Share

Hanya Sebatas Ibu Susu
Hanya Sebatas Ibu Susu
Penulis: Nelangsa

Bab 1. Kesedihan

Penulis: Nelangsa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-07 16:35:28

Rania tersadar dari obat bius pasca operasi Caesar. Matanya mengerjap memandangi ruangan yang serba putih dengan bau obat yang menyengat. Rania menahan rasa sakit di area perutnya dan matanya menoleh ke sekeliling ruangan yang sepi, tidak ada seorang pun menemaninya di ruangan ini. Ia ingin bertanya tentang kondisi bayinya, yang harus dilahirkan sebelum waktunya akibat ia terjatuh dari tangga rumahnya.

Tak lama terdengar pintu ruangan Rania terbuka, muncullah seorang pria dengan wajah kusut bersama wanita paruh baya dengan wajah angkuh.

Rania tersenyum melihat kedatangan sang suami, "Mas... Bagaimana anak kita?" lirih Rania saat bertemu tatap dengan wajah sedih Andi. 

Suasana hening sesaat, Andi tampak menarik nafas dengan berat dan mengeluarkan secara perlahan.

“Mas…dia baik-baik saja kan.” ucap Rania kembali, saat Andi tidak menjawab pertanyaannya.

"Dia... dia tidak selamat." Andi menjawab dengan suara bergetar.

"APA, MAS?" Pekik Rania, ia spontan bangun dan mengabaikan nyeri perut bekas jahitan operasi yang baru beberapa jam ia dapatkan, "Kamu bercanda kan, Mas!" seru Rania kembali.

Andi hanya mampu menggelengkan kepala, wajahnya langsung memerah menahan rasa sedih dihatinya.

"Ma, Anak kami masih hidup kan Ma. Mas Andi berbohong kan Ma," Rania meminta penjelasan pada Mertuanya yang berada di sebelah sang suami dengan kedua tangan melipat.

"Untuk apa suami kamu berbohong. Gak ada untungnya Andi berbohong. Anak kamu sudah mati, kamu yang telah membunuhnya. Kamu sudah berjanji pada kami buat menjaga anak itu. Tapi apa? Kamu melahirkan sebelum waktunya sehingga bayi kamu tidak bisa diselamatkan," sarkas Mama Asnah kecewa. Sejak awal menikah Asnah memang tidak menyukai Rania, segala cara Asnah lakukan agar Andi tidak menikahi Rania, namun Andi mengancam akan keluar dari rumah sehingga Asnah terpaksa merestui pernikahan mereka.

"Tapi... Mas, Ma. Sebelum aku tidak sadarkan diri, aku mendengar tangisan bayi, gak mungkin bayi kita meninggal Mas," ucap Rania dengan berlinang air mata. Ia yakin betul sebelum ia kehilangan kesadaran, ia sempat mendengar tangisan seorang bayi yang begitu nyaring.

"Kamu... benar. Bayi itu menangis tapi setelah berselang beberapa jam dia tidak bisa diselamatkan," jawab Andi dengan getir.

Rania menatap wajah Andi untuk mencari kebohongan di matanya namun yang Rania tangkap sebuah kesedihan dan kekecewaan. Tubuh Rania seketika tak bertulang, Rania hanya mampu menahan rasa sesak di dadanya, menerima kenyataan bahwa ia kehilangan bayinya tanpa melihat wajahnya.

"Dan... kedatangan aku kesini. Ingin mengatakan sesuatu," kata Andi agak ragu-ragu. Sebenarnya Andi tidak tega melihat Rania yang masih sakit dan berkabung, namun desakan sang Mama membuat Andi harus menuruti apa yang sang Mama perintahkan.

"Buruan bilang Andi. Mama gak mau berlama-lama disini," desak Mama Asnah, tangannya menutup hidung seakan tidak tahan mencium bau obat di ruangan.

Rania mengusap air matanya yang mengalir dengan deras, ada sesuatu yang ingin suaminya katakan dan membuat jantung Rania berdebar-debar takut sesuatu yang buruk kembali terjadi.

“Kamu mau ngomong apa, Mas?”

"Aku ingin, kita bercerai," kata Andi dengan datar tanpa menatap Rania.

