Nenek dan Bella kini sudah selesei makan malam dan pindah ke kamar Nenek rose.Nenek Rose memberikan sebuah album foto dimana Ayah Bella dulu sewaktu kecil hingga dewasa. Bella menatapnya dengan rasa bahagia. Bisa melihat masa kecil Ayahnya.Ada satu foto Ayahnya saat masih remaja, berfoto bersama seorang anak perempuan yang usianya tidak terlalu jauh dengan Ayahnya."Anak kecil yang foto bersama Ayah ini siapa nek? Sepertinya mereka berteman dekat." Tanya Bella sembari menunjuk foto Ayahnya tengah bergandengan tangan dengan seorang anak perempuan , tersenyum riang sangat bahagia.Nenek Rose menatap Bella lekat-lekat, dan mulai menarik nafas agar menjaga dirinya menjadi tenang."Nenek akan menceritakan semuanya Nak, 23 tahun yang lalu...." Nenek Rose mulai menceritakan masa lalu Putranya.*23 tahun yang lalu*Seorang anak laki-laki dari keluarga konglomerat bernama Michael Atmajaya yang berusia empat belas tahun sedang mendapat tambahan les bahasa asing, Michael adalah satu-satunya pu
Air mata Bella meluncur begitu saja saat mendengar cerita tenang ibu dan Ayahnya . Tidak menyangka bahwa ibu dan Ayahnya berada di dalam situasi yang begitu rumit dan menyakitkan.Terlebih ibu Helena yang menjadi wanita tegar itu, entah bagaimana sakit hati dirinya, Suaminya yang tidak lain adalah Ayahnya Bella telah dengan tega meninggalkan Helena begitu saja untuk bersama istrinya yang lain saat tengah hamil muda."Pantas saja jika sikap ibu Helena seperti itu kepadaku, Karna Ayah dan ibuku sudah begitu menyakitinya." Batin Bella."Jadi begitulah ceritanya Nak. Beruntung Helena begitu kuat jika tidak mungkin sudah menjadi gila." "Lalu kenapa nenek membawaku kemari? Bukankah Aku hanya akan mengorek luka Tante Helena yang telah lama berusaha dia obati?" "Kamu pewaris keluarga Atmajaya, Bella. Alexa tidak mampu untuk menjadi seorang pewaris, dia masih terlalu kekanak-kanakan dan manja. Perusahaan bisa hancur jika di tangan Alexa." "Tapi Nek, Tante Helena pasti akan merasa tidak adi
"Sedang apa kau disini, Laura?" Pekik Diego dengan sedikit marah.Laura yang mengenakan lingerie sexy yang hampir menampakkan seluruh bagian tubuhnya dari balik pakaian terawang itu mulai mendekati Diego. Laura sangat menggoda dengan pakaian seperti itu. Sebagai seorang laki-laki normal, Diego sangat menyenangi sikap nakal dan menggoda Laura malam ini, tubuhnya begitu sexy dan menggoda. Namun Diego harus bisa menahan diri karena demi saham perusahaan dan demi membalas dendamnya pada sang kakek, dirinya harus bisa lepas dari jerat menggairahkan Laura."Kita masih suami istri, Marco. Bukankah Aku masih wajib untuk meminta nafkah batin darimu?" Ucap Laura dengan nada suara yang di buat mendesah dan mengeluarkan lidahnya menggoda.Laura memang belum tahu jika yang ada di hadapannya itu bukanlah Marco melainkan Diego, saudara kembar Marco. Tiba-tiba Diego merasakan ada yang aneh terjadi dalam tubuhnya. Keringat dingin keluar dari keningnya, badannya terasa panas, Diego merasakan gerah ta
Dua Minggu sudah setelah pertemuan Bella dengan Nenek Rose, setelah mengetahui Bella adalah cucunya itu membuat Nenek Rose jadi sering berkunjung ke kosan ataupun kantor Bella di saat Bella tengah istirahat.Sore itu nenek Rose mengajak Bella untuk makan malam bersamanya di sebuah restoran. Bella menyetujuinya dan menunggu neneknya di depan kantor untuk di jemput."Kemarilah Nak, duduk di sebelah Nenek."Bella menuruti perintah dari neneknya dan duduk di sebelah nenek Rose."Kita akan makan dimana Nek?" "Di sebuah restoran favorit Ayahmu dulu, nenek ingin mengenangnya dengan datang bersamamu." "Wah.. Bella sungguh tidak sabar." "Mari kita segera kesana. Ayo jalan pak supir."Mobil mewah nenek Rose berjalan membelah jalanan yang penuh sesak karena berbarengan dengan waktu sibuk, yaitu waktu pulang bekerja.Mencium aroma AC mobil dan wewangian yang menyengat membuat kepala Bella terasa begitu pusing lalu Bella merasakan mual."Hoek..." Bella segera menahan diri agar tidak muntah dimo
