Raymond memutuskan untuk menemui Sandra terlebih dahulu karena wanita selingkuhannya itu yang paling menguntungkan baginya, sehingga dia lebih memilih untuk berbaikan dengan wanita masa depannya terlebih dahulu dibandingkan dengan wanita pilihan sang ibu yang akan menikah dengannya."Shit! Ke mana dia?! Kenapa tidak diangkat?!" Berkali-kali dia menghubungi Sandra, tapi wanita selingkuhannya itu sama sekali tidak menerimanya, sehingga dari semua panggilan telpon yang dilakukan oleh Raymond hanya berakhir sebagai panggilan tak terjawab."Ayolah, Sandra ... angkat telponnya," gumamnya dengan penuh harap.Tiba-tiba saja matanya berbinar ketika dia mendengar suara sapaan yang didengarnya dari telpon tersebut."Sayang, aku merindukanmu. Aku sangat merindukanmu," ucapnya dengan gaya khas merayunya.'Apa kamu sudah bercerai dengan istrimu?'Seketika Raymond terdiam. Satu kalimat yang ditanyakan oleh Sandra untuk merespon ungkapan rindunya sama sekali di luar prediksinya. Biasanya wanita seli
"Kami memutuskan untuk membatalkan perjodohan anak kami, Tania dengan Raymond, anak kalian," tutur tegas pria paruh baya dengan sangat berwibawa. Di sampingnya terdapat seorang wanita paruh baya dengan penampilan khas ibu-ibu pejabat, dan disebelahnya duduk seorang wanita cantik berpenampilan anggun yang sedari tadi memegang ponselnya."Tunggu sebentar. Kami harap kalian tidak terburu-buru memutuskan perjodohan ini. Sepertinya ada kesalahpahaman yang harus kita luruskan," ujar Anna yang sudah menyiapkan semuanya sebelum menemui keluarga calon besannya. Bahkan dia menyempatkan diri untuk menata rambutnya di salon ternama dan juga merias wajahnya agar tidak kalah dengan calon besan perempuannya.Tania tersenyum tipis mendengar penuturan dari calon ibu mertuanya. Dia tahu betul jika wanita paruh baya yang arogan itu akan berusaha keras untuk membela dirinya dan juga keluarganya. "Lihatlah dia, Ma. Bagaimana kerasnya usaha dia untuk mencapai obsesinya. Dia tidak segan-segan menggunakan k
“Tubuhmu indah sekali, Velicia.”Sentuhan lembut pada kulit mulus Velicia membuat wanita itu mengeliat pelan. Akan tetapi, sepasang matanya yang sudah tampak tidak fokus dan penuh hasrat itu seakan meminta lebih. Ia menggigit bibirnya, menahan lenguhan itu agar tidak keluar.“Jangan menahannya.” Pria itu terkekeh pelan. “Aku merindukan suaramu.”Velicia merasakan ibu jari pria tersebut menyapu bibir bagian bawahnya dengan hati-hati, lalu menciumnya dengan panas, membuat Velicia meloloskan desahan di sela-sela ciuman intens tersebut. Apalagi tangan maskulin pria terus memanjakan Velicia di bawah sana.Sesuatu yang tidak pernah dia dapatkan dari suaminya.Velicia terbuai dan hanyut dalam perlakuan hangat sang pria. Tanpa menyadari bahwa keesokan paginya, ia terkejut mendapati Arion Brooks, sang mantan kekasih, berbaring di sebelahnya dalam keadaan tanpa busana.“Arion!?” batin Velicia, panik. “Apa yang–bagaimana dia bisa ada di sini!?” **Malam sebelumnya ….“Apakah kamu berniat memper
