***
“Jika kamu tidak bersedia dimadu, kita cerai!” Bayu dengan yakin mengucapkan kalimat tersebut kepada Tiara, wanita yang telah mendampingi hidupnya selama lima tahun terakhir ini.
“Tega kamu, Mas. Kamu sudah lupa dengan kebersamaan kita selama ini. Lima tahun aku menemani hidupmu.” Tiara tidak pernah menyangka kalau suami yang ia cintai dengan tega mengucapkan kata cerai kepada dirinya.
“Keluargaku butuh penerus. Kamu sangat tahu kalau aku anak laki-laki satu-satunya.”
“Kenapa kamu nggak bisa bersabar sebentar lagi, Mas? Aku yakin pasti keajaiban itu ada. Atau sebenarnya ini alasan kamu karena sudah memiliki wanita lain?” Tiara merasa curiga kepada laki-laki yang baru saja mengucapkan kata cerai kepadanya.
“Terserah kamu mau bilang apa, yang pasti aku ingin memperoleh keturunan.” Bayu tetap pada keputusannya.
“Baiklah, jika itu yang kamu inginkan, aku akan pergi dari rumah ini. Semoga kamu mendapatkan balasan atas keputusan ini, Mas.”
“Balasan yang pasti adalah bahwa aku akan memiliki anak dari wanita lain.”
“Kenapa kamu seyakin itu, Mas? Sementara kamu tidak berusaha untuk percaya padaku. Apa yang kamu lakukan di belakangku?” Kecurigaan Tiara makin mendalam mendengar apa yang dikatakan Bayu.
“Kamu nggak berhak lagi untuk tahu tentangku. Silakan kemasi barang-barangmu dan pergi dari sini.” Tiara mencoba meraih tangan Bayu, tetapi ditepiskan oleh laki-laki itu.
“Ini balasan yang kamu berikan untukku, Mas? Kamu tidak menghargai apa yang kulakukan untukmu selama lima tahun ini? Tidak adakah rasa cinta lagi dalam hatimu untukku?” Tiara tidak kuasa menahan air matanya.
“Rasa itu perlahan sirna seiring berjalannya waktu karena kamu tidak mampu mewujudkan harapanku dan keluarga. Hubungan yang kita jalani hanya buang-buang waktu. Untuk apa aku mempertahankan istri yang tidak dapat memberiku kebahagiaan?”
“Tega kamu, Mas. Jadi, kebersamaan kita selama lima tahun ini, kamu anggap apa?”
“Sudahlah. Biarkan aku hidup bersama wanita yang mampu melahirkan anak untukku. Kamu harus tahu bahwa dia ada di sini sekarang.”
Tiara makin terkejut melihat seorang wanita yang keluar dari kamar tamu, perutnya membesar. Sekarang Tiara tahu kenapa Bayu begitu mudah mengucapkan kata cerai kepadanya. Ternyata alasannya ada di depan mata.
“Siapa dia, Mas?” tanya Tiara setelah wanita itu berada di antara mereka. Ia ingin mendengarkan jawaban yang lebih meyakinkan dari Bayu.
Bayu pun melangkah menghampiri perempuan tersebut, lalu meraih tangannya. “Dia adalah calon ibu dari anakku.” Laki-laki itu kemudiam mengusap perut wanita yang kini di dekatnya.
“Ternyata ini jawaban dari perubahan sikap kamu selama ini, Mas. Kamu telah mengkhianatiku, kamu bermain api di belakangku!” Tiara menaikkan suara satu oktaf.
“Karena kamu tidak dapat memberikan apa yang ia berikan. Sekarang kamu sudah tahu yang sebenarnya. Mulai sekarang, calon ibu dari anakku yang akan menjadi nyonya rumah di sini. Kamu nggak ada hak lagi untuk tetap tinggal di rumah ini.”
Tiara melangkah ke arah Bayu dan wanita itu. Ia pun mendaratkan tamparan di pipi laki-laki itu. “Aku jijik melihatmu, Mas!”
Bayu merasa kesakitan setelah mendapatkan tamparan dari Tiara. Ia pun memegang pipinya. Sementara itu, Tiara langsung menuju kamar untuk berkemas. Wanita itu masih merasa seperti mimpi dengan apa yang disaksikan hari ini. Dirinya sangat sedih karena suami yang ia cintai lebih memilih perempuan lain.
