"Kakek!" Marco begitu terkejutnya dengan kehadiran kakek Yulius di kantor, sudah lama Kakek Yulius tidak pernah datang ke kantor karena mempercayakan semuanya kepada cucunya, Marco."Kenapa bisa begini, Marco!" Sentak pak Yulius dengan emosi yang membara."Kenapa sekarang kamu begitu ceroboh, Marco? Apa kamu tidak memikirkan dampak untuk perusahaan, Hah!" Marco berjalan mendekati kakeknya , Kakek yang begitu dia sayangi sedari dulu dan sudah berumur itu masih terlihat gagah di usia senjanya."Tenanglah dulu, kek. Kita duduk dulu dan bicarakan baik-baik!" Pinta Marco sembari mencoba meraih tangan kakeknya."Jangan sentuh Kakek! Kakek sudah sangat kecewa padamu!" Pak Yulius menampik tangan Marco."Halo Kakek, apa kabar? Senang bertemu dengan kakek." Diego juga mendekati kakek Yulius dan Marco.Melihat Diego, kakek Yulius hanya diem saja tanpa ekspresi. Seolah tidak senang dengan kehadiran Diego di hadapannya."Diego hentikan, jangan membuat suasana semakin runyam." Pinta Marco."Loh,
Pagi ini Bella dengan bersemangat merapihkan gaun berwarna putih dengan lengan pendeknya di depan cermin. Wajah sumringah terpancar dari wajahnya yang cantik. Hari ini Marco akan mengajak Bella untuk bertemu dengan Kakek dan kedua orangtuanya. Tinggal tiga Minggu lagi Bella dan Marco menikah , di tengah kesibukan mempersiapkan pernikahan, Marco memang harus memperkenalkan calon istrinya yang baru.Marco melingkarkan kedua tangannya di pinggang Bella untuk memeluk Bella dari belakang yang masih sibuk merapihkan diri di depan cermin. "Kamu selalu sempurna untukku, Honey. Harus berapa lama lagi kamu akan bercermin?" Ucap Marco sembari mengecup tengkuk Bella."Mas, Aku merasa berdebar karena akan bertemu dengan keluarga besarmu. Apakah Meraka akan menerimaku dan Ethan! Ah Aku sungguh tidak percaya ini." "Jika kamu merasa kesulitan untuk bertemu dengan Meraka, maka tidak usah bertemu saja."Mendengar ucapan kekasihnya yang seolah asal nyeletuk, Bella sangat tidak suka dan berbalik arah
Setelah Marco pergi dan menutup pintu ruangan kerja Kakek Yulius , Bella dengan hati berdebar mendekati kakek kekasihnya itu, berharap Dirinya bisa mengambil hati dari orangtua itu dengan caranya sendiri."Katakan. Kenapa kamu ingin berbicara berdua saja denganku?" Tanya kakek Yulius ke intinya tanpa basa basi.Bella tersenyum hangat kepada kakek Yulius dan mendekatinya yang berada di kursi kerjanya sekarang."Saya izin untuk duduk disini, kek." Ujar Bella sembari menunjuk kursi yang berhadapan dengan kakek Yulius."Ya, silahkan." Setelah mendapat persetujuan Bella segera duduk dan menata hati untuk berbicara dengan kakek Yulius."Pertama saya ingin memperkenalkan diri kepada kakek secara personal. Nama saya Isabella, saya seorang janda dengan satu anak, orangtua saya hanya tinggal ibu saja. Saya dari keluarga yang biasa jauh dari kata kaya." Bella menjeda ucapannya dan menarik nafas.Kakek Yulius masih diam dan mendengarkan apa yang akan Bella ucapankan."Tapi beberapa bulan lalu, t
