memiliki bayi dalam waktu dekat. Jika saja ia lebih berhati-hati saat menuruni tangga, mungkin ia tidak akan terjatuh dan kehilangan bayinya.Saat itu, Rania diminta Mama Asnah untuk berbelanja karena esok akan ada tamu yang berkunjung ke rumah. Rania tidak melihat genangan air di anak tangga, sehingga membuatnya terpeleset. Ia harus kehilangan bayinya dan juga akan diceraikan oleh Andi.Airmata Rania mengalir terus, membuat kedua matanya sembab. Ia mengabaikan rasa sakit bekas operasi di perutnya. Wajahnya semakin pucat karena sejak siuman, Rania tidak menyentuh setetes air maupun makanan. Setelah mengatakan bahwa Rania akan sulit melahirkan, Mama Asnah langsung keluar dari ruangan, membiarkan Rania dengan perasaan porak poranda. Apalagi kata-kata terakhir Mama Asnah yang mengatakan bahwa tamu yang akan hadir esok adalah calon istri Andi."Aku harus berbic

    Last Updated : 2025-02-12
  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 3. Tangisan Bayi

    Rafa memandang bayinya dengan penuh cinta dan kasih sayang, yang saat ini sedang terlelap di inkubator. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika bayinya tidak bisa mendapatkan ASI eksklusif. Ia tahu bahwa ASI sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bayi.Rafa memutuskan untuk berbicara dengan Marissa tentang hal ini. Ia ingin membujuknya agar mau memberikan ASI kepada bayi mereka. Rafa tahu bahwa Marissa telah memberikan syarat agar ia tidak menyusui anaknya, tapi ia berharap bahwa Marissa bisa memahami pentingnya ASI untuk bayi mereka.Rafa mendekati Marissa yang masih terbaring di tempat tidur. Ia memandangnya dengan penuh kasih sayang dan berbicara dengan lembut."Sayang, aku tahu kamu masih lelah dan sakit, tapi aku ingin berbicara dengan kamu tentang sesuatu yang sangat penting," kata Rafa.Marissa membuka matanya dan memandang Rafa dengan sinis. "Apa itu?" tanyanya dengan nada yang tidak ramah."Aku ingin berbicara tentang ASI," kata Rafa. "Aku tahu kamu telah memberika

    Last Updated : 2025-02-14

Latest chapter

  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 8. Di Jambret

    Rania kaget saat tiba-tiba ada sepeda motor menghimpitnya dan langsung menjambret tas selempangnya. Rania bermaksud mempertahankan tasnya karena isi dalam tas tersebut uang pemberian Andi. Terjadi tarik-menarik antara Rania dan pemuda yang duduk di belakang sepeda motor tersebut.“Lepaskan, jangan ambil tas saya.” Teriak Rania berusaha mempertahankan tasnya. Namun kondisi Rania yang lemah membuat Rania terlepas saat laki-laki yang tertutup oleh helm tersebut menarik dengan kuat tas Rania.“Tolong…Jambret…”teriak Rania saat orang tersebut berhasil mengambil tas miliknya. Namun sayang teriak Rania seakan sia-sia karena penjambret tersebut berhasil melarikan diri. Rania hendak mengejar sepeda motor tersebut namun tiba-tiba sebuah mobil hampir menyerempet Rania. Rania terduduk di aspal sambil meringis menahan sakit di kakinya. Untung saya sopir mobil tersebut mengerem mendadak.Di dalam mobil, wanita cantik yang sedang melakukan panggilan telepon dikejutkan karena mobil yang tiba-tiba ber

