Marco keluar dari ruangan dokter dengan wajah di tekuk karena merasa sedih dan bersalah, Marco menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi kepada Bella dan calon bayinya."Harusnya Aku menahan hasratku untuk tidak menyentuh Bella. Kandungannya lemah, hal buruk bisa saja menimpa calon bayiku!" Batin Marco dengan penuh rasa bersalah.Bella yang sedang terbaring lemah di ranjang rumah sakit menatap Marco dengan wajah tersenyum, seolah tidak terjadi apa-apa."Apakah kamu selalu tersenyum begini agar bisa menyembunyikan kesakitanmu, Honey?" Tanya Marco menatap wanitanya lekat."Aku tidak merasa sakit, Mas. Paling Aku hanya kelelahan makannya jadi bisa seperti ini." Marco menggenggam tangan Bella erat, sebenarnya dirinya enggan untuk memberitahu Bella tetapi Marco harus memberitahu Bella tenang kondisinya yang sebenarnya."Honey, tadi Mas baru ke ruangan Dokter, dokter memberitahu kondisimu. Ada hal buruk yang harus Mas sampaikan!" Ucap Marco dengan nada lemas."Buruk bagaimana, Mas?
"Omong kosong apa yang telah kamu katakan, Laura? Kapan kita melakukan itu? Aku bahkan tidak pernah menyentuhmu lagi!" Laura berdecak, seolah tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Marco melupakan malam panas bersamanya."Jangan pura-pura lupa!" Pekik Laura.Marco langsung tersadar, posisi dirinya saat menunggu persidangan itu digantikan oleh Diego. "Apa jangan-jangan Diego yang telah..." Batin Marco dengan berkecamuk.Tidak mempedulikan Laura lagi, Marco segera pergi meninggalkan Laura yang masih berteriak-teriak tidak jelas kepada Marco."An ji ng kau Diego! Di belakangku malah berbuat hal yang bisa menimbulkan masalah di kemudian hari. Argghhh..." Teriak Marco di dalam mobil. Marco mengendarai mobil dengan kecepatan tinggal. Rasanya Marco ingin segera sampai di hadapan Diego dan memberi pelajaran kepada saudara kembarnya itu, karena perbuatannya bisa saja menimbulkan masalah di kemudian hari.Marco sudah memasuki pelataran rumahnya yang megah bak istana. Pelayan yang sedang
Marco dan Diego masih bersitegang dengan sengit. Terjadi kesalahpahaman diantara keduanya."Jadi kamu benar-benar menipuku, Marco? Sungguh aku tidak menyangka itu akan kamu lakukan!" Ucap Diego nanar."Tidak ada yang menipumu. Aku memberimu uang seharga saham perusahaan, bukankah itu termasuk yang sangat menguntungkan?" "Shit! Aku tidak mau uangmu! Berikan aku saham itu!" "Tenanglah Diego! Apa kamu sekarang sudah tidak mempercayai saudara kembarmu lagi, hah?""Kamu belum mengenal kakek, Diego! Dia orang yang keras dan juga tidak mau ada kesalahan jika terjadi kesalahan sedikit saja , Kakek pasti akan murka!" Lanjut Marco."Lalu bagaimana dengan janjimu?" "Aku memberimu uang sebesar 400 miliar dan kembalilah ke America." Tidak percaya apa yang Marco katakan , kini Diego balik mengancam Marco."Jika begitu lihatlah, Aku akan memviralkan tentang hubungan kita yang sebenarnya kepada semua orang. Bahwa Marco memiliki seorang saudara kembar yang sengaja di buang ke luar negeri!""Tenang
"Kakek!" Marco begitu terkejutnya dengan kehadiran kakek Yulius di kantor, sudah lama Kakek Yulius tidak pernah datang ke kantor karena mempercayakan semuanya kepada cucunya, Marco."Kenapa bisa begini, Marco!" Sentak pak Yulius dengan emosi yang membara."Kenapa sekarang kamu begitu ceroboh, Marco? Apa kamu tidak memikirkan dampak untuk perusahaan, Hah!" Marco berjalan mendekati kakeknya , Kakek yang begitu dia sayangi sedari dulu dan sudah berumur itu masih terlihat gagah di usia senjanya."Tenanglah dulu, kek. Kita duduk dulu dan bicarakan baik-baik!" Pinta Marco sembari mencoba meraih tangan kakeknya."Jangan sentuh Kakek! Kakek sudah sangat kecewa padamu!" Pak Yulius menampik tangan Marco."Halo Kakek, apa kabar? Senang bertemu dengan kakek." Diego juga mendekati kakek Yulius dan Marco.Melihat Diego, kakek Yulius hanya diem saja tanpa ekspresi. Seolah tidak senang dengan kehadiran Diego di hadapannya."Diego hentikan, jangan membuat suasana semakin runyam." Pinta Marco."Loh,
