Share

Tempat Tinggal Baru

***

Lisa segera mengakhiri panggilan dari Danny agar tidak diketahui oleh Bayu. Wanita itu berusaha bersikap tenang untuk menghadapi suaminya. Ia tidak ingin menimbulkan adanya kecurigaan yang nantinya mengundang pertanyaan. 

Wanita itu pun membalikkan badan menghadap ke arah Bayu. Ia berharap bahwa pembicaraannya dengan Danny tidak diketahui oleh laki-laki itu. Lisa sangat kesal karena pria masa lalunya masih tetap berusaha mengusik kebahagiaan yang telah didapatkan saat ini.

“Ini, Mas … ada orang yang nawarin asuransi. Aku udah bilang agar tidak menggangguku lagi.” Lisa kembali mengucapkan kebohongan kepada suaminya.

“Sini, Sayang, biarkan aku yang berbicara padanya.” Wajah Bayu tampak kesal.

“Udah, Mas, nggak perlu diperpanjang lagi, aku udah matiin teleponnya.”

“Ya, udah, kita ke meja makan lagi, yuk.” Bayu meraih tangan Lisa, lalu mereka kembali ke meja makan.

Pak Agus dan Bu Sandra tidak menaruh curiga sama sekali dengan sikap Lisa yang menerima panggilan menjauh dari meja makan. Kehamilan wanita itu telah membuat kedua orang tua tersebut untuk tetap memercayai sang menantu.

Akan tetapi, tidak dengan Bayu. Laki-laki itu merasakan adanya keanehan dari sikap yang ditunjukkan oleh sang istri. Ia sangat heran karena Lisa mengangkat telepon harus jauh dari dirinya dan kedua orang tuanya.

Saat di depan Lisa, Bayu mencoba untuk bersikap tenang agar tidak membuat istrinya curiga. Laki-laki itu tidak ingin calon ibu tersebut merasa bersedih saat dalam keadaan hamil seperti saat ini. Bayu tetap memendam keanehan yang ditunjukkan oleh Lisa.

Wanita yang sedang mengandung itu kembali menyantap hidangan di meja makan. Walaupun ia tampak menikmati menu yang ada, tetapi pikirannya tetap tertuju kepada sosok Danny yang berusaha mengusik dan mengancam dirinya.

“Kita ke mall, yuk, Lis.” Bu Sandra tiba-tiba membuka suara sambil melihat ke arah Lisa. Wanita paruh baya itu telah selesai menikmati makannya.

“Lisa, sih, tergantung persetujuan dari Mas Bayu, Mih.” Lisa mengembangkan senyuman, kemudian melirik suaminya.

“Pergi aja, Sayang, nggak apa-apa.” Bayu mengusap bahu Lisa.

“Terima kasih, Mas.” Lisa tampak bahagia karena mendapatkan izin dari sang suami.

Bu Sandra segera meninggalkan meja makan dan bersiap-siap. Sementara itu, Lisa menunggu sang ibu mertua di depan teras bersama Bayu. Lisa memegang kedua pipi suaminya karena merasa bangga menjadi istri untuk laki-laki tersebut.

“Kenapa kamu nggak ikut, Mas?” tanya Lisa kepada Bayu. Tadi laki-laki itu sudah mengatakan tidak ingin ikut bersama ibu dan istrinya.

“Aku mau main catur sama Papi. Kami udah lama nggak bertarung.” Bayu meraih tangan Lisa, lalu mencium jemari wanita tersebut. 

“Pasti lebih seru kalau kamu ikut, Mas.” Lisa merengek di depan suaminya.

“Kamu have fun aja, Sayang. Beli semua yang kamu inginkan.”

“Yang benar, Mas?”

“Iya, Sayang. Aku ingin istriku tetap bahagia.”

Lisa sangat terharu dengan sikap yang ditunjukkan Bayu. Melihat kemesraan yang ia rasakan dari sang suami, Lisa makin takut dan tidak rela jika harus berpisah dengan laki-laki itu. Ia masih tetap memikirkan ancaman Danny.

“Yuk, kita pergi sekarang.” Bu Sandra kini berada di hadapan Bayu dan Lisa.

Kedua wanita itu pun beranjak memasuki mobil, lalu meluncur hingga akhirnya tiba di tempat tujuan. Saat Bu Sandra dan Lisa turun dari mobil, mereka berpapasan dengan Bu Laras yang baru saja keluar dari kendaraan roda empat milik suaminya.

Bu Laras turun sendiri dari mobil, sedangkan sang suami menunggu di dalam. Wanita itu sangat terkejut karena tidak ingin bertemu dengan perempuan yang telah melahirkan laki-laki yang sudah menyakiti putrinya. Ia pun makin kesal melihat sosok yang sedang berbadan dua berjalan bersama Bu Sandra.

“Nggak nyangka ketemu mantan besan di sini.” Bu Sandra melihat Bu Laras dengan senyum sinis.

“Saya malas karena harus bertemu dengan kamu di tempat ini.” Bu Laras menunjukkan kekesalannya.