  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 7. Pulang

    Mama Vina masih tidak mengerti maksud ucapan Rafa yang tidak mengizinkan Farrel minum ASI Rania.“Rafa, ada apa? Kenapa kamu tidak mengizinkan Rania untuk memberikan ASI nya?” tanya Mama Vina.“Farrel punya ibu, Ma. Nanti Rafa akan bujuk kembali Melisa di rumah. Sekarang Mama bereskan saja barang-barang Melisa dan Farrel.” pinta Rafa yang sambil menenangkan Farrel yang rewel. Ia enggan bercerita tentang Rania pada Mamanya.Melihat wajah Rafa yang datar membuat Mama Vina terdiam, Mama Vina tidak berani bertanya lagi kenapa Rafa tidak mengizinkan Farrel meminum ASI dari Rania. Mama Vina pun mulai membereskan barang-barang.Sore ini Rafa akan membawa pulang bayinya, sedangkan Melisa sudah tidak lagi kembali ke rumah sakit sejak hari itu. Rafa sudah menghubungi Melisa yang katanya sedang melakukan pekerjaan yang sudah ditandatangani dan tidak bisa ditunda. Rafa ingin marah pada Melisa namun ia tidak bisa berbuat apa-apa.Namun kali ini Rafa tidak bisa mentolerir sikap Melisa yang meningga

  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 6 . Kecemasan Rafa

    Rafa yang diminta oleh Mama Vina untuk mengucapkan terima kasih pada wanita yang telah menenangkan bayinya, dikejutkan dengan pemandangan yang membuatnya spontan langsung menghampiri Rania.“Hei…apa yang kamu lakukan? Apa kamu sudah tidak waras..hah!” bentak Rafa dengan geram. Rafa langsung mengambil pisau yang berada di tangan Rania dan membuangnya jauh ke lantai. Untung saja Rafa datang tepat waktu sehingga tangan Rania hanya tergores sedikit.Rania tersentak kaget saat tangan Rafa merebut pisau yang digenggamnya, tubuhnya yang lemah tidak bisa melawan saat Rafa mencegahnya untuk menyayatkan pisau tersebut ke tangannya.“Kamu siapa!” Rania menatap tajam pada Rafa yang berdiri di depannya, “Kamu tidak berhak melarangku, biarkan aku mati, aku ingin menyusul anakku. Aku kehilangan anakku, dan suamiku menceraikanku, untuk apa aku hidup lagi, hidupku sudah tidak berguna lagi. Bahkan suamiku langsung menikah lagi padahal perceraian kami belum ada 1 x 24 jam.” teriak Rania dengan histeris,

  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 4. Darah Segar

    Hati Rania sedikit terobati dengan kehadiran bayi tampan yang belum diberi nama oleh kedua orangtuanya, sepertinya mereka mengalami masalah, tampak dari tidak ada nya sang ibu kandung disisi bayi tersebut. Selesai menyusui bayi tampan tersebut, Rania kembali ke kamarnya setelah dipastikan bayi tersebut sudah kenyang dan tertidur lelap. Rania pun memompa ASInya dan memberikan pada Mama Vina untuk diberikan pada bayi tersebut jika kembali rewel. Mama Vina tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih karena Rania membantu menenangkan cucunya yang rewel.Rania hendak beristirahat setelah selesai memompa ASInya yang melimpah, ia dikejutkan oleh kedatangan suaminya. Namun kali ini sang suami datang sendiri tanpa ditemani Mamanya. “Mas…!” seru Rania dengan dahi bertaut, “apa yang kamu bawa, Mas?” Rania bertanya pada Andi yang membawa koper besar di sampingnya.Andi meletakan koper tersebut di dekat lemari, “ini baju-baju kamu, semua sudah Mama masuki kedalam. Jadi kamu tidak perlu kembali k

  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 4. Bayi Tampan

    “Mah, ada apa ini?” tanya Rafa pada sang Mama yang sedang menenangkan bayinya.“Dia haus, Rafa. Tadi perawat membawanya kemari agar Marissa bisa menyusui, perawat sudah mencoba memberikan susu tapi dia menolak.” jawab Mama Vina sambil menimang-nimang bayi tersebut agar berhenti menangis, namun bayi tersebut semakin kencang menangis membuat Mama Vina kewalahan.“Marissa kemana, Ma?” tanya Rafa, namun Mama Vina hanya diam seakan enggan menjawab. Rafa pun mencari keberadaan Marissa yang tidak ada di tempat tidurnya, tampak selang infus sudah dibuka, Rafa berpikir Marissa ada di dalam kamar mandi karena kamar mandi tertutup. Ia pun mencoba mengetuk pintu kamar mandi namun mendengar ucapan Mama Vina membuat Rafa tertegun.“Marissa sudah pergi, tadi asistennya datang.” Ada nada kesal yang Mama Vina ucapkan.“Apa, Ma? Marissa sudah pergi.” Rafa mengulang ucapan sang Mama seakan tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.“Benar, Rafa. Istri kamu sudah pergi, katanya tadi sudah hubungi k