Setelah barang yang diinginkan sudah berada di dalam tas. Tiara memandang sekeliling. Kamar miliknya dan Bayu kini hanya akan menjadi kenangan. Sang suami kini sudah tidak membutuhkannya lagi di ruangan itu.
Tiara pun berusaha untuk menerima kenyataan, lalu ia beranjak dari kamar itu dengan hati yang sangat hancur. Ia melewati Bayu dan wanita yang kini hadir dalam hidup laki-laki tersebut. Tiara lebih terkejut lagi saat perempuan itu menunjukkan senyum sinis kepadanya.
***
Akhirnya Tiara tiba di rumah orang tuanya. Ia langsung memeluk ayah dan ibunya yang sedang duduk di depan teras rumah. Kedua orang tua Tiara sangat heran melihat putri bungsunya tiba-tiba datang tanpa memberi kabar sebelumnya.
Tiara merasa menjadi anak yang tidak berhasil membahagiakan orang tua. Kehidupannya sungguh sangat jauh berbeda dengan kakak satu-satunya yang tinggal di kota lain karena ikut suaminya. Sang kakak terpaut usia dua belas tahun dengan pendamping hidupnya, tetapi mereka tetap menjadi pasangan bahagia.
“Kamu kenapa, Sayang? Bayu mana?” Bu Laras, ibu Tiara menanyakan sang menantu kepada putrinya.
“Tia diusir, Yah, Bun, dari rumah Mas Bayu.” Tiara pun mengatakan yang sebenarnya kepada kedua orang tuanya. Wanita itu duduk di sampung ibunya.
Sang ayah sangat terkejut mendengar apa yang dikatakan Tiara. “Diusir? Apa maksudnya? Siapa yang ngusir kamu, Nak?” Laki-laki itu memegang lengan putrinya.
“Mas Bayu telah menceraikan Tia, Yah.” Tiara tidak kuasa lagi menahan air matanya.
“Maksud kamu apa, Nak? Jangan bercanda.” Pak Arif, ayah Tiara tidak percaya dengan pengakuan anak bungsunya.
“Tia nggak bercanda, Yah. Mas Bayu sudah mengeluarkan kata cerai di depan Tia.” Tiara berusaha meyakinkan ayah dan ibunya.
“Ayah tidak bisa terima semua ini. Waktu dia meminangmu lima tahun yang lalu, dia datang ke sini baik-baik. Sekarang dia tega memperlakukan kamu seperti ini. Ayah akan membuat perhitungan dengannya.” Pak Arif pun berdiri, tetapi sebelum ia melangkah, Tiara menghentikan laki-laki paruh baya tersebut.
“Jangan, Yah, Tia mohon. Sekarang sudah tidak ada gunanya lagi. Untuk apa Tia tetap mendampinginya, sedangkan hatinya bukan milik Tia lagi.” Tangisan Tiara makin pilu.
“Apa maksud kamu, Sayang?” Sang ibu menggenggam jemari putrinya.
“Mas Bayu sudah memiliki wanita lain yang kini mengandung anaknya. Dia selalu bilang kalau Tia tidak mampu memberikan kerurunan untuknya.”
Ueeek!
Tiba-tiba Tiara merasakan mual. Ia pun langsung berlari ke dalam rumah menuju kamar mandi. Bu Laras yang melihat anaknya, segera menyusul sang buah hati. Wanita paruh baya itu mengernyitkan dahi dan mencoba menebak apa yang terjadi terhadap Tiara.
“Kamu kenapa, Sayang?” tanya Bu Laras kepada Tiara.
“Nggak tahu, Bun. Akhir-akhir ini Tia sering merasa mual, mudah lelah, dan selera makan menurun.” Tiara memberikan penjelasan kepada ibunya sambil mengusap air mata yang belum berhenti menetes.
“Bayu nggak lihat perubahan kamu?”
“Nggak, Bun. Dia sering nggak di rumah dan selalu kasih alasan lembur. Tia berusaha untuk tetap percaya walaupun ada rasa curiga. Ternyata dugaan itu benar, Mas Bayu sudah berkhianat di belakang Tia.”
“Dasar laki-laki nggak tahu diri!” Bu Laras tampak kesal dan marah. “Udah berapa lama kamu nggak datang bulan?” tanya wanita paruh baya itu.
