Beberapa jam setelah kesepakatan dengan Laura di buat, Marco merasa sangat putus asa, karena tidak mungkin dirinya memutuskan hubungan dengan Bella yang begitu dia cintai. Marco mengambil botol winenya dan menuangkan sedikit ke gelas mewahnya. Meminumnya tapi seperti terasa sangat susah untuk menelannya karena hatinya merasa begitu kesal kepada Laura. "Shit... Laura... Aarrgghh.." Marco melemparkan botol wine ke arah tembok hingga botol winenya pecah dan berantakan membasahi lantai. Marco terduduk di kursi kerjanya dan memegangi jidatnya yang terasa begitu pening.Di saat frustasinya, Marco teringat seseorang yang akan membantunya keluar dari masalah ini hingga dia benar-benar bercerai dengan Laura. "Diego.. ya dia bisa membantuku untuk keluar dari masalahku." "Halo Diego, bisakah kamu kembali ke Indonesia saat ini juga?" Ucap Marco di telpon. --------------------------Tentang Diego... Diego adalah saudara kembar dari Marco, Diego lahir 5 menit setelah Marco. Namun kakek mere
"Menjauhlah dariku!" Ucap Diego pada Laura yang tengah berusaha untuk memeluk Diego yang menganggapnya Marco. Diego mendorong Laura cukup keras hingga membuat Laura menjauh sekitar satu meter.Laura sama sekali tidak tahu tentang kembaran Marco, Marco tidak pernah berbicara apapun tenang kembarannya pada Laura, sikap dingin diantara mereka saat masih bersama dulu membuat Marco urung untuk membicarakan berbagai hal dengan Laura, termasuk rahasia pribadinya.Jadi kini Laura mengira bahwa yang sedang di hadapannya adalah Marco Pratama. Padahal yang kini bersamanya adalah Diego Alexander."Kenapa kamu tiba-tiba berubah sikap, Marco? Bukankah tadi kita saling bermesraan dengan situasi yang hangat bersama Raffa di taman?" Laura memprotes sikap Diego."Itu hanya kedok kita di depan Raffa, ingat kita sedang proses perceraian. Berkas sudah dilimpahkan ke pengadilan, kita akan sidang dua Minggu lagi!" Ucap Diego dengan ketus.Laura semakin memangkas jaraknya dan perlahan mendekati Diego lagi.
Hari ini Aku datang ke kantor dengan wajah sumringah. Aku telah menghabiskan waktu dengan Mas Marco dan melepaskan rindu yang menyiksa hati. Aku memasuki kantor yang sangat tinggi dan besar ini dan berjalan penuh semangat. Senyuman mengembang dari bibirku.Seperti biasa Mas Marco mengantarkan Aku sampai dekat kantor lalu kami akan menuju ke kantor dengan sendiri-sendiri.Namun senyum indah itu perlahan memudar saat Aku melihat sosok Alexa tepat berdiri di hadapanku."Bisa kita bicara sebentar?" Ucap Alexa memerintah."Tidak bisa. Aku harus bekerja sekarang." Tolakku segera.Alexa melihat benda bulat di pergelangan tangannya, dan menunjukkan kepadaku. Waktu saat ini masih jam enam pagi lebih tiga puluh menit. Masih ada waktu sekitar setengah jam untuk kami berbicara."Kamu masih memiliki waktu setengah jam untuk berbicara denganku, Bella." Malas berdebat dengan Alexa akhirnya Aku menuruti permintaannya, kami duduk di ruangan khusus yang di sediakan di dekat resepsionis. Sebuah sofa c
Sore itu Marco menghubungiku dan lalu memintaku untuk datang ke Indonesia. Suatu hal yang begitu aku inginkan tapi selama ini belum ada kesempatan. Tapi kali ini Marco lah yang memberikan kesempatan itu."Baiklah, Aku akan segera datang ke Indonesia." Ucapku setuju. Bagaimana mungkin Aku tidak menyetujuinya, selama ini Aku ingin menjadi bagian dari keluarga Pratama, keluarga yang telah tega membuangku ketika Aku masih bayi. Bayi yang baru lahir tanpa dosa harus di buang begitu saja hanya karena alasan konyol yang tidak masuk akal, Agar tidak menggangu di pewaris tunggal.Aku segera terbang ke Indonesia, meninggalkan kehidupanku di America. Sebenarnya orangtua angkatku sangat baik dan menyayangiku, tapi hati ini sudah terlanjur tumbuh dendam yang di letakkan oleh orang yang dibilang sebagai kakekku itu."Tunggu Aku, kakek. Kau akan melihat bahwa bayi yang dulu kau buang bisa membalas lebih sakit daripada yang kau lakukan padaku!" Ucapku dalam hati. Setelah belasan jam terbang akhirny