“Istrimu sepertinya gugup, Raymond. Harus lebih santai lagi.”“Saya sepakat, Tuan.” Raymond menanggapi dengan suaranya yang biasa. Tangannya bergerak membimbing Velicia untuk minum. “Ayolah, Sayang, jangan tegang begitu.”Velicia menahan emosi yang mulai bergolak dalam dadanya karena paksaan sang suami, apalagi di hadapan para atasan yang sejak tadi menatap Velicia seperti serigala lapar. Apakah Raymond tidak menyadari sorot mata mesum mereka?Atau … pria itu memang tidak peduli?Pada akhirnya, di bawah desakan semua orang dan tanpa pembelaan dari sang suami, Velicia menandaskan minumannya.Para pria di hadapannya bersorak melihat gelas kosong yang berada di tangan istri Raymond. Keriuhan itu membuat Raymond merasa tersanjung, apalagi para petinggi di perusahaan tempatnya bekerja itu terus memujinya yang memiliki istri cantik nan penurut.Sementara Velicia hanya diam merasakan dadanya seperti terbakar."Minuman ini akan saya persembahkan untuk wanita cantik yang paling bersinar di pe
“Aaahh … Sandra. Tubuhmu nikmat sekali….”Velicia menguatkan dirinya untuk melihat ke arah sumber suara–ke sebuah ruang kecil di dekat tangga darurat. Ia bisa melihat pintunya sedikit terbuka.Di sana, Velicia melihat suaminya tengah melakukan adegan tidak senonoh dengan seorang wanita asing–wanita yang tidak pernah Velicia temui sebelumnya.Jadi, sementara Velicia dilecehkan di dalam sana, Raymond justru … berselingkuh di belakangnya?“Hebat sekali,” desah si wanita yang dipanggil Sandra tadi. “Istrimu pasti puas memiliki suami sepertimu, Ray.”Raymond mendengus. “Kenapa bawa-bawa dia di sini?”“Ah, maaf.” Sandra tertawa kecil. “Bagimu, dia hanya boneka yang bisa dipamerkan saja ya?”“Mmh. Ya.” Raymond kembali menciumi leher Sandra. “Wanita sok polos seperti dirinya hanya bagus untuk dipajang.”Velicia mengepalkan kedua tangannya, sementara tubuhnya bergetar. Hatinya merasakan sakit yang luar biasa dan dadanya terasa sesak, hingga membuat air matanya keluar dengan sendirinya. Ia tah
Raymond berdecak. Jika Velicia memang melihatnya, maka– “Sayang, kenapa di sini? Kamu mencariku?” Raymond menoleh saat mendengar suara itu. Detik berikutnya, seorang wanita memeluk tubuh Raymond dari belakang. Aroma parfum wanita itu sangat memabukkan. “Kamu sudah merindukanku?” Perlahan Raymond berbalik dan dirinya langsung disambut senyuman manis Sandra. Wanita itu masih belum melepaskan pelukannya saat berkata, “Kamu benar-benar menyukaiku rupanya. Tidak bisa lepas dariku, hm?” Seketika amarah Raymond lenyap. Peduli setan dengan istrinya yang kabur. Raymond benar-benar tidak bisa menolak pesona wanita di hadapannya ini. Langsung saja, ia melupakan Velicia. *** “Tubuhmu indah sekali, Velicia.” Sentuhan lembut pada kulit mulus Velicia membuat wanita itu mengeliat pelan. Akan tetapi, sepasang matanya yang sudah tampak tidak fokus dan penuh hasrat itu seakan meminta lebih. Ia menggigit bibirnya, menahan lenguhan itu agar tidak keluar. “Jangan menahannya.” Pria itu terkekeh p
"Mama?!" Kedua mata Velicia terbelalak melihat ibu mertuanya yang sedang berdiri di depan pintu rumahnya. Wanita paruh baya itu melihat penampilan menantunya dari atas hingga bawah. Berantakan! Nilai yang diberikan sang mertua padanya. "Minggir!" ujarnya sembari menyingkirkan sang menantu dari hadapannya. Dia berjalan masuk tanpa dipersilahkan oleh si pemilik rumah. Anna Hayden, istri dari Alexander Davis merupakan seorang ibu rumah tangga tanpa karir yang mempunyai mimpi besar untuk keluarganya. Ambisinya untuk menjadi salah satu wanita kelas atas yang dihormati di kota tersebut membuatnya menghalalkan berbagai macam cara. Seperti saat ini, dia ingin menikahkan Raymond yang sudah beristrikan Velicia dengan putri dari salah satu pejabat tinggi di kota tersebut. Wanita berambut hitam sebahu itu menelisik tiap ruangan. Tidak ada pujian yang keluar dari bibirnya, melainkan celaan yang ditujukan pada sang menantu."Tidak kusangka Raymond telah menikahi wanita pemalas sepertimu," tutur