Tiara sangat ingat kalau dirinya sudah tiga bulan tidak kedatangan tamu rutin. Oleh karena itu, ia ingin menyampaikan hal itu kepada Bayu. Namun, sebelum harapan itu terucap, laki-laki yang pernah menikahinya itu telah mengucapkan kata cerai.
“Kamu hamil, Sayang. Bunda yakin. Kenapa kamu tidak memberitahukan Bayu kalau kamu sering mual?” Bu Laras kembali membuka suara.
“Saat itu Tia masih ragu, Bun. Belum yakin sepenuhnya.”
“Kasihan kamu, Sayang.” Wanita itu meraih tubuh Tiara, lalu memeluknya.
Bu Laras sangat yakin kalau putri bungsunya sedang hamil. Untuk lebih memastikan keyakinannya, ia pun memanggil dan meminta asisten rumah tangga agar membeli alat tes kehamilan di apotek terdekat. Ternyata setelah Tiara menggunakan benda itu, menunjukkan dua garis merah.
================
***Tiara dihadapkan pada perasaan yang tidak menentu. Di satu sisi, ia sangat bahagia karena akhirnya mendapat anugerah terindah setelah lima tahun menikah. Namun di sisi lain, Tiara juga bingung harus bagaimana menghadapi kenyataan kalau calon ayah dari bayi yang dikandung sudah tidak mengharapkan dirinya lagi.Bu Laras merasa sangat iba melihat tangisan putrinya. Ia pun mengusap air mata Tiara yang sulit untuk dibendung tersebut. Wanita paruh baya itu tidak pernah menyangka bahwa anak bungsu yang dulu sangat dimanja, kini menanggung penderitaan sesulit ini.Pernikahan Tiara yang baru berjalan lima tahun, akhirnya harus kandas karena adanya orang ketiga dan ketidaksabaran Bayu untuk menunggu kehadiran buah hati dalam rumah tangga mereka. Kini, Tiara harus menghadapi sendiri kenyataan yang ada di depan mata.Pak Arif dan Bu Laras berpikir keras agar dapat menemukan jalan keluar untuk situasi yang Tiara hadapi saat ini. Kedua orang tua itu sudah memutuskan supaya putri tercinta mereka
***Keesokan harinya tepatnya sore, Bu Laras dan Tiara menuju tempat praktik kandungan. Namun, saat dalam perjalanan, Tiara melihat Bayu dan sang istri baru memasuki sebuah tempat perbelanjaan. Wanita itu kembali menumpahkan air matanya.Bu Laras melajukan kendaraan roda empat miliknya dengan cepat agar Tiara tidak melihat pemandangan yang menyakitkan tersebut. Ia sebagai seorang ibu merasa tidak sanggup melihat kesedihan yang ada di wajah putrinya.Wanita paruh baya itu sangat mengerti seperti apa perasaan anaknya. Perempuan mana yang akan sanggup melihat laki-laki yang dicintai bermesraan dengan orang lain yang merupakan penyebab kehancuran rumah tangganya bersama sang suami tercinta?“Kamu baik-baik aja, Sayang?” Bu Laras melihat Tia yang masih menitikkan air mata.“Iya, Bun.” Tiara mengusap air matanya dan berusaha untuk tersenyum kepada ibunya.“Kamu harus belajar ikhlas, Sayang. Kamu nggak perlu menangisi laki-laki seperti dirinya. Dia nggak pantas untukmu.”“Iya, Bun. Tia akan
***Pagi ini, Tiara duduk sendiri dan termenung. Ia masih tidak mengerti kenapa Bayu tega mengucapkan kata cerai kepada dirinya. Dari dulu, Tiara tahu seperti apa sikap Bayu yang sangat perhatian dan penyayang. Ia merasa kalau perubahan yang terjadi kepada laki-laki itu amat membingungkan.Mulai sejak dulu, Bayu tidak pernah berbuat kasar kepada Tiara. Laki-laki itu justru selalu menunjukkan besarnya cinta yang dimiliki untuk sang istri. Namun, saat usia pernikahan mereka hampir memasuki lima tahun, Bayu berubah menjadi sosok yang dingin dan tidak menunjukkan kemesraan lagi di depan Tiara.