Rania menatap Andi dengan pandangan kosong, seperti tidak percaya apa yang baru saja didengarnya. "Cerai?" ulang Rania dengan suara tercekat, seperti tidak ingin percaya bahwa suaminya benar-benar ingin meninggalkannya.

Andi tidak menatap Rania, ia hanya menunduk dan mengangguk. "Ya, aku ingin kita cerai. Aku tidak bisa lagi hidup denganmu setelah apa yang terjadi pada bayi kita."

Rania merasa seperti ditusuk oleh pisau yang tajam. Ia tidak percaya bahwa suaminya ingin bercerai padanya hanya karena bayi yang ia kandung meninggal.

“Mas, apa salah aku?" tanya Rania dengan suara yang bergetar.

Andi tidak menjawab, ia hanya berdiri dan berjalan menuju pintu. "Aku akan mengurus semuanya, kamu tidak perlu khawatir," kata Andi sebelum keluar dari ruangan. 

“Mas…tunggu. Jangan pergi dulu Mas. Kita harus bicara dulu, Mas.” mohon Rania saat melihat punggung Andi berlalu dari balik pintu. Ucapan Rania seolah angin lalu bagi Andi dan Mama Asnah yang masih berdiri hanya menatap dengan tatapan mencemooh.

"Kamu tahu sendiri bahwa Andi sangat menginginkan anak untuk mempertahankan posisinya dalam perusahaan. Tapi sekarang, karena kelalaian kamu, semuanya menjadi tidak pasti dan nasib Andi di perusahaan akan terancam,” ucap Mama Asnah dengan penuh amarah.

Rania merasa seperti ditusuk oleh pisau yang tajam. Ia tidak percaya bahwa Mama Asnah bisa begitu kejam dan menuduhnya seperti itu. "Tapi, Ma. Ini semua bukan keinginan aku," ucap Rania dengan suara yang bergetar. "Aku juga tidak ingin anakku meninggal. Kalau disuruh memilih biar aku aja yang mati daripada anakku, Ma.” lirih Rania dengan air mata mengalir di pipi mulusnya.

“Ya benar. Lebih baik kamu saja yang mati tapi sayangnya kamu masih diberi kehidupan.” jawab Mama Asnah sambil menatap sinis Rania yang tampak terpuruk.

“Kalau saja kamu lebih berhati-hati saat menuruni tangga semua ini tidak akan terjadi. Kamu harus bertanggung jawab atas apa yang telah terjadi. Dasar istri tidak berguna. Dari awal kalian menikah Mama sudah mempunyai firasat kalau kamu itu menyusahkan hidup Andi saja. Padahal Andi sudah mengorbankan jabatannya demi menikahi kamu dan Andi akan mendapat jabatannya kembali jika memiliki anak. Tapi sekarang apa? Semuanya gagal karena kecerobohan kamu.” hina Mama Asnah tampak mempedulikan perasaan sang menantu, Mama Asnah terus membuat Rania semakin merasa bersalah.

“Tapi…Ma. Kami bisa memiliki bayi lagi setelah luka bekas operasi ini sembuh. Aku janji akan menjaganya dengan hati-hati.” sahut Rania.

Mama Asnah tersenyum sinis, “tapi sayangnya, Dokter mengatakan akan sangat sulit buat kamu hamil kembali makanya Andi menceraikan kamu.”

“APA?” Rania terkejut mendengar kata-kata Mama Asnah. Ia merasa seperti tersambar petir oleh kata-kata Mama Asnah yang menyakitkan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Alfa
tega bngt tu mertua
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 2. Andai saja