  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 3. Tangisan Bayi

    Rafa memandang bayinya dengan penuh cinta dan kasih sayang, yang saat ini sedang terlelap di inkubator. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika bayinya tidak bisa mendapatkan ASI eksklusif. Ia tahu bahwa ASI sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bayi.Rafa memutuskan untuk berbicara dengan Marissa tentang hal ini. Ia ingin membujuknya agar mau memberikan ASI kepada bayi mereka. Rafa tahu bahwa Marissa telah memberikan syarat agar ia tidak menyusui anaknya, tapi ia berharap bahwa Marissa bisa memahami pentingnya ASI untuk bayi mereka.Rafa mendekati Marissa yang masih terbaring di tempat tidur. Ia memandangnya dengan penuh kasih sayang dan berbicara dengan lembut."Sayang, aku tahu kamu masih lelah dan sakit, tapi aku ingin berbicara dengan kamu tentang sesuatu yang sangat penting," kata Rafa.Marissa membuka matanya dan memandang Rafa dengan sinis. "Apa itu?" tanyanya dengan nada yang tidak ramah."Aku ingin berbicara tentang ASI," kata Rafa. "Aku tahu kamu telah memberika

  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 2. Andai saja

    Rania terguncang oleh kata-kata Mama Asnah. Ia merasa tidak berdaya, seperti telah kehilangan semua harapan. Ia dinyatakan sulit memiliki bayi dalam waktu dekat. Jika saja ia lebih berhati-hati saat menuruni tangga, mungkin ia tidak akan terjatuh dan kehilangan bayinya.Saat itu, Rania diminta Mama Asnah untuk berbelanja karena esok akan ada tamu yang berkunjung ke rumah. Rania tidak melihat genangan air di anak tangga, sehingga membuatnya terpeleset. Ia harus kehilangan bayinya dan juga akan diceraikan oleh Andi.Airmata Rania mengalir terus, membuat kedua matanya sembab. Ia mengabaikan rasa sakit bekas operasi di perutnya. Wajahnya semakin pucat karena sejak siuman, Rania tidak menyentuh setetes air maupun makanan. Setelah mengatakan bahwa Rania akan sulit melahirkan, Mama Asnah langsung keluar dari ruangan, membiarkan Rania dengan perasaan porak poranda. Apalagi kata-kata terakhir Mama Asnah yang mengatakan bahwa tamu yang akan hadir esok adalah calon istri Andi."Aku harus berbic

  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 1. Kesedihan

    Rania tersadar dari obat bius pasca operasi Caesar. Matanya mengerjap memandangi ruangan yang serba putih dengan bau obat yang menyengat. Rania menahan rasa sakit di area perutnya dan matanya menoleh ke sekeliling ruangan yang sepi, tidak ada seorang pun menemaninya di ruangan ini. Ia ingin bertanya tentang kondisi bayinya, yang harus dilahirkan sebelum waktunya akibat ia terjatuh dari tangga rumahnya.Tak lama terdengar pintu ruangan Rania terbuka, muncullah seorang pria dengan wajah kusut bersama wanita paruh baya dengan wajah angkuh.Rania tersenyum melihat kedatangan sang suami, "Mas... Bagaimana anak kita?" lirih Rania saat bertemu tatap dengan wajah sedih Andi. Suasana hening sesaat, Andi tampak menarik nafas dengan berat dan mengeluarkan secara perlahan.“Mas…dia baik-baik saja kan.” ucap Rania kembali, saat Andi tidak menjawab pertanyaannya."Dia... dia tidak selamat." Andi menjawab dengan suara bergetar."APA, MAS?" Pekik Rania, ia spontan bangun dan mengabaikan nyeri perut

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status