Pagi ini Bella dengan bersemangat merapihkan gaun berwarna putih dengan lengan pendeknya di depan cermin. Wajah sumringah terpancar dari wajahnya yang cantik. Hari ini Marco akan mengajak Bella untuk bertemu dengan Kakek dan kedua orangtuanya. Tinggal tiga Minggu lagi Bella dan Marco menikah , di tengah kesibukan mempersiapkan pernikahan, Marco memang harus memperkenalkan calon istrinya yang baru.Marco melingkarkan kedua tangannya di pinggang Bella untuk memeluk Bella dari belakang yang masih sibuk merapihkan diri di depan cermin. "Kamu selalu sempurna untukku, Honey. Harus berapa lama lagi kamu akan bercermin?" Ucap Marco sembari mengecup tengkuk Bella."Mas, Aku merasa berdebar karena akan bertemu dengan keluarga besarmu. Apakah Meraka akan menerimaku dan Ethan! Ah Aku sungguh tidak percaya ini." "Jika kamu merasa kesulitan untuk bertemu dengan Meraka, maka tidak usah bertemu saja."Mendengar ucapan kekasihnya yang seolah asal nyeletuk, Bella sangat tidak suka dan berbalik arah
Setelah Marco pergi dan menutup pintu ruangan kerja Kakek Yulius , Bella dengan hati berdebar mendekati kakek kekasihnya itu, berharap Dirinya bisa mengambil hati dari orangtua itu dengan caranya sendiri."Katakan. Kenapa kamu ingin berbicara berdua saja denganku?" Tanya kakek Yulius ke intinya tanpa basa basi.Bella tersenyum hangat kepada kakek Yulius dan mendekatinya yang berada di kursi kerjanya sekarang."Saya izin untuk duduk disini, kek." Ujar Bella sembari menunjuk kursi yang berhadapan dengan kakek Yulius."Ya, silahkan." Setelah mendapat persetujuan Bella segera duduk dan menata hati untuk berbicara dengan kakek Yulius."Pertama saya ingin memperkenalkan diri kepada kakek secara personal. Nama saya Isabella, saya seorang janda dengan satu anak, orangtua saya hanya tinggal ibu saja. Saya dari keluarga yang biasa jauh dari kata kaya." Bella menjeda ucapannya dan menarik nafas.Kakek Yulius masih diam dan mendengarkan apa yang akan Bella ucapankan."Tapi beberapa bulan lalu, t
Penthouse mewah dengan dominasi warna hitam dan silver menjadi tempat tinggal Marco dan Bella. Berbagai barang mewah mengisi penthouse itu. Di kursi mewah dengan cahaya lampu tamaram, Bella tengah duduk di kursi mini bar dengan melebarkan kedua pahanya. Bella tengah memakai lingerie merah maroon yang menampakkan tubuh sintalnya.Bella melebarkan kedua tangannya untuk berpegangan di meja bar agar bisa menahan dirinya yang sedang digempur oleh Marco dibawah sana.Marco tengah asyik menikmati liang surgawi Bella. Memainkan lidah dan menyesap berulang kali cairannya yang keluar darinya. Seperti macan kelaparan Marco seolah hendak melahap lubang surgawi itu.Hanya desahan yang keluar dari bibir sensual Bella menerima serangan cinta itu."Ouwhh... Ahh.." Mendengar desahan Bella, Marco semakin menambah permainannya di bawah sana. Sesekali Marco me nu suk kan jari tengahnya kedalam lubang kenikmatan Bella dan memajukan mundurkannya perlahan, permainan Marco itu sukses membuat Bella ke lo j
Plaaakkkk.... Marco menerima tamparan keras dari Laura di dalam ruangan kerjanya. H-2 pernikahan Marco masih di sibukkan dengan urusan kantor yang tidak bisa di tinggalkan karena membutuhkan dirinya."Apa-apaan ini, Laura? Tiba-tiba datang dan langsung menampar orang, hah!" Rahang Marco terlihat mengeras, dirinya memang menahan amarah di hatinya. Pagi-pagi Laura sudah merusak mood kerjanya."Kamu telah melakukan kecurangan saat proses perceraian kita! Aku akan menuntutmu, Marco!" "Curang bagaimana? Jangan mengada-ada kamu, Lau!" Laura seolah tak percaya Marco tetap pura-pura tidak mengerti apapun di hadapannya."Diego!" Cicit Laura dengan sorot mata penuh kemarahan.Marco terdiam sejenak ketika mendengar nama Diego dari mulut Laura, pernikahannya bisa saja kacau jika Laura bertindak nekat."Apa ada yang salah dengan Diego? Jadi kamu sudah bertemu dengannya?" Laura seolah tidak percaya, Marco sama sekali tidak terganggung dengan apa yang baru dia ucapkan. Ternyata Marco sudah bisa