    Rania terguncang oleh kata-kata Mama Asnah. Ia merasa tidak berdaya, seperti telah kehilangan semua harapan. Ia dinyatakan sulit memiliki bayi dalam waktu dekat. Jika saja ia lebih berhati-hati saat menuruni tangga, mungkin ia tidak akan terjatuh dan kehilangan bayinya.Saat itu, Rania diminta Mama Asnah untuk berbelanja karena esok akan ada tamu yang berkunjung ke rumah. Rania tidak melihat genangan air di anak tangga, sehingga membuatnya terpeleset. Ia harus kehilangan bayinya dan juga akan diceraikan oleh Andi.Airmata Rania mengalir terus, membuat kedua matanya sembab. Ia mengabaikan rasa sakit bekas operasi di perutnya. Wajahnya semakin pucat karena sejak siuman, Rania tidak menyentuh setetes air maupun makanan. Setelah mengatakan bahwa Rania akan sulit melahirkan, Mama Asnah langsung keluar dari ruangan, membiarkan Rania dengan perasaan porak poranda. Apalagi kata-kata terakhir Mama Asnah yang mengatakan bahwa tamu yang akan hadir esok adalah calon istri Andi."Aku harus berbic

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 3. Tangisan Bayi

    Rafa memandang bayinya dengan penuh cinta dan kasih sayang, yang saat ini sedang terlelap di inkubator. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika bayinya tidak bisa mendapatkan ASI eksklusif. Ia tahu bahwa ASI sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bayi.Rafa memutuskan untuk berbicara dengan Marissa tentang hal ini. Ia ingin membujuknya agar mau memberikan ASI kepada bayi mereka. Rafa tahu bahwa Marissa telah memberikan syarat agar ia tidak menyusui anaknya, tapi ia berharap bahwa Marissa bisa memahami pentingnya ASI untuk bayi mereka.Rafa mendekati Marissa yang masih terbaring di tempat tidur. Ia memandangnya dengan penuh kasih sayang dan berbicara dengan lembut."Sayang, aku tahu kamu masih lelah dan sakit, tapi aku ingin berbicara dengan kamu tentang sesuatu yang sangat penting," kata Rafa.Marissa membuka matanya dan memandang Rafa dengan sinis. "Apa itu?" tanyanya dengan nada yang tidak ramah."Aku ingin berbicara tentang ASI," kata Rafa. "Aku tahu kamu telah memberika

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 4. Bayi Tampan

    “Mah, ada apa ini?” tanya Rafa pada sang Mama yang sedang menenangkan bayinya.“Dia haus, Rafa. Tadi perawat membawanya kemari agar Marissa bisa menyusui, perawat sudah mencoba memberikan susu tapi dia menolak.” jawab Mama Vina sambil menimang-nimang bayi tersebut agar berhenti menangis, namun bayi tersebut semakin kencang menangis membuat Mama Vina kewalahan.“Marissa kemana, Ma?” tanya Rafa, namun Mama Vina hanya diam seakan enggan menjawab. Rafa pun mencari keberadaan Marissa yang tidak ada di tempat tidurnya, tampak selang infus sudah dibuka, Rafa berpikir Marissa ada di dalam kamar mandi karena kamar mandi tertutup. Ia pun mencoba mengetuk pintu kamar mandi namun mendengar ucapan Mama Vina membuat Rafa tertegun.“Marissa sudah pergi, tadi asistennya datang.” Ada nada kesal yang Mama Vina ucapkan.“Apa, Ma? Marissa sudah pergi.” Rafa mengulang ucapan sang Mama seakan tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.“Benar, Rafa. Istri kamu sudah pergi, katanya tadi sudah hubungi k

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 5. Darah Segar

    Hati Rania sedikit terobati dengan kehadiran bayi tampan yang belum diberi nama oleh kedua orangtuanya, sepertinya mereka mengalami masalah, tampak dari tidak ada nya sang ibu kandung disisi bayi tersebut. Selesai menyusui bayi tampan tersebut, Rania kembali ke kamarnya setelah dipastikan bayi tersebut sudah kenyang dan tertidur lelap. Rania pun memompa ASInya dan memberikan pada Mama Vina untuk diberikan pada bayi tersebut jika kembali rewel. Mama Vina tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih karena Rania membantu menenangkan cucunya yang rewel. Rania hendak beristirahat setelah selesai memompa ASInya yang melimpah, ia dikejutkan oleh kedatangan suaminya. Namun kali ini sang suami datang sendiri tanpa ditemani Mamanya. “Mas…!” seru Rania dengan dahi bertaut, “apa yang kamu bawa, Mas?” Rania bertanya pada Andi yang membawa koper besar di sampingnya. Andi meletakan koper tersebut di dekat lemari, “ini baju-baju kamu, semua sudah Mama masuki kedalam. Jadi kamu tidak perlu ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 6 . Kecemasan Rafa

