Desiran ombak menyapu pantai dengan suara khasnya. Matahari telah siap kembali ke tempat peraduannya. Semburat sinar berwarna Oren membuat langit menjadi indah dan romantis. Seorang wanita tengah berada di tepi pantai merasakan segarnya sapuan air laut dan pemandangan indah itu, kedua matanya yang indah membasah saat teringat kenangan indah di saat yang sama seperti itu."Bella, sedang apa kamu disini?" Suara kakek Yulius mengejutkan Bella, kakek Yulius memanggil Bella yang tengah membayangkan kenangan indah bersama Marco saat sunset tiba. Bella yang selama tiga bulan ini sudah di anggap meningg@l ternyata masih hidup dengan sehat dan tanpa cacat sedikitpun."Aku hanya merindukan suamiku, kek." "Cukup Bella, hal itu akan menyiksamu, biarkan Marco hidup dengan aman." Bella menarik nafas dalam, semuanya memang terasa berat. Saat itu, baru saja Bella dan Marco merasakan indahnya berumah tangga tapi kini harus terpisah begitu saja. Lebih tepatnya Bella menjauh demi keselamatan sang s
POV : Bella melakukan sandiwara Setelah malam itu, pembicaraan dengan kakek Yulius seolah mengangguku. Saat itu, Aku berpikir bahwa Diego sudah tew@s di pulau kosong itu, tapi ternyata dia masih hidup dan sekarang mengincar suamiku. Aku selalu yakin, jika suamiku dan ketiga anakku akan aman tanpa gangguan Diego. Nyatanya Aku salah, kejadian buruk selalu saja terjadi dan hampir mencelakai suamiku dan anak-anakku. Darahku mendidih, hatiku begitu takut kehilangan suamiku dan juga anakku yang mendapatkan ancaman berbahaya seperti itu. Saat ku pastikan kepada kakek, benar saja semua itu adalah perbuatan Diego. "Kita laporkan saja dia ke polisi, kek! Dia itu seorang penjahat!" ujarku agar Diego bisa segera diringkus dan tidak bisa membahayakan suamiku lagi. "Jangan sekali-kali, kamu menyebut cucuku itu penjahat, Bella! Dia juga sama seperti Marco, cucuku!" Sentak kakek Yulius membuatku begitu terkejut. Bukankah kakek Yulius tidak mengharapkan kehadiran Diego hingga membuangnya k
Dari kejauhan, kakek Yulius menatap cucu dan istrinya saling melepaskan rindu. Kedua netranya membasah, dirinya sudah memisahkan dua insan yang saling mencintai itu."Tuan, apakah kita jadi memindahkan Nona Bella?" Tanya salah seorang bodyguard kepada kakek Yulius."Tidak perlu, Bella sudah aman berada bersama suaminya. Biarkan mereka berdua disini, kalian awasi mereka saja dari kejauhan, untuk melindungi mereka berdua." "Baiklah, Tuan. Kami mengerti." Kakek Yulius lantas pergi meninggalkan Marco dan Bella di pantai itu, beberapa bodyguard tetap tinggal untuk menjaga mereka berdua dari hal buruk yang mungkin saja terjadi.Marco menggandeng istrinya ke dalam rumah mungil bergaya minimalis itu yang di dominasi warna putih dan hitam. Membawanya masuk tanpa melepaskan genggaman tangannya."Duduklah, Mas ingin mendengar semua alasan kamu pergi meninggalkanku darimu langsung, Baby." "Mas.." Bella seolah menolak untuk bercerita.Marco membingkai wajah cantik Bella dan berucap dengan lemb
Jam dinding menunjukkan pukul 6 pagi lebih 30 menit, Bella memandangi wajah tampan suaminya dengan senyuman manis di bibirnya. Tiga bulan menahan kerinduan dan semalam mereka menghabiskan waktu bersama untuk bercinta dengan bergelora.Bella mengusap lembut wajah Marco , pipi yang ditumbuhi dengan rambut halus itu membuat Marco semakin terlihat gagah. Jari lentik Bella kembali menelusuri setiap jengkal tubuh Marco untuk bermain-main, dada Marco yang bidang dan kekar serta kedua tangan dengan otot kuatnya membuat Bella semakin tergila-gila dengan Marco. Dari balik selimut terlihat senjata sang suami berdiri tegak, pikiran nakal Bella datang untuk segera membuat Marco melayang di angkasa.Tangan lembut dengan jemari lentik itu dengan lihai menelusup ke dalam seprei dan menyentuh benda tumpul yang sudah berdiri tegak itu. Senjata Marco pasti akan selalu bangun setiap dengan sendirinya di setiap pagi. Bercinta di saat pagi itu sangat disukai oleh Marco karena