"Gugurkan kandungan itu, mumpung kandungannya masih kecil masih bisa diatasi!" "Apa!" Marco begitu syok mendengar perintah dari nenek tua itu."Gugurkan kandungan itu! Saya tidak ingin cucu saya menderita lagi karena harus mengandung anak di luar nikah! Apa kamu dengar?" Ucap Nenek Rose dengan nada begitu sengit."Tidak! Itu anak kami, bukti cinta kami. Kenapa Anda dengan mudah menyuruhku untuk menggugurkannya!" Jawab Marco tak kalah sengit.Nenek Rose menatap Marco dengan tajam, seolah begitu membencinya. "Bukankah kamu belum menikahi Bella? Kamu tidak punya hak atas diri Bella, Saya sebagai walinya yang memiliki hak atas cucu saya!""Dengarkan! Walau kami belum menikah tapi kamu melakukan itu dengan dasar cinta, baiknya anda jangan ikut campur dalam hubungan kami! Hak atas anak di dalam kandungan Bella adalah tanggung jawabku. Biarkan kami menyelesaikan masalah ini sendiri!" Marco dengan suara baritonnya terdengar begitu marah. Bukan tanpa alasan, Nenek rose dengan seenaknya ingin
"Berhenti disitu anak haram! Kenapa kamu berani masuk ke dalam rumahku?" Pekik seorang wanita yang tentunya adalah Helena.Bella dan Nenek Rose mematung di tangga, melihat wajah Helena yang terlihat begitu marah kepadanya karena telah masuk ke dalam rumah."Helena, jangan ganggu Bella. Biarkan dia tinggal disini!" Ucap Nenek Rose tegas."Tidak! Aku tidak mengizinkan dia untuk tinggal di rumah ini, Bu! Kenapa ibu malah membawanya ke rumah ini tanpa sepengetahuan diriku?" Nenek Rose mengajak Bella untuk lanjut menaiki anak tangga, namun Bella menggelengkan kepalanya sebagai tanda tidak mau karena takut dengan Helena. Namun nenek Rose mencoba meyakinkan Bella agar mau menurutinya."Percayalah pada Nenek, Helena pasti akan melunak dan bisa menerimamu disini sampai kamu menikah dengan kekasihmu." Bisik Nenek Rose di telinga Bella.Percaya dengan neneknya akhirnya Bella memiliki keberanian untuk berpapasan langsung dengan Helena.Helena terlihat begitu geram pada Bella namun menahannya kar
Bella sudah tiba di kosannya dan segera merebahkan diri di atas ranjangnya yang empuk. Ucapan-ucapan yang menghinanya masih terngiang di benaknya. Rasanya masih begitu menyakitkan. Bulir bening itu kembali menetes dari kedua netranya yang indah.Ponsel Bella berdering, Marco menelpon lewat panggilan vidio. Bella segera menghapus air matanya dan mengangkat telepon dari kekasihnya itu.(Honey, kenapa kamu menangis? Apakah kamu sudah kembali ke kosanmu?) Marco terkejut saat melihat Bella dengan mata sembab dan sudah berada di kosannya."Aku tidak apa-apa, Mas." Jawab Bella dengan tersenyum.(Mas akan segera kesana!) "Tidak perlu Mas, Aku..." Tuuttt.. telepon di matikan tanpa Bella menyelesaikan ucapannya."Pasti Mas Marco sedang kemari." Lirih Bella menatap layar ponselnya. Benar saja, sekitar sepuluh menit Marco sudah berada di depan pintu kosannya dengan membawa sebungkus nasi kuning untuk sarapan.Marco langsung memeluk Bella karena begitu khawatir melihat Bella menangis tadi."Ada
"Bu, kami harus akan pamit. Maaf Bella tidak bisa menginap." "Tidak apa-apa, Nak. Ibu dan Ethan melihatmu bahagia saja sudah cukup." Ucap ibu Lisa dengan suara bergetar."Bu... Ada hal yang ingin Bella katakan." "Tentang apa itu sayang?" "Tentang keluarga besar Ayah. Keluarga Atmajaya." Ibunda Bella terdiam seolah begitu terkejut dengan apa yang diucapkan oleh putrinya. Hal yang sudah puluhan tahun dia dan suaminya tutupi kini bella mengetahuinya."A.. apa Nak? Ibu tidak mengerti." "Bu, Bella sudah tahu semuanya tentang keluarga Ayah, tentang kalian. Bella bukan akan kecil lagi Bu. Jadi berhentilah menutupi semuanya." "Nak.. dengar, masalalu Ayah dan Ibu itu tidak penting, itu hanya masa lalu jangan sampai semua itu mengganggu kebahagiaanmu." Ucap ibu Lisa khawatir."Ibu tidak perlu khawatir. Nenek Rose begitu menyayangi diriku, tetapi Tante Helena...""Helena." Ibu Lisa menutup mulutnya karena sekian tahun mengingat wanita itu lagi."Tante Helena begitu membenciku, Bu." "Itu s