Suara Velicia dapat didengar oleh sang suami dan ibunya. Seketika keduanya menoleh ke arah sumber suara. "Velicia, kamukah itu?" tanya Raymond menyelidik dari tempatnya berdiri.Badan Velicia menegang. Tangan kanannya menutup bibirnya. Akan tetapi, dia sadar jika hanya sia-sia. Suaminya kembali memanggilnya, dan mempertanyakan keberadaannya. Dia memejamkan matanya, dan menyiapkan hatinya. Sedetik kemudian, dia pun keluar dari tempat persembunyiannya. Selangkah demi selangkah kakinya membawanya menghampiri mereka. "Kamu menguping?" tanya wanita paruh baya itu sambil tersenyum miring pada menantunya.Velicia berdiri tepat di hadapannya. Dia menatap tegas pada sang ibu mertua , seolah tidak mempunyai rasa takut sedikit pun padanya. "Bagaimana jika wanita itu tidak bisa memberikan keturunan ketika sudah menikah dengan Raymond? Apa Mama akan mencarikan wanita lain lagi untuk dinikahi Raymond?" tanyanya serius, tanpa kenal rasa takut."Velicia! Jaga ucapanmu!" bentak Raymond. Sorot mata
"Kami memutuskan untuk membatalkan perjodohan anak kami, Tania dengan Raymond, anak kalian," tutur tegas pria paruh baya dengan sangat berwibawa. Di sampingnya terdapat seorang wanita paruh baya dengan penampilan khas ibu-ibu pejabat, dan disebelahnya duduk seorang wanita cantik berpenampilan anggun yang sedari tadi memegang ponselnya."Tunggu sebentar. Kami harap kalian tidak terburu-buru memutuskan perjodohan ini. Sepertinya ada kesalahpahaman yang harus kita luruskan," ujar Anna yang sudah menyiapkan semuanya sebelum menemui keluarga calon besannya. Bahkan dia menyempatkan diri untuk menata rambutnya di salon ternama dan juga merias wajahnya agar tidak kalah dengan calon besan perempuannya.Tania tersenyum tipis mendengar penuturan dari calon ibu mertuanya. Dia tahu betul jika wanita paruh baya yang arogan itu akan berusaha keras untuk membela dirinya dan juga keluarganya. "Lihatlah dia, Ma. Bagaimana kerasnya usaha dia untuk mencapai obsesinya. Dia tidak segan-segan menggunakan k
Raymond memutuskan untuk menemui Sandra terlebih dahulu karena wanita selingkuhannya itu yang paling menguntungkan baginya, sehingga dia lebih memilih untuk berbaikan dengan wanita masa depannya terlebih dahulu dibandingkan dengan wanita pilihan sang ibu yang akan menikah dengannya."Shit! Ke mana dia?! Kenapa tidak diangkat?!" Berkali-kali dia menghubungi Sandra, tapi wanita selingkuhannya itu sama sekali tidak menerimanya, sehingga dari semua panggilan telpon yang dilakukan oleh Raymond hanya berakhir sebagai panggilan tak terjawab."Ayolah, Sandra ... angkat telponnya," gumamnya dengan penuh harap.Tiba-tiba saja matanya berbinar ketika dia mendengar suara sapaan yang didengarnya dari telpon tersebut."Sayang, aku merindukanmu. Aku sangat merindukanmu," ucapnya dengan gaya khas merayunya.'Apa kamu sudah bercerai dengan istrimu?'Seketika Raymond terdiam. Satu kalimat yang ditanyakan oleh Sandra untuk merespon ungkapan rindunya sama sekali di luar prediksinya. Biasanya wanita seli