“Marah, ya, karena anaknya diceraikan oleh anak saya. Itu jalan terbaik untuk mereka. Bayu sudah mengambil keputusan yang tepat. Mengusir wanita yang nggak bisa memberikan keturunan, lalu akhirnya mendapatkan istri yang sekarang mengandung anak Bayu.” Bu Sandra mengusap perut Lisa.

“Saya justru bahagia karena anak saya terbebas dari keluargamu yang tidak memiliki perasaan. Anakmu dan wanita ini sangat cocok. Pengkhianat dan pelakor, pasangan serasi.” Bu Laras mengembangkan senyumnya.

“Maksud Tante apa?” Lisa tiba-tiba membuka suara.

“Akhirnya saya mendengar suara si pelakor. Semoga kamu merasakan penderitaan yang jauh lebih sakit dari anak saya. Suatu saat kamu pasti akan menerima balasannya. Untuk sekarang kamu mungkin masih bisa tersenyum, tapi nggak tahu kalau nanti.”

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Bu Laras segera berlalu meninggalkan kedua wanita itu. Ia merasa puas karena dapat mengeluarkan apa yang ada dalam pikirannya selama beberapa hari ini. Bu Laras sangat heran kenapa Bayu terpesona dengan wanita seperti Lisa.

***

Akhirnya, Tiara tiba di tempat kakak satu-satunya. Ia dijemput oleh sopir ke bandara karena Tika dan Haris hari ini kedatangan tamu istimewa di rumahnya. Ia adalah Arya, adik sepupu Haris yang tinggal di Singapura. Laki-laki itu menjadi direktur di salah satu perusahaan di sana.

“Maaf, ya, Dek … Kakak nggak bisa jemput. Kami kedatangan tamu, nih.” Tika langsung menghampiri adiknya, lalu mereka pun berpelukan.

“Iya, Kak, nggak apa-apa.” Tiara mengembangkan senyuman kepada Haris dan Arya setelah melepas dekapan kakaknya.

“Tia duduk dulu. Kenalin adik sepupu Kakak yang paling tampan, nih.” Haris meminta Tiara untuk berkenalan dengan Arya.

Kedua insan itu akhirnya berkenalan, berjabat tangan, lalu saling menyebutkan nama masing-masing. Arya terpesona dengan kecantikan yang dipancarkan Tiara. Ia masih tetap menggenggam tangan wanita yang ada di depannya.

“Udah, dong, pegangan tangannya.” Tika menyadari sikap yang ditunjukkan oleh adik sepupu dari suaminya tersebut.

“Maaf, Kak.” Arya pun melepaskan jabatan tangan dengan Tiara.

“Kamu istirahat di kamar aja, Dek. Kakak udah minta Bi Ijah siapin kamar untuk kamu.” Tika pun menggandeng tangan adiknya, lalu mereka melangkah menuju kamar yang telah disiapkan. Sementara itu, asisten rumah tangga di rumah tersebut segera membawa barang bawaan adik dari majikannya.

“Sadar woi!” Haris melambaikan tangan di wajah adik sepupunya karena masih memperhatikan kepergian Tika dan Tiara.

“Maaf, Kak.” Arya pun tersadar dari pandangannya ke arah Tiara.

“Ini, nih, kalau kelamaan jomlo. Melihat cewek cantik langsung nggak bisa mingkem.” Haris mengejek adik sepupunya.

“Tiara nggak kalah cantik dengan Kak Tika, ya, Kak.” Arya masih terpesona dengan kecantikan Tiara.

“Namanya juga kakak dan adik. Jangan bilang kamu terpesona dengan Tiara. Itu nggak boleh untuk saat ini.” Haris langsung mengingatkan Arya.

“Kenapa, Kak? Kok, kedengarannya aneh, ya. Kenapa hanya untuk saat ini? Itu artinya kalau untuk nanti, boleh, dong.” Arya tidak mengerti dengan maksud dari ucapan kakak sepupunya.

“Itu juga kalau Tiara mau sama kamu. He-he-he.”

“Kakak meragukan ketampanan adiknya sendiri.” Arya tampak percaya diri dengan ketampanan yang ia miliki.

Haris tidak mampu memberitahukan kepada Arya tentang apa yang telah menimpa adik iparnya saat ini. Ia juga tidak dapat berbuat apa-apa saat Bayu memberikan penderitaan kepada Tiara. Ia sangat sedih melihat keadaan wanita itu. Haris sudah menganggap Tiara seperti saudari kandung sendiri, tidak hanya sekadar adik ipar semata.

==========

Nova Irene Saputra

Ikutin terus lanjutannya, ya, Friends. 🥰

| 1
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Rokhani Khani
kita akan ikuti thour lebih bagus biar kita bacanya lebih semangat
goodnovel comment avatar
Rana Nia
semoga tiara dapat jodohyang lebih baik.dari bayu
goodnovel comment avatar
Nur Aziyah
semoga tiara dpt jodoh yg lebih dari bayu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status