    Rafa yang diminta oleh Mama Vina untuk mengucapkan terima kasih pada wanita yang telah menenangkan bayinya, dikejutkan dengan pemandangan yang membuatnya spontan langsung menghampiri Rania. “Hei…apa yang kamu lakukan? Apa kamu sudah tidak waras..hah!” bentak Rafa dengan geram. Rafa langsung mengambil pisau yang berada di tangan Rania dan membuangnya jauh ke lantai. Untung saja Rafa datang tepat waktu sehingga tangan Rania hanya tergores sedikit. Rania tersentak kaget saat tangan Rafa merebut pisau yang digenggamnya, tubuhnya yang lemah tidak bisa melawan saat Rafa mencegahnya untuk menyayatkan pisau tersebut ke tangannya. “Kamu siapa!” Rania menatap tajam pada Rafa yang berdiri di depannya, “Kamu tidak berhak melarangku, biarkan aku mati, aku ingin menyusul anakku. Aku kehilangan anakku, dan suamiku menceraikanku, untuk apa aku hidup lagi, hidupku sudah tidak berguna lagi. Bahkan suamiku langsung menikah lagi padahal perceraian kami belum ada 1 x 24 jam.” teriak Rania dengan hist

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 7. Pulang

    Mama Vina masih tidak mengerti maksud ucapan Rafa yang tidak mengizinkan Farrel minum ASI Rania. “Rafa, ada apa? Kenapa kamu tidak mengizinkan Rania untuk memberikan ASI nya?” tanya Mama Vina. “Farrel punya ibu, Ma. Nanti Rafa akan bujuk kembali Marissa di rumah. Sekarang Mama bereskan saja barang-barang Marissa dan Farrel.” pinta Rafa yang sambil menenangkan Farrel yang rewel. Ia enggan bercerita tentang Rania pada Mamanya. Melihat wajah Rafa yang datar membuat Mama Vina terdiam, Mama Vina tidak berani bertanya lagi kenapa Rafa tidak mengizinkan Farrel meminum ASI dari Rania. Mama Vina pun mulai membereskan barang-barang. Sore ini Rafa akan membawa pulang bayinya, sedangkan Marissa sudah tidak lagi kembali ke rumah sakit sejak hari itu. Rafa sudah menghubungi Marissa yang katanya sedang melakukan pekerjaan yang sudah ditandatangani dan tidak bisa ditunda. Rafa ingin marah pada Marissa namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Namun kali ini Rafa tidak bisa mentolerir sikap Mariss

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 8. Di Jambret

    Rania kaget saat tiba-tiba ada sepeda motor menghimpitnya dan langsung menjambret tas selempangnya. Rania bermaksud mempertahankan tasnya karena isi dalam tas tersebut uang pemberian Andi. Terjadi tarik-menarik antara Rania dan pemuda yang duduk di belakang sepeda motor tersebut.“Lepaskan, jangan ambil tas saya.” Teriak Rania berusaha mempertahankan tasnya. Namun kondisi Rania yang lemah membuat Rania terlepas saat laki-laki yang tertutup oleh helm tersebut menarik dengan kuat tas Rania.“Tolong…Jambret…”teriak Rania saat orang tersebut berhasil mengambil tas miliknya. Namun sayang teriak Rania seakan sia-sia karena penjambret tersebut berhasil melarikan diri. Rania hendak mengejar sepeda motor tersebut namun tiba-tiba sebuah mobil hampir menyerempet Rania. Rania terduduk di aspal sambil meringis menahan sakit di kakinya. Untung saya sopir mobil tersebut mengerem mendadak.Di dalam mobil, wanita cantik yang sedang melakukan panggilan telepon dikejutkan karena mobil yang tiba-tiba ber

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26
  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 9. Kekecewaan Rafa