Seketika tubuh Velicia membeku. 'Apa dia sudah bangun? Aku harap dia hanya bermimpi,' batinnya sambil memejamkan kedua matanya.Detik berikutnya kedua mata Velicia terbuka lebar saat merasakan ada sesuatu yang bertengger di pundaknya. Jantungnya berdebar sangat kencang. 'Bodoh! Harusnya aku langsung keluar dari kamar ini!' batinnya merutuki kebodohannya.Satu, dua, tiga! Velicia menggerakkan kakinya setelah menghitung dalam hati untuk melarikan diri dari suaminya. Sayang sekali dia gagal untuk keluar dari kamar itu. Tangan Raymond mencengkeram kuat pundaknya, sehingga dia meringis kesakitan."Lepaskan!" ujarnya dengan tegas."Mau ke mana, Sayang? Apa kamu akan melarikan diri seperti kemarin?" tanya Raymond sambil terkekeh.Sejenak Velicia memejamkan kedua matanya, menyiapkan hati, pikiran serta tenaganya untuk menghadapi sang suami yang ingin dihancurkan olehnya."Sudah siang. Bukankah kamu akan terlambat untuk pergi?" tanyanya setelah bersiap menghadapi pria arogan tersebut.Raymond
Raymond berusaha menghentikan Velicia untuk tidur di kamar lain, tapi dia tidak berhasil mengejar istrinya."Sial! Di mana aku melempar pakaianku tadi?!" omelnya pada diri sendiri sambil mencarinya.Pakaian beserta celananya berada di tempat yang berbeda. Karena hasratnya yang sudah tidak dapat ditahannya lagi, dia terburu-buru melepas pakaiannya dan melemparnya ke sembarang arah. Akibatnya dia kesusahan mencarinya.Selang beberapa saat setelah dia menemukan semua pakaiannya, tiba-tiba dia teringat akan sesuatu. Raymond melemparkan pakaian-pakaian yang ada di tangannya seraya mengumpat kasar melampiaskan kekesalannya."Shit! Harusnya aku mengambil pakaian di lemari saja! Kenapa aku harus bingung mencarinya?!"Raymond membiarkan pakaian tersebut tergeletak di lantai. Dia mengambil piyama dari dalam lemarinya dan bergegas memakainya. "Buka pintunya!" serunya dari luar kamar sembari mengetuk pintu tersebut sekuat tenaga tanpa jeda."Kamu menantang ku, ya?!" serunya kembali dengan mengge
Mmmmppphhh!Velicia berusaha melepaskan dirinya dari cengkraman suaminya. Berulang kali dia mencoba melarikan diri, tapi selalu saja gagal. Raymond memegang erat pinggul sang istri dari bagian belakang tubuhnya. Dia menggerakkan pinggulnya sekencang mungkin hingga terdengar suara hentakan tubuhnya yang memenuhi kamar tersebut.Velicia tidak bisa lari lagi. Bukan karena dia menikmatinya. Justru dia merasa hambar meskipun sang suami berusaha keras untuk membuatnya mabuk kepayang dengan sentuhan-sentuhannya. "Bagaimana? Apakah kamu merasa kurang puas?" tanya Raymond dengan nafas ngos-ngosan sembari mempercepat gerakannya, berusaha membuat sang istri bersuara atau pun memberontak.Namun, Velicia hanya diam. Dia tahu betul tentang suaminya. Karena itulah Velicia tidak ingin membuatnya senang dan bersemangat dengan perlawanannya yang akan membuat sang suami merasa menang karena telah membuat perjuangannya untuk melarikan diri menjadi sia-sia."Sepertinya kamu kurang puas," sambungnya denga
Ting tong!Bel rumah berkali-kali dibunyikan tanpa jeda, layaknya orang yang sedang terburu-buru atau sedang diburu oleh sesuatu. Velicia berjalan tergesa-gesa tanpa mengatakan apa pun untuk menenangkan orang tersebut. Benar dugaan Velicia, Raymond lah yang membunyikan bel rumah secara brutal, sama dengan kebiasaan sang suami ketika sedang dalam keadaan kesal atau pun marah.Brak!Pintu rumah ditutup dengan kerasnya oleh Raymond, hingga sang istri yang berjalan terlebih dahulu setelah membukakan pintu untuknya, seketika berjingkat kaget. Velicia hanya menggelengkan kepalanya seraya mengusap dadanya. Dalam hatinya mengumpat sang suami yang selalu bersikap kasar sesuai suasana hatinya."Mau ke mana?" tanya Raymond pada sang istri ketika melihat istrinya itu sedang membawa bantal dan selimut miliknya."Aku tidur di kamar lain," jawab Velicia tanpa menoleh pada suaminya.Raymond bergerak cepat menarik tangan sang istri dan menahannya."Apa maksudmu?" tanyanya tidak terima dengan keputusan