Penthouse mewah dengan dominasi warna hitam dan silver menjadi tempat tinggal Marco dan Bella. Berbagai barang mewah mengisi penthouse itu. Di kursi mewah dengan cahaya lampu tamaram, Bella tengah duduk di kursi mini bar dengan melebarkan kedua pahanya. Bella tengah memakai lingerie merah maroon yang menampakkan tubuh sintalnya.Bella melebarkan kedua tangannya untuk berpegangan di meja bar agar bisa menahan dirinya yang sedang digempur oleh Marco dibawah sana.Marco tengah asyik menikmati liang surgawi Bella. Memainkan lidah dan menyesap berulang kali cairannya yang keluar darinya. Seperti macan kelaparan Marco seolah hendak melahap lubang surgawi itu.Hanya desahan yang keluar dari bibir sensual Bella menerima serangan cinta itu."Ouwhh... Ahh.." Mendengar desahan Bella, Marco semakin menambah permainannya di bawah sana. Sesekali Marco me nu suk kan jari tengahnya kedalam lubang kenikmatan Bella dan memajukan mundurkannya perlahan, permainan Marco itu sukses membuat Bella ke lo j
Plaaakkkk.... Marco menerima tamparan keras dari Laura di dalam ruangan kerjanya. H-2 pernikahan Marco masih di sibukkan dengan urusan kantor yang tidak bisa di tinggalkan karena membutuhkan dirinya."Apa-apaan ini, Laura? Tiba-tiba datang dan langsung menampar orang, hah!" Rahang Marco terlihat mengeras, dirinya memang menahan amarah di hatinya. Pagi-pagi Laura sudah merusak mood kerjanya."Kamu telah melakukan kecurangan saat proses perceraian kita! Aku akan menuntutmu, Marco!" "Curang bagaimana? Jangan mengada-ada kamu, Lau!" Laura seolah tak percaya Marco tetap pura-pura tidak mengerti apapun di hadapannya."Diego!" Cicit Laura dengan sorot mata penuh kemarahan.Marco terdiam sejenak ketika mendengar nama Diego dari mulut Laura, pernikahannya bisa saja kacau jika Laura bertindak nekat."Apa ada yang salah dengan Diego? Jadi kamu sudah bertemu dengannya?" Laura seolah tidak percaya, Marco sama sekali tidak terganggung dengan apa yang baru dia ucapkan. Ternyata Marco sudah bisa
Mobil mewah milik kakek Yulius sudah memasuki area pusat perbelanjaan, kakek Yulius pergi bersama dengan Bella yang mendampinginya."Apa ada yang akan kita lakukan disini ,kek?" "Tentu, kita akan berbelanja, kan ini mall." Bella tersenyum, hatinya sungguh berdegup kencang karena tiba-tiba saja tadi kakek Yulius menelponnya dan memiliki tanya untuk ikut dengannya, karena terlalu gugup akhirnya Bella menanyakan hal yang tak penting. Marco mengizinkan Bella untuk pergi dengan kakeknya, karena Marco tahu jika kakeknya sudah menerima Bella sepenuh hati."Pergilah, itu tanda bukti bahwa kakek sudah menerimamu dengan sepenuh hati, Honey." Jawab Marco ketika Bella meminta izin.Kakek Yulius segera turun dan supir juga seger membukakan pintu untuk Bella setelah membukakan pintu untuk kakek Yulius."Kemarilah, ikuti dengan kakek." Titah Kakek Yulius agar Bella berada di sampingnya.Plaza Indonesia, Mall yang cukup mewah di jakarta yang mana disana terdapat brand terkenal yang menjual berbagai
Hari bahagia Marco dan Bella tiba, pernikahan yang mereka impikan kini akan menjadi kenyataan. Pernikahan mewah yang di adakan di Bali dengan menyewa villa Amanjiwo Bali yang terkenal dengan keindahan dan kemewahannya. Pemandangan laut Bali yang indah menjadi tempat yang Marco dan Bella pilih untuk acara pemberkatan cinta mereka. Bella yang mengenakan gaun impiannya berwarna pink muda, warna yang begitu soft hingga sekilas terlihat seperti berwarna putih. Berjalan menuju altar pernikahan melewati para tamu yang hanya kerabat dekat dan teman kenalan saja.Marco dengan setelan jas berwarna hitam dengan kemeja berwarna putih dan dasi kupu-kupu. Tersenyum ke arah Bella yang sedang berjalan beriringan bersama kakek Yulius. Mengulurkan tangannya untuk menyambut Bella berada di atas altar pernikahan bersamanya. Bella terlihat begitu cantik dan bersinar, Rona kebahagiaan terpancar dari wajahnya. Untuk menutupi wajahnya Bella memakai veil dengan model blusher tetap terlihat wajah cantik B
