Sore itu Marco menghubungiku dan lalu memintaku untuk datang ke Indonesia. Suatu hal yang begitu aku inginkan tapi selama ini belum ada kesempatan. Tapi kali ini Marco lah yang memberikan kesempatan itu."Baiklah, Aku akan segera datang ke Indonesia." Ucapku setuju. Bagaimana mungkin Aku tidak menyetujuinya, selama ini Aku ingin menjadi bagian dari keluarga Pratama, keluarga yang telah tega membuangku ketika Aku masih bayi. Bayi yang baru lahir tanpa dosa harus di buang begitu saja hanya karena alasan konyol yang tidak masuk akal, Agar tidak menggangu di pewaris tunggal.Aku segera terbang ke Indonesia, meninggalkan kehidupanku di America. Sebenarnya orangtua angkatku sangat baik dan menyayangiku, tapi hati ini sudah terlanjur tumbuh dendam yang di letakkan oleh orang yang dibilang sebagai kakekku itu."Tunggu Aku, kakek. Kau akan melihat bahwa bayi yang dulu kau buang bisa membalas lebih sakit daripada yang kau lakukan padaku!" Ucapku dalam hati. Setelah belasan jam terbang akhirny
"Diego, silahkan tanda tangani ini. Begitu Aku telah resmi bercerai dengan Laura, kamulah pemilik 40% saham itu." Aku langsung memberikan surat perjanjian itu kepada Diego, ketika dia baru saja sampai di hotel untuk bertemu denganku."A.. apa ini, Marco?" Terlihat Diego cukup terkejut dengan surprise yang Aku berikan."Seperti yang sudah Aku beritahu, bahwa ini adalah imbalan atas bantuanmu padaku. Sebentar lagi Aku akan segera bebas dari Laura dan bisa bersama dengan Bella." Jelasku padanya, menyebut nama Bella saja membuatku seketika merindukannya."Bella? Siapa dia?" "Oh ya..Aku belum sempat memberitahu padamu, bahwa Bella adalah wanita yang sangat ku cinta sekarang. Kami akan hidup bahagia bersama jika Aku telah bercerai dari istri kami." NaiumnDiego seolah mengerti maksudku dan hanya manggut-manggut saja. "Ayo segera tanda tangani di sini." Ujarku cepat menunjukkan bagian mana yang harus Diego tanda tangani."Kamu serius tentang hal ini? Kamu tidak akan menyesalinya kan Marc
"Mas, kamu kenapa sikapnya diam begitu sama Aku?" Alexa menyusul Ferry suaminya yang baru saja masuk kamar."Aku tidak apa-apa, Lex! Boleh tinggalkan Aku sebentar?" Bukannya menuruti perintah Ferry, Alexa justru terlihat kesal dengan rahang yang mengeras dan wajah yang di tekuk."Alexa, Aku mau mandi, bisakah kamu keluar sebentar!" Ucap Ferry kembali dengan nada sedikit tinggi."Baiklah, tapi setelah ini kita harus bicara!" Jawab Alexa sembari berjalan keluar kamar dan braaakkkk.. pintu kamar di banting begitu kerasnya."Huuhh... Kenapa Alexa jadi begitu overprotektif seperti ini setelah menikah? Bahkan Aku sampai tidak punya waktu untuk diriku sendiri!" Keluh Ferry dalam hati. Lalu segera membersihkan diri di kamar mandi.Air hangat yang menyentuh kepalanya dan juga membasahi tubuhnya seolah menjadi obat yang ampuh untuk menghilangkan penat dan capeknya.Baru saja Ferry selesei mandi, Alexa sudah duduk di sofa kamar menunggunya dengan menyilangkan kaki. Ferry hanya diam tidak bicar
Diego sudah menunggu di depan pintu hotel tempat dimana Marco tinggal. Dirinya harus segera meluruskan masalah tanda kecupan di leher Bella itu."Gawat, harusnya Aku bisa mengendalikan diri saat melihat Bella sampai Aku mendapatkan saham itu!" Ucapnya dalam batin dengan hati gelisah.Marco membukakan pintu dengan wajah datar, gurat kekecewaan terlihat disana."Marco.. bisakah kita bicara?" "Masuklah," Marco segera melebarkan pintu agar Diego bisa masuk ke dalam."Marco, Aku benar-benar minta maaf. Aku tidak tahu jika wanita yang kau cintai itu Isabella, sekretarismu. Andai mau memberitahu ku sejak awal pasti hal ini tidak akan terjadi, siapapun yang melihat Bella pasti akan tergoda!" Marco terlihat tidak senang saat Diego menyebut kata 'tergoda' hatinya panas dan cemburu. Marco mendekati Diego dan menarik kerah kemeja Diego."Jangan pernah kamu melihat wanitaku dengan tatapan nafsu, Diego!" Pekik Marco."Iya.. iya.. Aku minta maaf. Hal itu tidak akan terulang lagi." Diego mengangka