Semuanya telah terbongkar. Raymond kembali bingung menghadapi tiga wanita yang ada dalam hidupnya. Dia tidak bisa melepaskan begitu saja sang istri darinya. Selain itu, dia juga tidak bisa melepaskan wanita selingkuhannya yang bisa menjembataninya menuju kesuksesan. Begitu pula dengan Tania, dia tidak bisa membiarkan perjodohannya gagal begitu saja karena wanita tersebut merupakan pilihan mamanya.Dia duduk sendiri meratapi nasibnya. Pria itu terlihat sangat frustasi. Penampilannya berantakan, sangat jauh berbeda dengan Raymond yang sebelumnya. "Kenapa jadi berantakan seperti ini?!" ujarnya kesal sembari mengacak-acak rambutnya.Banyak pasang mata di cafe tersebut yang masih memperhatikannya. Mereka membicarakan Raymond seolah sedang bertaruh akan nasibnya setelah ditinggal pergi begitu saja oleh tiga wanita yang berstatus istri, calon istri dan juga wanita selingkuhannya."Harusnya semua bisa lancar terkendali seperti rencanaku. Tapi, kenapa sebaliknya?"Dia menghela nafas yang tera
Sesuai kesepakatannya bersama dengan Velicia, Tania menghampiri Raymond yang sedang duduk bermesraan dengan Sandra, wanita selingkuhannya. Bak seorang aktris profesional, Tania berpura-pura tidak mengetahui keberadaan calon suaminya itu. Dia berjalan tergesa-gesa sembari sibuk dengan ponselnya.Bruk!"Aaaawwww! Sakiiiiit!" rintih Tania setelah menabrak sebuah meja yang ada di cafe tersebut.Mata Raymond terbelalak ketika menyadari bahwa wanita yang menabrak mejanya itu adalah calon istrinya, Tania. Lidahnya keluh tidak bisa mengatakan apa pun. 'Tania?! Kenapa dia ada di sini?' tanyanya dalam hati tanpa berkedip menatap calon istrinya.'Bukankah aku menyuruhnya untuk menungguku di tempat ....' Seketika dia teringat sesuatu. Tanpa berpikir panjang dia mengambil ponselnya dan membuka pesan dari Tania.'Bodoh! Kenapa aku tidak menyadarinya?!' sambungnya dalam hati.Tania masih sibuk meratapi bagian tubuhnya yang terasa sakit terkena sudut meja tersebut. Dia meringis sembari merintih ke
"Apa kau akan pergi?" tanya Velicia pada suaminya. Dia menatap sedih pada sang suami yang sudah berganti pakaian rapi, bukan pakaian yang digunakannya ketika berada di rumah."Sejak kapan kamu peduli padaku?" tanya balik Raymond sambil menyisir rambutnya. Pandangan matanya masih tetap tertuju pada cermin yang memperlihatkan penampilannya, seolah enggan melihat istrinya meskipun sedang berbicara dengannya.Velicia tersenyum getir. Dia hanya bisa menatap suaminya dari ranjang, tempatnya duduk saat ini."Jika aku tidak pernah peduli padamu, lalu siapa yang selama ini menyiapkan keperluanmu? Bahkan sekarang saja aku belum juga makan karena menunggumu untuk makan bersama," tutur Velicia sambil tersenyum miring.Raymond melirik sang istri dari cermin yang ada di hadapannya. Dia merapikan pakaiannya, seolah sedang mengacuhkan istrinya."Bukankah semua itu memang sudah menjadi tugasmu? Lagipula, kenapa kamu tidak makan? Kenapa kamu harus menungguku?" tanyanya tanpa beban pada sang istri."Kar