    Tangisan bayi terdengar dari luar saat Rania dan Marissa hendak memasuki rumah. Ada perasaan aneh yang dirasakan Rania mendengar suara tangisan tersebut, ia teringat sosok bayi yang dirumah sakit, tapi Rania berpikir itu pasti anak Mbak Marissa yang akan ia jaga.“Bayi yang cengeng. Selalu saja menangis.” ucap Marissa ketus, sambil melangkahkan kakinya dengan cepat masuk ke rumah.Rania menatap bingung sikap Marissa yang sepertinya tidak suka mendengar tangisan anaknya. Rania berusaha untuk tidak ikut campur dengan sikap majikan barunya.Di dalam ruangan keluarga, Rafa sedang menenangkan Farrel yang menangis. Mama Vina juga sudah ikut menenangkan namun Farrel tetap menangis. Hati Rafa sedikit lega saat melihat sang istri berjalan masuk menghampirinya.“Sayang…kamu sudah pulang.”“Ya, Mas. Kenapa dengan dia? Apa udah kamu kasih susu? Tangisannya sampai ke halaman depan lo Mas.” gerutu Marissa yang tidak suka dengan tangisan anaknya, rasanya gendang telinganya hampir pecah.“Dia haus da

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27

Bab terbaru

  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 25. Mulai Curiga

    Sepulang dari taman, suasana hati Rania terasa tak menentu. Langkah kakinya pelan saat mendorong stroller memasuki halaman rumah keluarga besar tempat ia bekerja. Rafa memberi kode Rania untuk segera masuk kedalam, karena ia sedang menerima panggilan telepon dari temannya. Farrel masih tertidur di stroller, di dalam rumah, suasana tampak biasa saja. Beberapa ART lainnya sedang menyapu halaman belakang, dan suara TV dari ruang keluarga terdengar samar. Kemudian Rania memindahkan Farrel ke dalam gendongan, dan meletakkan stroller tersebut di samping tangga. Rania menaiki tangga menuju kamarnya dengan hati-hati agar Farrel tidak terbangun. Setelah menidurkan Farrel di kamar, Rania duduk sebentar di ujung ranjang bayi, memandangi wajah mungil itu. Ia menunduk, menyandarkan dagunya di kedua tangannya. Pikiran berkecamuk tentang tatapan ibu-ibu di taman tadi. Saat di taman, Rania sempat bertemu tatap dengan ibu-ibu tersebut. Tatapan Ibu tersebut membuat Rania tidak nyaman dan risih

  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 24. Bau-bau pelakor

    Dengan penuh perhatian, Rania memastikan Farrel menghabiskan susunya, botol susu langsung habis diminum Farrel, lalu Rania mengambil botol kosong dan menyimpannya ke dalam tas. Rania menatap, tangan Farrel menggosok-gosok matanya dengan punggung tangan, tanda Farrel mulai merasa mengantuk. Rania tersenyum melihat ekspresi lucu Farrel dan langsung mengambil tindakan untuk membersihkan wajah Farrel dengan lembut. "Sudah kenyang ya, sayang?" tanya Rania dengan suara yang lembut, sambil membelai rambut Farrel dengan penuh kasih sayang. Bayi menggemaskan itu cuma tersenyum dan tak lama matanya sudah mulai terpejam-pejam. Rafa duduk di dekat gerobak makanan, memesan bubur ayam sambil mengamati Rania yang sedang bersama Farrel. Wajahnya berseri-seri melihat pemandangan itu, hatinya menghangat melihat sosok keibuan Rania yang penuh kasih sayang terhadap anak kecil. Rafa begitu asyik menatap Rania sehingga tidak menyadari penjual bubur memanggilnya. "Pak... pesan berapa piring?" tanya pe

  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 23. Layaknya seperti keluarga

    Beberapa hari berlalu, semenjak Farrel pulang dari rumah, Rania sangat ekstra menjadi bayi mungil tersebut yang semakin hari semakin banyak akal, bayi 3 bulan lebih tersebut sudah mulai pandai membalik badannya, mungkin benar apa kata orang kalau sakit yang diderita Farrel karena sakit mau tambah akal. Selama 3 bulan itu pula, Marissa selaku ibu kandungnya tidak pernah memberikan perhatian pada Farrel, Marissa terlihat cuek, bahkan ia seakan tidak senang kalau Farrel menangis atau berceloteh di saat Marissa sedang beristirahat siang. Kalau ada Marissa dirumah, Rania terpaksa membawa Farrel duduk di taman atau sekedar berjalan-jalan di sekitar komplek menggunakan stroller. Seperti saat ini, udara pagi hari sangat menyejukkan, cahaya matahari bersinar dengan cerah, konon sinar matahari sangat baik untuk kesehatan. Sehingga Rania membawa Farrel berkeliling komplek untuk menikmati udara pagi yang cerah. Rania mendorong stroller dengan perlahan, namun sekali-kali ia bercanda dengan Farre