Dua Minggu sudah Bella kembali ke rumah mereka bersama suami dan anak-anaknya, kebahagiaan Bella seolah telah kembali. Namun, sejak saat itu, Marco selalu sibuk mengurus sesuatu katanya. Pulang larut malam, pergi pagi hari. Hubungan intim diantara suami istri itu belum terjadi lagi setelah terkahir di rumah Pantai waktu itu.Bella menghampiri suaminya yang tengah sibuk melihat ponselnya dengan membawa sepiring roti panggang yang sudah di olesi selai juga segelas kopi panas, waktu masih menunjukkan pukul 5 pagi lebih 15 menit, tapi Marco sudah rapih dengan setelan kerjanya. "Mas, sarapan dulu. Aku sudah menguatkan sarapan.""Mas bawa saja sarapannya, sebentar lagi Mas harus berangkat," ucap Marco tanpa memandang istrinya."Mas?" Bella mulai jengah dengan kesibukan suaminya kali ini."Ada apa, Baby?" Sahut Marco sambil menyeruput kopi hangat buatan istrinya dan memandangi ponselnya."Kenapa dia Minggu ini Mas selalu sibuk? Pekerjaan apa yang bisa menyita waktu mas seperti ini?" Kali
Marco tiba di suatu tempat , tepatnya sebuah gudang atau bangunan terbengkalai. Di sana terdapat seorang pria dengan wajah dan badan babak belur tidak karuan.Dia adalah Diego, selama dua Minggu ini Marco mencari Diego dan kini dia mendapatkannya dan membalaskan perbuatan Diego dengan setimpal.Selama dua Minggu ini Marco sibuk untuk menangkap Diego yang bersembunyi di sebuah apartemen bersama dengan Laura. Dengan segala upaya Marco dapat menemukannya dan menghajar habis-habisan Diego sampai babak belur."Kali ini kamu akan merasakan balasan yang setimpal dariku, Diego!" Wajah yang babak belur, tangan dan kaki yang terikat membuat Diego benar-benar tidak berdaya. Namun, Diego tetap memiliki kesombongan tanpa ada rasa takut di wajahnya."Apa yang akan kamu lakukan padaku, hah? Orang lemah sepertimu tidak akan mampu membvnvhku!" Marco menyeringai ucapan saudara kembarnya. Selama ini sikap baiknya untuk menunjukkan rasa sayang pada adiknya sendiri malah di anggap sebuah kelemahan. Ta
Bella memeluk suaminya dengan penuh perhatian. Melihat suaminya seolah terguncang setelah mengetahui kebenaran yang sesungguhnya tentang saudara kembarnya."Sudah Mas, kamu tidak bersalah. Apa yang kamu lakukan adalah kebenaran, kamu hanya ingin melindungiku dan keluarga kita.""Tapi, Mas merasa berdosa kepada Diego, jika Mas tahu kehidupan dia begitu berat seperti itu, Mas mungkin lebih baik mengalah." Bella terhenyak, tidak mengerti maksud sang suami mengatakan kata mengalah."Ma..maksudnya Mas?" Tanya Bella memastikan keraguannya."Mas mungkin akan mengalah untuk kehidupan ini, Mas akan biarkan dia hidup sebagai pewaris yang sah keluarga Pratama. Biarlah kita tinggal menyendiri bersama dengan anak-anak kita."Ada rasa lega di hati Bella, tadinya Bella berpikir bahwa Marco akan mengalah dan menyerahkan dirinya untuk saudara kembarnya, Marco lebih mencintainya daripada harta, walaupun Diego sangat mirip dengan Marco, tetap mereka berdua orang yang berbeda."Semuanya sudah terjadi, k
Keluarga besar Pratama dan Alexander tengah berkumpul untuk dinner bersama. Ini kali pertama Marco dan Diego duduk makan malam bersama.Masih ada kecanggungan di antara mereka, hanya denting sendok dan garpu yang beradu memecah keheningan diantara mereka.Alunan musik klasik mengiringi kecanggungan itu. Nathalia yang baru tahu tentang semua tragedi di keluarga besarnya turut merasa sedih atas kedua Kakak kembarnya, tak menyangka bahwa selama ini dia memiliki dua Kakak kembar.Setelah menyelesaikan makan malam, kini waktunya minum-minum dan menikmati desert yang sudah di siapkan pihak restoran.Pelayan mulai menuangkan Champaign ke setiap gelas yang sudah tersedia di meja. Pandangan kakek Yulius sesekali beralih ke Marco lalu ke Diego, ada hal yang harus di di seleseikan segera."Marco dan Diego... Ada hal yang harus kita semua seleseikan bersama."Semua terdiam mendengar kakek Yulius akan berbicara. "Pertikaian antara Marco dan Diego, sudah seharusnya di seleseikan dengan damai. Semu