“Mas, kenapa akhir-akhir ini sikap kamu dingin banget? Kamu selalu menjaga jarak saat kita di tempat tidur.” Pertanyaan itu Tiara lontarkan beberapa bulan yang lalu kepada Bayu.Saat itu Bayu tidak memberikan respons, ia justru membelakangi wanita yang sudah menemani hidupnya. Tiara tidak memahami sikap Bayu, tetapi ia tetap berusaha untuk percaya walaupun rasa tidak tenang itu selalu menghantui pik
***Hari ini Minggu, Tiara sudah sangat yakin untuk meninggalkam kota kelahirannya menuju daerah tempat tinggal sang kakak. Ia berharap setelah menjauh dari Bayu, maka dirinya akan mampu menghapus bayangan laki-laki itu dan fokus dengan kehamilannya.Saat ini, Pak Arif dan Bu Laras pun mengantar putri bungsu mereka ke bandara. Kedua orang tua itu merasa sedikit tenang dan lega melihat perubahan yang terjadi terhadap Tiara. Wanita itu tidak terlalu menunjukkan wajah sedih seperti saat pertama kali tiba di rumah ayah dan ibunya.Mereka pun menyusuri jalan sambil berbincang sesekali. Tiara melihat ke kanan dan kiri secara bergantian. Ia tidak pernah menyangka hingga akhirnya harus pergi meninggalkan kota yang banyak memberikan kenangan untuk dirinya.Tiara kembali mengingat saat Bayu pertama kali mengungkapkan cinta dan perasaan kepadanya. Saat itu dirinya masih duduk di bangku kuliah semester akhir. Sementara Bayu sudah menjadi direktur di perusahaan milik keluarganya.“Aku ingin hubung
*** Lisa segera mengakhiri panggilan dari Danny agar tidak diketahui oleh Bayu. Wanita itu berusaha bersikap tenang untuk menghadapi suaminya. Ia tidak ingin menimbulkan adanya kecurigaan yang nantinya mengundang pertanyaan. Wanita itu pun membalikkan badan menghadap ke arah Bayu. Ia berharap bahwa pembicaraannya dengan Danny tidak diketahui oleh laki-laki itu. Lisa sangat kesal karena pria masa lalunya masih tetap berusaha mengusik kebahagiaan yang telah didapatkan saat ini. “Ini, Mas … ada orang yang nawarin asuransi. Aku udah bilang agar tidak menggangguku lagi.” Lisa kembali mengucapkan kebohongan kepada suaminya. “Sini, Sayang, biarkan aku yang berbicara padanya.” Wajah Bayu tampak kesal. “Udah, Mas, nggak perlu diperpanjang lagi, aku udah matiin teleponnya.” “Ya, udah, kita ke meja makan lagi, yuk.” Bayu meraih tangan Lisa, lalu mereka kembali ke meja makan. Pak Agus dan Bu Sandra tidak menaruh curiga sama sekali dengan sikap Lisa yang menerima panggilan menjauh dari meja
*** Tiara sangat bahagia memasuki kamar yang telah dipersiapkan oleh sang kakak untuk dirinya. Ia pun duduk di tempat tidur lalu diikuti wanita yang sangat menyayanginya sejak dulu. Dua kakak-adik itu selalu akur mulai dari mereka masih kecil saat tinggal bersama orang tua. Usia Tika dan Tiara terpaut lima tahun. Tika sudah mengarungi bahtera rumah tangga bersama Haris selama sepuluh tahun. Mereka dikaruniai seorang anak perempuan yang saat ini berumur sembilan tahun dan duduk di bangku SD kelas empat, namanya Alexa. Tiara sangat senang karena hubungan rumah tangga kakaknya tidak mengalami nasib yang sama dengan dirinya. Walaupun pernikahan Tika dan Haris awalnya dari perjodohan, tapi kedua pasangan suami-istri tersebut akhirnya benar-benar menemukan kebahagiaan hingga menghadirkan buah hati. Usia Tika yang terpaut lebih muda dua puluh tahun dari Haris, tidak menjadi penghalang untuk cinta mereka. Tika dengan ikhlas menerima suami pilihan orang tuanya. Besarnya cinta dan kasih say
*** Setelah menikmati makan malam, Bayu dan Lisa memilih duduk di ruang keluarga untuk menikmati acara di televisi. Entah kenapa, laki-laki itu masih memikirkan sosok yang ia lihat tadi siang. Bayu sudah berusaha untuk yakin dan percaya bahwa wanita yang duduk bersama laki-laki tersebut bukanlah istrinya. Ia ingin bertanya kepada sang