  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 22. Di sangka Suami Istri

    “Tuan, Maaf. Karena saya Den Farrel sakit, jangan pecat saya Tuan. Saya akan lebih ekstra menjaga Den Farrel. Tapi, tolong jangan pecat saya, beri saya kesempatan lagi.” Ucap Rania sambil menunduk ia tidak berani menatap wajah tuannya yang menurutnya pasti menyeramkan. Rafa hanya diam, mendengar permohonan Rania tadi membuat hatinya tersentuh. Padahal tidak ada niat Rafa untuk memecat Rania. “Hentikan tangis kamu, ini sudah malam nanti Farrel bangun.” “Ta-tapi…Tuan gak pecat saya kan.” Lirih Rania dengan menahan suara tangisnya lalu menghapus air matanya. “Saya akan pecat kamu, kalau kamu tidak berhenti menangis,” jawab Rafa kesal, Rafa paling tidak suka melihat wanita menangis. Itu lah kelemahannya. Makanya Marissa bisa selalu bekerja setelah mengeluarkan tangisannya dan membuat Rafa tidak tega. Tapi kali ini tangisan Marissa tidak membuat Rafa lemah lagi, karena semua itu buat kebaikan rumah tangganya. Kata-kata Rafa tadi spontan membuat tangisan Rania berhenti. “Say

  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 21. Rasa bersalah Rania

    Rania mengetuk pintu kamar Rafa dengan keras, ia semakin takut dan cemas saat melihat Farrel yang lemah. Pintu masih belum terbuka padahal Rania mengetuknya dengan kuat, mustahil tidak didengar oleh mereka yang di dalam kamar.Mata Rania mulai berkaca-kaca, ia hampir menangis karena takut terjadi sesuatu dengan Farrel. Ia juga tidak berani melakukan sesuatu ke Farrel dengan membawanya sendiri ke rumah sakit karena Farrel memiliki orang tua.Tak lama terdengar suara langkah kaki mendekati lorong kamar, Rania mendapatkan Mbok Sri berjalan ke arahnya dengan membawa sapu, sekop, dan ember berisi air serta kain pel. Mbok Sri yang hendak membersihkan kamar Tuannya menatap Rania dengan bingung, untuk apa Rania berdiri di depan kamar."Rania, ada apa?" tanya Mbok Sri. Rania menjawab dengan nada panik dan cemas terhadap Farrel, "Mbok... Bagaimana ini Mbok? Den Farrel demam, mbok. Aku coba memberitahu Tuan dan Nyonya tapi mereka tidak keluar juga dari kamar."Mbok Sri meletakkan peralatan yan

  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 20

    Beberapa hari berlalu sejak Rania menelepon Andi, Rania mulai menyadari bahwa cinta tulus Andi padanya dulu hanya bualan semata. Andi menceraikannya tanpa ia bisa membela diri, hanya karena ia gagal memberikan keturunan. Sakit tapi tak berdarah, itulah yang dialami Rania.Namun, Rania tidak ingin berlarut dalam kesedihan. Ia meyakinkan dirinya untuk bangkit dan membuktikan kepada mantan suami dan keluarganya bahwa ia bukan wanita lemah.Hari-hari Rania pun disibukkan dengan mengasuh Farrel, bayi tampan yang tidak merasakan kasih sayang ibunya. Ibu Farrel, Marissa, tetap dengan keinginannya yaitu bekerja, sehingga setiap malam Rania selalu mendengar kalau sang majikan selalu bertengkar.Sejak Mama Vina pulang, Rafa menyuruh Rania pindah ke kamar Farrel, sehingga Rania mengetahui kalau rumah tangga majikannya sedang tidak baik. Rania mencoba tutup telinga dan mata, ia tidak mau ikut campur dengan masalah rumah tangga majikannya, ia hanya fokus menjaga Farrel.Walau kadang ada perasaan k