Sebulan telah berlalu setelah pernikahan Marco dan Bella. Malam itu di saat pesta pernikahannya, Bella mengalami keguguran, janin yang sudah berusia dua bulan itu keguguran begitu saja. Berita duka itu membuat Bella dan Marco bersedih serta keluarga juga bersedih, terlebih Bella merasa begitu trauma, Bella merasa sudah sangat menjaga kandungannya dengan baik. Bella selalu menyalahkan dirinya sendiri karena keguguran itu.Melihat istrinya selalu menyalahkan dirinya sendiri membuat Marco tidak berdaya, kesedihan Bella menambah dukanya karena kehilangan calon anaknya. Namun Marco harus tetap bersikap tegar dan kuat agar Bella bisa bangkit dan melanjutkan hidupnya lagi."Honey, ayo makan dulu. Mas buatkan sandwich kesukaanmu." Bujuk Marco kepada Bella yang masih terbaring di tempat tidur dengan mata sembab karna menangis."Aku tidak lapar, Mas!" Untuk kesekian kalinya Bella menolak untuk makan. Marco manarik nafas pelan dan menghembuskan perlahan, membujuk Bella memang harus penuh kesab
Axel memeluk tubuh indah Anjani yang tanpa memakai sehelai baju dan hanya tertutup selimut. Setelah lelah, Keduanya menghabiskan waktu untuk bercerita. "Mas minta maaf, karna tetap tidak bisa membatalkan pernikahan dengan Sandra." Mendengar itu Anjani hanya terdiam, pandangannya menerawang langit-langit rumahnya. Axel tahu jika Istri tercintanya itu kecewa, tetapi tidak mau mengungkapkan isi hatinya. "Andai kami menikah secara Sah negara mungkin Aku bisa mencegah pernikahan kedua suamiku. Tidak ada wanita yang mau berbagi suami. Posisiku hanya istri siri." batin Anjani. "Sayang... Aku tahu ini berat, tapi aku janji tidak akan pernah berpaling darimu. Ini hanya pernikahan Bisnis," bujuk Axel lalu mengecup pipi mulus Anjani. "Benarkah?" Anjani mengerlingkan matanya. "Tentu, Kamulah wanita satu-satunya di hatiku." Axel hendak mencium bibir ranum Anjani, namun istri sirinya itu malah menjauh. "Bagaimana jika kamu jatuh cinta kepada Wanita itu setelah melakukan mala
Malam ini, Axel pulang ke Apartemen Anjani. Pikirannya benar-benar sangat kusut kali ini, permasalahan perusahaannya sudah berakhir. Tapi dia tetap harus menikah dengan Sandra dan hari H menuju pernikahan mereka tinggal 7 hari lagi. Bagaimana tidak? Undangan sudah di sebar, gedung sudah di pesan, terlebih Sandra sudah begitu mengharap. Dalam dunia ini memang yang paling kerjam adalah sebuah harapan. "Mas, mandilah dulu, Aku sudah menyiapkan air hangat untuk kamu berendam." celetuk Anjani membuyarkan segala macam pikirannya. Axel berjalan mendekati Anjani, lalu memegang tangannya mesra lalu berbisik di telinga Anjani. "Ikut aku mandi." "Aku sudah mandi, Mas." Tidak ingin mendapatkan penolakan dari Anjani, Axel mendekatkan wajahnya ke ceruk leher Anjani lalu menciuminya. Hal yang Axel lakukan itu membuat Anjani memdesah pelan. "Sayang.. saat ini aku membutuhkanmu, jangan menolak permintaanku." bisiknya. "Baiklah kalau begitu." Setelah mendapat persetuju