istri, tapi takut jika wanita itu menganggapnya tidak memercayai wanita yang sudah dinikahi. Bayu pun tetap diam dan bersikap biasa saja. Namun, entah kenapa dirinya tiba-tiba ingat kepada Tiara, perempuan yang sudah ia ceraikan. Wanita itu tidak pernah keluar dari rumah seperti yang Lisa lakukan tanpa meminta izin kepada sang suami terlebih dahulu. Baginya, sifat kedua wanita itu sangat bertolak belakang. Tiara adalah perempuan manja, sedangkan Lisa sangat menggoda. Bayu menepiskan bayangan Tiara dari pikiran, ia kembali fokus kepada wanita yang kini menyandarkan kepala di bahu laki-laki tersebut. Bayu ingin tetap memercayai perempuan yang sudah bers
*** Tiga bulan tinggal di rumah kakaknya, Tiara dihadapkan pada situasi yang membuatnya bingung. Arya, adik sepupu dari Haris tidak berhenti untuk menemui wanita itu. Laki-laki tersebut kini sudah menetap di Indonesia untuk mengurus perusahaan keluarganya. Lima tahun berada di negeri orang membuat dirinya jenuh dan meyakinkan hati untuk tinggal di negara sendiri. Haris dan Tika merasa curiga dengan keputusan Arya, mereka tidak percaya sepenuhnya dengan alasan yang diberikan oleh laki-laki tampan tersebut. Semenjak bertemu dengan Tiara, entah kenapa Arya tidak mampu menghapus bayangan wanita tersebut. Tika dan Haris sudah menjelaskan status Tiara yang sebenarnya, tapi laki-laki itu tetap tidak berhenti untuk mendekati adik ipar dari kakak sepupunya. Arya bahkan sering mengatakan bahwa dirinya ingin membantu beban penderitaan yang Tiara hadapi saat ini. Ia berusaha mendekati wanita itu dan berharap diterima sebagai seseorang yang mampu mengobati luka yang diciptakan oleh Bayu. Namun
***Tiara tidak dapat menahan diri agar tidak menangis. Ia sangat terkejut mendengar penjelasan Bayu. Dia makin sedih mengingat Aditya yang tidak tinggal bersamanya. Tiara sangat merindukan anak sulungnya tersebut.Tiara tidak sabar ingin bertemu Aditya. Dua bulan berpisah dengan sang buah hati, seperti berabad-abad lamanya. Ia tidak tahu seperti apa keadaan Aditya saat ini. Ia selalu mencemaskan anaknya itu.“Kita harus cari Adit, Mas.” Begitu pinta Tiara kepada Arya setelah dirinya mengakhiri telepon dengan Bayu.“Tapi sampai detik ini, kita belum tahu di mana Adit, Sayang.” Arya selalu bersabar menenangkan sang istri.“Mas Bayu bilang, Ayah pernah melihat seorang anak yang mirip dengan Adit. Tapi Ayah tidak berhasil menghampiri anak itu karena keburu pergi. Terus, temannya Mas Bayu yang berprofesi sebagai dokter, juga memiliki pasien baru-baru ini yang bernama Adit. Apa itu kebetulan, Mas?”“Bisa jadi, Sayang, sebab banyak anak memiliki nama yang sama dengan anak kita.”“Tapi kita
***Pak Arif dan Bu Laras pun akhirnya memasuki mobil, lalu meluncur dari tempat itu. Pak Arif masih memikirkan apa yang dia saksikan tadi. Akan tetapi, laki-laki paruh baya itu tidak terlalu merasa yakin kalau anak yang dilihat tadi adalah cucunya.Pak Arif berpikir, bagaimana mungkin Aditya ada di kota yang berbeda dengan orang tuanya? Sementara itu dia tahu kalau anak tersebut menghilang dari sekolah, dan pasti di kota kelahirannya. Pak Arif tidak ingin menduga-duga.Dia berpikir akan lebih baik jika menghubungi Bayu saja. Ayahnya Tiara tersebut sudah percaya kepada Bayu walaupun laki-laki itu pernah menyakiti Tiara. Pak Arif mengakui perubahan yang terlihat sekarang pada mantan menantunya tersebut.“Ayah kenapa? Lagi mikirin sesuatu?” Ternyata Bu Laras menyadari sikap yang ditunjukkan oleh suaminya. Wajah Pak Arif tampak seperti sedang memikirkan sesuatu.