  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 19 . Rasa Rindu

    Rafa tertegun menatap penampilan Marissa, ia berpikir Marissa masih terlelap di kamarnya karena sewaktu Rafa meninggalkan kamar, Marissa masih berada di tempat tidur. Makanya Rafa tidak mengganggu tidurnya, Rafa pikir Marissa butuh istirahat tapi apa yang ia lihat di depan matanya sungguh diluar dugaan.Marissa sudah tampak cantik dengan gaun yang digunakan, make up yang sudah menghiasi wajahnya, seolah-olah akan ada pemotretan malam ini juga, penampilannya sangat mencolok untuk hanya sekedar keluar malam. Rafa pun penasaran sehingga ia bertanya pada Marissa yang saat ini masih berdiri di hadapannya. “Kamu mau kemana? Ini sudah malam.” Rafa berkata dengan nada lembut cenderung tegas, Rafa tidak mau ia kembali dikuasai emosi dengan sikap Marissa yang semakin hari membuatnya kesal. “Lola ngajak bertemu, mas. Pihak agensi meminta aku mengatur jadwal ulang pemotretan karena tadi pagi aku batalkan sepihak.” jawab Marissa apa adanya, memang ia ingin bertemu Lola tapi bukan untuk membahas

  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 18. Kisah Rafa

    Setelah memberikan ponsel ke Rania, Rafa berlalu meninggalkan Rania yang masih berdiam diri di depan pintu. Rania menatap paper bag yang ada di tangannya dengan rasa penasaran. Alangkah terkejutnya saat melihat isi dalamnya, sebuah ponsel dengan logo apel tergigit yang sangat mewah. Rania tidak pernah menyangka bisa memiliki ponsel seperti itu. Selama menjadi istri Andi, Rania tidak pernah mengganti ponsel. Ponsel yang ia miliki saat itu adalah ponsel yang ia gunakan saat masih gadis dan belum menikah dengan Andi. Makanya ada rasa sedih saat ponsel itu hilang, karena banyak foto kenangan di dalam galeri tersebut. Rania merasa bahwa ponsel ini sangat berlebihan. Ia tidak tahu mengapa Rafa memberikan ponsel mewah seperti itu kepadanya, mungkin Rafa ingin ia memberitahu keadaan Rafa setiap hari, sungguh beruntung Farrel memiliki seorang papa seperti Rafa. Di ruang tamu, Mama Vina dan Rafa sedang duduk santai berdua sambil menikmati secangkir teh hangat. Rafa meneguknya secara perlah

  • Hanya Sebatas Ibu Susu   Bab 17. Ponsel

    “Belikan aku ponsel,” kata Rafa, dengan wajah datarnya.“Ponsel? Ponsel kamu rusak? Tapi bukankah tadi baik-baik saja. Masa secepat itu langsung rusak.” kata Ben, lagi-lagi Ben dibuat bingung dengan Rafa, tadi Ben disuruh mencari informasi mengenai Rania dan sekarang Ben disuruh beli Ponsel, sedangkan yang Ben lihat, Ponsel Rafa baik-baik saja.“Ben, bisa tidak apa yang aku suruh jangan banyak tanya, lakukan saja apa yang aku suruh. Buruan belikan, nanti aku transfer lebih ke rekening kamu.” jawab Rafa yang mulai kesal karena Ben banyak bertanya.“Tapi….”“Ingat, Ben. Ini masih jam kerja,” seru rafa dan membuat Ben tidak melanjutkan ucapannya.“Maaf, Tuan. Permisi !” Tanpa bertanya lebih lanjut kagi, Ben keluar dari ruangan rafa dengan seribu tanda tanya menyangkut di pikirannya.Rafa menarik nafas dalam-dalam dan keluarkan secara kasar, “apa aku terlalu berlebihan, memberikannya ponsel. Tapi ponsel itu penting untuk aku bertanya tentang keadaan Rafa. Sepertinya itu wajar saja.” gumam

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status