"Pak Tristan, Maaf, saya ingin minta izin untuk pulang sekarang."Jono, Supir pribadi Tristan terlihat sangat panik. "Sa.. saya baru di kabari oleh ibu saya jika Istri saya jatuh dari tangga dan tidak sadarkan diri." Claire yang mendengarnya ikut khawatir dan kasihan. Namun, Wajah Tristan nampak tidak senang. "Bukankah saya sudah bilang jika saya tidak suka pekerja yang meminta izin di saat sedang bekerja!" Rasa kagum Claire saat di ruangan meeting tadi seolah sirna. Bosnya itu tetaplah pria dingin tak berperasaan. "Ma..Maafkan saya, Pak! Tapi ini sangat darurat, istri saya sedang mengandung 9 bulan, saya sangat khawatir dengan keadaan mereka berdua." Tristan nampak menimbang-nimbang, setelah mendengar istrinya Jono tengah mengandung masih ada sedikit rasa belas kasih di hati Tristan. "Baiklah, hanya kali ini saya menginzinkanmu." Awalnya Claire sangat tidak suka saat Tristan tidak mengizinkan Jono untuk pergi, tapi gadis itu juga ikut merasakan lega saat akhirnya
Pagi itu, Claire berjalan dengan cepat menghampiri ruangan CEO. Sorot matanya tajam penuh kemarahan dan tangannya mengepal karena menahan amarah. Baru hari ini Claire tahu masalah kedua orangtuanya tentang perusahaan mereka yang hampir bangkrut karena tender yang di rebut paksa oleh perusahaan Titan Corp, tempatnya bekerja. Bella dan Marco memang sengaja tidak memberitahukan keadaan mereka kepada Claire. Bagi mereka, Claire masih lah putri kecil yang tidak harus tahu segala permasalahan keluarganya. Ruangan Tristan yang memang berhadapan dengan meja kerja Claire sebagai sekretarisnya seolah tidak bisa menghentikan niat Claire untuk meluapkan emosinya. Tristan sedikit terkejut karena Claire membuka pintu ruangannya begitu saja. "Kenapa Anda melakukannya?" seru Claire tanpa rasa takut pada atasannya itu dan tanpa basa basi. "Rupanya kamu sudah mendengarnya?" Tristan tampak begitu santai menanggapi Claire. "Permasalahan sudah selesei, kamu tidak perlu khawatir lagi!"
Tristan duduk di depan sang ayah dengan perasaan berkecamuk. Pasalnya, sang Ayah telah mengambil langkah di luar perkiraannya, Franky langsung menyerang perusahaan Marco tanpa membicarakannya dengan Tristan terlebih dahulu. "Segera hentikan tindakan Papi!" Suara bariton Tristan berbicara santun namun tegas. "Bukan balas dendam seperti ini yang Aku inginkan, Pi." "Lalu seperti apa, Tan?" Franky menyesap rokoknya lalu menghembuskan asapnya. "Kamu terlalu lama dalam bertindak, sedangkan Aku sudah ingin melihat Marco dan keluarganya menderita." "Hal paling mudah untuk menyerang Marco memang langsung menyerang perushaannya." Tristan menyandarkan punggungnya dan menatap sang Ayah, "Hal itu pasti sudah Aku lakukan dari dulu, Pi. Tapi aku menginginkan hal yang lebih menyakitkan untuk mereka." "Hal seperti apa? Nyatanya, Papi belum melihat kamu melakukan tindakan apapun." "Aku ingin membuat Marco lebih menderita dengan memanfaatkan putri kesayangan mereka!" Tristan menatap taja
"A...Axel sudah menikah?" pekik Sandra terkejut dengan apa yang baru saja dia dengar. Bella segera mengajak Sandra ke dalam kamar Axel agar tidak membuat keributan dan terdengar oleh Tuan Chandra. Axel juga terkejut melihat kedatangan Mamanya bersama Sandra. "Ada apa ini, Ma?" "Sepertinya kamu harus menjelaskan saat ini juga yang sebenarnya kepada Sandra, Axel." Melihat tatapan Sandra yang penuh tanda tanya dan juga kesedihan Axel mengerti maksud Mamanya. Mungkin tadi Sandra mendengar apa yang Bella dan Axel katakan. "Jelaskan semuanya kepadaku, Xel." Sandra duduk di samping Axel. "Aku butuh kejelasan untuk apa yang aku dengar." Axel menghembuskan nafasnya, sebenarnya Axel tidak tega jika menceritakan yang sebenernya kepada Sandra, tapi Sandra sudah mendengar kebenarannya. "Baiklah, Aku akan menceritakan semuanya kepadamu." Dengan penuh perhatian Sandra memperhatikan Axel yang tengah membicarakan tentang hubungannya dengan Anjani. Berulang kali Sandra memejamkam mat