“Nggak, Bun.” Pak Arif terpaksa tidak memberitahukan apa yang dia pikirkan kepada istrinya. Dia tidak ingin melihat wanita itu
***Tiara merasakan sesuatu yang aneh. Aditya seolah-olah berlari dan berteriak memanggil dirinya. Hati Tiara kini menjadi tidak tenang karena takut terjadi sesuatu terhadap sang buah hati tercinta.Selama ini, Tiara telah berusaha untuk meyakinkan hati bahwa Aditya akan kembali mendekap dirinya. Namun, entah kenapa keyakinan itu tiba-tiba goyah saat dia merasakan sesuatu yang tidak dapat dimengerti. Tanpa diminta, bulir bening milik Tiara jatuh membasahi pipi.Arya yang kini mendekap Tiara, merasa sedih melihat wanita tersebut. Dia tidak dapat membayangkan seperti apa perasaan Tiara saat ini. Sebulan lamanya tidak mengetahui darah daging sendiri, itu pasti akan membuat sang istri terpukul.“Sayang, kamu kenapa?” Arya mengusap pipi Tiara. Dia membantu wanita itu beranjak dari tempat tidur menuju sofa yang ada di dekat jendela.“Aku takut, Mas.” Tiara menempelkan kepalanya di bahu Arya setelah mereka duduk di sofa tersebut.“Takut kenapa, Sayang?” “Aku merasa sesuatu terjadi pada Adit
***Seminggu telah berlalu, Aditya belum juga ditemukan. Tiara dan Arya semakin mencemaskan anak yang sangat mereka sayangi tersebut. Pasangan suami-istri itu sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi belum juga menunjukkan hasil.Tiara tidak pernah menyangka akan mengalami penderitaan yang sangat sakit seperti ini. Dia merasa kalau takdir telah mempermainkan hidupnya. Saat dirinya mengandung Aditya, dia dibuang oleh sang mantan suami. Setelah sang buah hati berumur lima tahun, kenyataan pahit kembali menghampirinya. Mereka harus berpisah.“Adit ke mana, Mas?” Tiara kembali menangis sambil mencium pakaian milik Aditya di kamar anak itu.“Kita sudah berusaha, Sayang, tapi kenyataannya Adit belum bersama kita sekarang. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah, tetap berharap agar Adit dalam keadaan baik-baik saja.” Arya selalu berusaha untuk menenangkan Tiara.“Apa yang harus kita lakukan, Mas? Ayah kandungnya Adit juga seolah-olah tidak peduli. Dia nggak berusaha menghubungiku.” Tiara ke
*** Tiara semakin tidak tenang karena sampai malam hari tiba, keberadaan Aditya belum juga diketahui. Tiara pun tidak mampu untuk tetap diam, dia ingin memberitahukan apa yang terjadi kepada Bayu.Tiara berpikir bahwa ayah kandung Aditya berhak tahu keadaan putranya saat ini. Ternyata Arya juga memiliki pikiran yang sama dengan sang istri. Dia pun memberikan persetujuan kepada Tiara agar menghubungi Bayu.Arya sangat mengerti dengan perasaan Tiara saat ini. Dia tidak ingin melihat kesedihan berlarut-larut menghampiri istrinya. Jika malam ini Aditya belum juga ditemukan, Arya akan segera melaporkan kejadian ini kepada yang berwajib besok pagi.Tiara segera mencari nomor kontak Bayu di ponselnya, lalu menekan tombol simbol telepon berwarna hijau. Dia berharap agar Bayu bersedia mencari tahu keberadaan sang buah hati tercinta. Tiara sangat tahu seperti apa besarnya kasih sayang mantan suaminya terhadap Aditya.“Hallo, Tia.” Tiara pun mendengar suara Bayu. Wanita itu tidak tahu bahwa san
***“Mas, kamu udah jemput Adit?” tanya Tiara kepada Arya melalui telepon.“Bukannya tadi aku udah nelepon kamu, Sayang. Aku nggak bisa jemput Adit hari ini karena lagi ada meeting.” Arya bingung mendengar pertanyaan istrinya.“Tapi Adit nggak ada di sekolah, Mas. Aku menemui gurunya tadi, kata beliau ada laki-laki yang jemput Adit. Beliau pikir itu kamu.” Tiara mulai tampak khawatir.“Dari tadi aku tetap di kantor, Sayang.” Arya juga mulai panik.