"Honey, bangunlah..." Ucap Marco sembari mengecup Bella berulang kali. Waktu sudah menunjukkan pukul lima pagi, kedua mata Bella masih terasa berat terlebih tubuhnya yang merasakan begitu letih karena semalaman melayani hasrat kekasihnya itu."Hmm.. kenapa Mas? Mau nambah lagi?" Jawab Bella walau dengan mata tertutup.Marco mendekatkan wajahnya ke telinga Bella dan membisikkan sesuatu pada Bella. "Mas pasti akan meminta jatahku lagi, tapi untuk sekarang Mas harus segera pergi." Bella seketika membulatkan kedua matanya mendengar Marco akan pamit pergi."Kenapa Mas terburu-buru?" "Hari ini sidang perceraianku dengan Laura, sayang." Marco menjelaskan sembari mengelus anak rambut Bella. Bella menarik nafas lega, bahwa kekasihnya itu akan segera menceraikan istrinya lalu akan sepenuhnya menjadi miliknya. "Tidak salah bukan , jika Aku mengharapkan mereka segera bercerai Karena sejak awal juga Mas Marco yang menginginkan diriku." Batin Bella."Baiklah Mas, pergilah dan seleseikan urusan
"Benarkah dia cucuku?" Pekik Nenek Rose dengan mata berbinar saat detektif suruhannya memberikan informasi akurat tentang Isabella."Pantas saja dirinya begitu mirip dengan Michael, tenyata firasatku tidak salah, dia anaknya Michael."Nenek Rose langsung terbayang sosok Bella yang begitu mirip dengan putranya sendiri Michael, Michael putra tunggalnya yang telah lama pergi dari rumah, mungkin Michael mengubah identitasnya sehingga dirinya tidak bisa di menemukan keberadaan putrinya itu. Walau kenyataan pahit harus Nenek Rose terima bahwa Michael telah meninggal dunia, bahkan dirinya sebagai ibu tidak tahu kematian anak semata wayangnya itu.Hal terpenting saat ini adalah Nenek Rose sudah tahu dimana cucu tertuanya tinggal, cucu yang selama ini dia cari namun tidak berhasil di temukan. Sampai akhirnya Bella datang ke pesta pernikahan Alexa. Bentuk wajah, mata dan hidung serta air wajahnya begitu mirip dengan Michael. Dari situlah Nenek Rose akhirnya memiliki petunjuk untuk menemukan a
Hari ini pekerjaan di kantor tidak terlalu banyak karena Marco tidak datang ke kantor, karena harus menghadiri sidang perceraiannya.Bella sedang sibuk memperhatikan laptopnya. Melihat-lihat sebuah toko penjual baju pengantin secara online. Gaun pengantin yang di dominasi bewarna pink muda itu sukses membuat Bella terpesona.Gaun itu berwarna pink muda dengan dada terbuka dengan kaitan berhias bunga di bahunya sebelah kiri. Membuat Bella tidak henti-hentinya memandangi gaun tersebut."Akankah Aku bisa mengenakan gaun ini?" Gumam Bella lirih dengan senyum mengembang.Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, Bella segera bergegas untuk pulang. Kali ini Marco tidak menjemputnya jadi Bella harus berjalan beberapa meter ke arah halte busway yang ada di ujung jalan.Bella berjalan sendirian, saat tiba-tiba berjalan di area yang sepi, sebuah mobil berhenti di belakang Bella dan sejurus kemudian membekap Bella dan memasukkannya ke dalam mobil.Dengan berusaha keras Bella bermaksud berteriak
Nenek dan Bella kini sudah selesei makan malam dan pindah ke kamar Nenek rose.Nenek Rose memberikan sebuah album foto dimana Ayah Bella dulu sewaktu kecil hingga dewasa. Bella menatapnya dengan rasa bahagia. Bisa melihat masa kecil Ayahnya.Ada satu foto Ayahnya saat masih remaja, berfoto bersama seorang anak perempuan yang usianya tidak terlalu jauh dengan Ayahnya."Anak kecil yang foto bersama Ayah ini siapa nek? Sepertinya mereka berteman dekat." Tanya Bella sembari menunjuk foto Ayahnya tengah bergandengan tangan dengan seorang anak perempuan , tersenyum riang sangat bahagia.Nenek Rose menatap Bella lekat-lekat, dan mulai menarik nafas agar menjaga dirinya menjadi tenang."Nenek akan menceritakan semuanya Nak, 23 tahun yang lalu...." Nenek Rose mulai menceritakan masa lalu Putranya.*23 tahun yang lalu*Seorang anak laki-laki dari keluarga konglomerat bernama Michael Atmajaya yang berusia empat belas tahun sedang mendapat tambahan les bahasa asing, Michael adalah satu-satunya pu