"Diego, silahkan tanda tangani ini. Begitu Aku telah resmi bercerai dengan Laura, kamulah pemilik 40% saham itu." Aku langsung memberikan surat perjanjian itu kepada Diego, ketika dia baru saja sampai di hotel untuk bertemu denganku."A.. apa ini, Marco?" Terlihat Diego cukup terkejut dengan surprise yang Aku berikan."Seperti yang sudah Aku beritahu, bahwa ini adalah imbalan atas bantuanmu padaku. Sebentar lagi Aku akan segera bebas dari Laura dan bisa bersama dengan Bella." Jelasku padanya, menyebut nama Bella saja membuatku seketika merindukannya."Bella? Siapa dia?" "Oh ya..Aku belum sempat memberitahu padamu, bahwa Bella adalah wanita yang sangat ku cinta sekarang. Kami akan hidup bahagia bersama jika Aku telah bercerai dari istri kami." NaiumnDiego seolah mengerti maksudku dan hanya manggut-manggut saja. "Ayo segera tanda tangani di sini." Ujarku cepat menunjukkan bagian mana yang harus Diego tanda tangani."Kamu serius tentang hal ini? Kamu tidak akan menyesalinya kan Marc
"Mas, kamu kenapa sikapnya diam begitu sama Aku?" Alexa menyusul Ferry suaminya yang baru saja masuk kamar."Aku tidak apa-apa, Lex! Boleh tinggalkan Aku sebentar?" Bukannya menuruti perintah Ferry, Alexa justru terlihat kesal dengan rahang yang mengeras dan wajah yang di tekuk."Alexa, Aku mau mandi, bisakah kamu keluar sebentar!" Ucap Ferry kembali dengan nada sedikit tinggi."Baiklah, tapi setelah ini kita harus bicara!" Jawab Alexa sembari berjalan keluar kamar dan braaakkkk.. pintu kamar di banting begitu kerasnya."Huuhh... Kenapa Alexa jadi begitu overprotektif seperti ini setelah menikah? Bahkan Aku sampai tidak punya waktu untuk diriku sendiri!" Keluh Ferry dalam hati. Lalu segera membersihkan diri di kamar mandi.Air hangat yang menyentuh kepalanya dan juga membasahi tubuhnya seolah menjadi obat yang ampuh untuk menghilangkan penat dan capeknya.Baru saja Ferry selesei mandi, Alexa sudah duduk di sofa kamar menunggunya dengan menyilangkan kaki. Ferry hanya diam tidak bicar
Diego sudah menunggu di depan pintu hotel tempat dimana Marco tinggal. Dirinya harus segera meluruskan masalah tanda kecupan di leher Bella itu."Gawat, harusnya Aku bisa mengendalikan diri saat melihat Bella sampai Aku mendapatkan saham itu!" Ucapnya dalam batin dengan hati gelisah.Marco membukakan pintu dengan wajah datar, gurat kekecewaan terlihat disana."Marco.. bisakah kita bicara?" "Masuklah," Marco segera melebarkan pintu agar Diego bisa masuk ke dalam."Marco, Aku benar-benar minta maaf. Aku tidak tahu jika wanita yang kau cintai itu Isabella, sekretarismu. Andai mau memberitahu ku sejak awal pasti hal ini tidak akan terjadi, siapapun yang melihat Bella pasti akan tergoda!" Marco terlihat tidak senang saat Diego menyebut kata 'tergoda' hatinya panas dan cemburu. Marco mendekati Diego dan menarik kerah kemeja Diego."Jangan pernah kamu melihat wanitaku dengan tatapan nafsu, Diego!" Pekik Marco."Iya.. iya.. Aku minta maaf. Hal itu tidak akan terulang lagi." Diego mengangka
"Honey, bangunlah..." Ucap Marco sembari mengecup Bella berulang kali. Waktu sudah menunjukkan pukul lima pagi, kedua mata Bella masih terasa berat terlebih tubuhnya yang merasakan begitu letih karena semalaman melayani hasrat kekasihnya itu."Hmm.. kenapa Mas? Mau nambah lagi?" Jawab Bella walau dengan mata tertutup.Marco mendekatkan wajahnya ke telinga Bella dan membisikkan sesuatu pada Bella. "Mas pasti akan meminta jatahku lagi, tapi untuk sekarang Mas harus segera pergi." Bella seketika membulatkan kedua matanya mendengar Marco akan pamit pergi."Kenapa Mas terburu-buru?" "Hari ini sidang perceraianku dengan Laura, sayang." Marco menjelaskan sembari mengelus anak rambut Bella. Bella menarik nafas lega, bahwa kekasihnya itu akan segera menceraikan istrinya lalu akan sepenuhnya menjadi miliknya. "Tidak salah bukan , jika Aku mengharapkan mereka segera bercerai Karena sejak awal juga Mas Marco yang menginginkan diriku." Batin Bella."Baiklah Mas, pergilah dan seleseikan urusan