“Jadi, siapa yang jemput Adit, Mas? Adit ke mana?” Tiara tidak mampu menahan air matanya. “Kamu harus tenang, ya, Sayang. Kamu di mana sekarang? Masih di sekolah Adit?” tanya Arya kepada istrinya.“Iya, Mas. Aku ke sini sama Pak Amin.” Tiara menjelaskan kalau dirinya ke sekolah Aditya bersama Pak Amin, supir keluarga Arya.“Oke, Sayang. Kamu minta Pak Amin pulang sekarang. Sebentar lagi aku sampai di sekolah Adit. Aku tutup teleponnya, ya.” Arya pun memasuki mobilnya, lalu meluncur meninggalkan kantor.Tiara merasa dunianya berakhir setelah
***Dua hari berlalu, Tiara mendapatkan irformasi dari mantan ibu mertuanya bahwa Bayu dan Pak Agus mengalami kecelakaan. Tiara sangat terkejut mendengar penuturan wanita paruh baya tersebut. Ternyata Bayu belum siuman dari pingsannya.“Tolong bantu Mami, Tia. Sudah dua hari ini Bayu tidak sadarkan diri. Mami berharap agar kamu bersedia mempertemukan Bayu dengan anaknya.” Bu Sandra berharap agar Tiara bersedia memenuhi keinginannya.Tiara takut mendengar permintaan Bu Sandra. Ia masih mengingat bagaimana Bayu berusaha ingin merebut Aditya dari dirinya. Tiara bingung harus berbuat apa sekarang. Ia sadar kalau Bayu adalah ayah kandung Aditya, tetapi ia tidak ingin kalau sampai sang buah hati jauh darinya.“Apa yang harus kita lakukan, Mas?” tanya Tiara kepada Arya setelah menerima telepon dari ibunya Bayu.“Terus terang, aku juga bingung, Sayang. Aku kasihan melihat Bayu, tapi aku juga kesal mengingat ancamannya yang ingin mengambil Adit dari kita.” Arya mengungkapkan apa yang ia rasaka
***Di tempat lain, terdapat Lisa yang sudah sadarkan diri. Saat ini, ia sedang di rumah sakit karena akibat dari perbuatannya sendiri. Lani dengan berani menyebabkan Lisa kehilangan janin yang diharapkan selama ini.Saat Lisa menginginkan kehadiran sang buah hati, ia pun kehilangan anak itu sebelum lahir ke dunia. Pembantaian yang dilakukan oleh Lani dan lelaki bayarannya telah menyebabkan Lisa berpisah untuk kedua kali dengan darah dagingnya. Kejadian ini mengingatkan dirinya atas kepergian Keysa dari dunia ini.“Anakku, Buk.” Lisa membenamkan wajah di dada ibunya yang datang melihat keadaan putrinya.“Kamu yang ikhlas, ya, Nak. Dia sudah tenang di sana.” Wanita paruh baya itu berusaha menenangkan Lisa.Lisa berusaha untuk menggerakkan kaki, tetapi apa yang terjadi? Anggota tubuhnya tersebut tetap tidak bergerak. Lisa tidak mengerti apa yang terjadi saat ini. Ia pun menyibakkan selimut dari kakinya. Ternyata, Lisa tidak hanya kehilangan janin yang diharapkan, tetapi juga anggota tub
***Sore pun tiba, Bayu dan ayahnya segera bergerak menuju tempat tujuan. Kedua laki-laki itu sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Aditya. Pak Agus dan Bayu membayangkan kalau anak itu tinggal bersama mereka, kebahagiaan akan menghiasi hari-hari mereka.Sementara itu, Tiara yang sedang berada bersama kedua putranya di halaman sangat terkejut melihat kehadiran sang mantan suami dan ayahnya. Ia pun segera membawa Aditya dan Arga memasuki rumah. Tiara merasakan sesuatu yang aneh setelah bertemu dengan Pak Agus dan Bayu.Arya dan sang ayah yang baru pulang dari kantor juga sangat terkejut melihat Bayu dan ayahnya yang kini duduk di depan teras. Arya tidak menyangka kalau laki-laki masa lalu Tiara kini ada di hadapannya. Ia kembali mengingat sebutan sayang yang ditujukan Bayu kepada Tiara semalam.“Ada perlu apa ke sini?” tanya Arya dengan ketus.“Mau ketemu anakku!” jawab Bayu dengan ketus juga.“Dasar laki-laki aneh. Dulu Tiara nggak anggap, sekarang butuh.” Arya tersenyum sinis kepada