"Axel , putraku." Seru Marco, "Kamu akan segera menikah dengan Casandra, ini sudah keputusan kami semua." Bagaikan petir di siang bolong, ucapan Ayahnya mampu membuatnya tidak bisa berkata apapun. "Papa dan Om Chandra sudah sepakat untuk menikahkan kamu dengan Casandra, satu bulan lagi." Lanjut Marco menjelaskan. "Pernikahan!" Pekik Axel tercekat. "Iya Axel, pernikahan kamu dan Casandra," Ulang Marco saat melihat putranya tercengang, "Papa sudah yakin bahwa kamu dan Casandra sangat cocok." "Tapi pa.." Marco segera memotong ucapan Axel, "Jika kamu ingin protes, kita bisa bicarakan nanti, sekarang ajak Casandra berbicara agar kalian jadi lebih dekat." Marco memberikan kode kepada Axel untuk berhenti tidak mengucapkan hal yang ingin dia katakan. "Tentang Anjani akan kita bicarakan setelah para tamu ini pulang. Sekarang, patuhi saja apa kata Papa." Tekan Marco dengan membisikkan pada putranya. Tidak ingin membuat malu Ayahnya, Axel terpaksa menuruti permintaannya.
"A...Apa?" Marco seolah tidak yakin dengan apa yang di dengarnya, "Kenapa Titan Excelent seolah menyerang perusahaanku?" Untuk pertama kalinya, perusahaan Marco mengalami kesulitan. Media yang terus 'menggoreng' berita menjadikan semakin runyam. Marco berupaya untuk menyelesaikan masalah ini dengan mengadakan konferensi pers. Bermaksud agar kesalahpahaman menjadi terang. Marco membuat keputusan, "Segera adakan konferensi pers, agar masalah ini tidak berlarut dan semakin runyam." "Tapi pak, apakah kita tidak seharusnya mencari dalang di balik ini semua? Baru kita melakukan konferensi pers." ujar Axel memberi masukan. "Kita tidak punya waktu lagi, sebelum saham kita semakin merosot turun, kita harus memberikan penjelasan kepada khalayak." Saran Axel tidak di hiraukan oleh Marco. Konferensi pers itu akan segera di adakan. Besok siang adalah waktu yang tepat untuk meluruskan semua kesalahpahaman tersebut. Axel masuk ke ruangan ayahnya dengan raut wajah sedikit gusar, "Pah
Hubungan Marco dan Axel menjadi merenggang pasca Marco mengetahui, putranya telah menikahi seorang muslim. Marco tidak mempermasalahkan latar belakang Anjani, bukan soal harta. Hanya saja sebuah pernikahan harus berlandaskan pada pandasi yang kuat. Yang satu keyakinan saja masih sering mengalami cekcok , apalagi yang berbeda keyakinan. Marco hanya tidak ingin Putranya gagal. Bella yang tidak tahan melihat suami dan putranya saling mendiamkan merasa sangat jengah, "Sampai kapan kalian akan saling mendiamkan seperti ini?" "Sampai Axel memutuskan hubungan dengan Anjani." Seru Marco tanpa keraguan sembari melahap makanannya. Axel tidak terima dengan ucapan ayahnya, "Dan Sampai kapanpun aku tidak akan melepaskan Anjani, Pah." Brakk... Marco menggebrak meja makan dan membuat Bella serta Claire terkejut. "Apa kamu mau menghancurkan keluarga ini, Axel!" pekik Marco dengan suara baritonnya. "Tidak ada yang ingin menghancurkan keluarga ini, Anjani wanita yang sangat baik.