Share

Memilih Menjauh

***

Hari ini Minggu, Tiara sudah sangat yakin untuk meninggalkam kota kelahirannya menuju daerah tempat tinggal sang kakak. Ia berharap setelah menjauh dari Bayu, maka dirinya akan mampu menghapus bayangan laki-laki itu dan fokus dengan kehamilannya.

Saat ini, Pak Arif dan Bu Laras pun mengantar putri bungsu mereka ke bandara. Kedua orang tua itu merasa sedikit tenang dan lega melihat perubahan yang terjadi terhadap Tiara. Wanita itu tidak terlalu menunjukkan wajah sedih seperti saat pertama kali tiba di rumah ayah dan ibunya.

Mereka pun menyusuri jalan sambil berbincang sesekali. Tiara melihat ke kanan dan kiri secara bergantian. Ia tidak pernah menyangka hingga akhirnya harus pergi meninggalkan kota yang banyak memberikan kenangan untuk dirinya.

Tiara kembali mengingat saat Bayu pertama kali mengungkapkan cinta dan perasaan kepadanya. Saat itu dirinya masih duduk di bangku kuliah semester akhir. Sementara Bayu sudah menjadi direktur di perusahaan milik keluarganya.

“Aku ingin hubungan kita tidak hanya sebagai teman, Tiara.” Bayu menggenggam tangan Tiara kala itu.

“Maksud Kakak?” Saat itu Tiara masih memanggil Bayu dengan sebutan kakak.

“Aku ingin kamu menjadi orang yang istimewa untukku. Menemani hari-hariku. Bersedialah menjadi pacarku, Tiara. Aku mencintaimu.” Bayu dengan lembut mengutarakan perasaan cintanya kepada Tiara.

Ternyata Tiara juga memiliki perasaan yang sama dengan Bayu. Tidak menunggu lama, wanita itu pun memberikan jawaban dan mengatakan bahwa dirinya juga mencintai laki-laki tersebut. Sejak saat itu, Bayu dan Tiara akhirnya resmi menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih.

Tiara merasa menjadi wanita paling beruntung karena memiliki kekasih seperti Bayu. Setelah setahun menjalin hubungan, akhirnya dua insan tersebut yakin melanjutkan jalinan kasih di antara mereka ke jenjang yang lebih serius, pernikahan.

Empat tahun pernikahan mereka, semuanya masih baik-baik saja. Bayu dan Tiara tidak pernah mempermasalahkan buah hati yang belum hadir di tengah-tengah rumah tangga kedua insan tersebut. Namun, saat akan memasuki usia perkawinan yang kelima, orang tua Bayu mulai ikut campur dalam hubungan mereka.

“Kapan kalian kasih Mami momongan, Bay, Tia?” Pertanyaan Bu Sandra saat itu membuat hati Tiara tidak tenang.

“Doakan aja, Mih, semoga keinginan itu segera terwujud.” Bayu menenangkan ibunya kala itu.

“Hampir lima tahun kalian menikah, seharusnya Mami udah menimang cucu dari kamu, Bay. Mami iri lihat teman-teman yang sudah punya cucu dari anak laki-lakinya.”

“Iya, Mih. Bayu juga ingin secepatnya menjadi seorang ayah.”

“Jangan-jangan Tiara, nih, yang bermasalah. Dalam keluarga kita tidak ada yang selama ini belum hamil saat usia pernikahan udah berjalan beberapa tahun.” Bu Sandra tidak merasa bersalah mengungkapkan hal tersebut di depan Tiara.

“Mami nggak boleh nyalahin Tiara seperti itu. Dia juga sangat mengingkan momongan hadir dalam rumah tangga kami.”

“Kamu selalu aja bela istri. Mami heran lihat kamu. Hampir lima tahun nikah, kok, nggak hamil-hamil.” Bu Sandra menggerutu, lalu pergi dari hadapan Bayu dan Tiara.

“Omongan Mami jangan diambil hati, ya, Sayang. Anggap aja Mami lagi ada masalah, jadi melampiaskannya ke kita. Aku yakin, suatu saat nanti kamu akan melahirkan anakku. Aku ingin anak laki-laki yang menjadi penerus keluarga ini.” Bayu memberikan pengertian kepada Tiara agar tidak membenci Bu Sandra.

Jika mengingat semua sikap Bayu saat awal pernikahan hingga pembelaan laki-laki itu terhadap dirinya, Tiara tidak menyangka sama sekali kalau Bayu mampu mengucapkan kata cerai kepadanya. Selama ini Tiara merasa bahwa cinta dan kasih sayang yang diberikan oleh pria itu benar-benar tulus.

“Kita udah sampai, Sayang.” Suara Bu Laras mengagetkan Tiara.

Ia tidak menyadari kalau mereka sudah tiba di bandara. Tiara segera turun dari mobil, lalu diikuti oleh ayah dan ibunya. Setelah mengucapkan kata perpisahan, Tiara pun berlalu dari hadapan Pak Arif dan Bu Laras. Ia merasa sedih karena harus meninggalkan orang tua tercinta, tetapi semua ini dilakukan demi kebaikan dirinya dan sang buah hati.

❤❤❤

Minggu ceria seperti hati Lisa yang merasa sangat bangga menjadi ratu di istana milik Bayu. Kehidupan di masa lalunya dan sekarang sangat berubah drastis. Dulu hidup di tengah keluarga yang serba kekurangan, tetapi sekarang bak tuan putri yang mendapatkan apan pun yang ia inginkan.

Hari ini, sang ibu mertua meminta Lisa dan laki-laki yang kini hidup bersamanya agar segera datang ke rumah wanita paruh baya tersebut. Sejak Lisa dinyatakan positif hamil, sikap yang ditunjukkan oleh Bu Sandra makin menonjol terhadap sang menantu.

Seperti janji yang pernah Bu Sandra ucapkan sebelumnya bahwa ia akan memberikan apa pun yang diinginkan Lisa jika sudah mengandung anak Bayu. Ungkapan itu pun kini menjadi kenyataan, Bu Sandra benar-benar sangat memanjakan wanita yang diyakini telah hamil anak dari Bayu.

Bu Sandra sering memberikan barang-barang mewah untuk Lisa. Wanita paruh baya itu juga tidak perhitungan dalam membantu keluarga dari menantunya. Kemewahan itulah yang membuat Lisa ingin sepenuhnya memiliki Bayu dan keluarganya tanpa ada penghalang.

Oleh karena itu, Lisa tidak pernah merasa bersalah karena telah menyingkirkan Tiara dari kehidupan Bayu. Ia ingin menjadi satu-satunya wanita yang akan mendampingi hidup sang suami, walaupun pernikahannya dengan Bayu masih secara siri.

Akan tetapi, Lisa tidak pernah mempermasalahkan itu karena yang ada dalam pikirannya adalah dapat menikmati kekayaan keluarga Bayu. Perasaannya selalu berbunga-bunga karena kini dapat mewujudkan impiannya yang sejak dulu ingin menjadi istri dari seorang konglomerat. 

Hati Lisa juga kian bahagia karena sekarang sudah berada di rumah orang tua Bayu. Bu Sandra menyambut Lisa dengan semangat, ia menghampiri wanita itu, lalu mengusap perutnya. Lisa yang diperlakukan seperti itu menjadi tersanjung dan terbuai.

Mereka segera menuju meja makan, lalu menikmati menu makanan yang telah dihidangkan di meja makan. Tiba-tiba terdengar suara panggilan masuk dari ponsel Lisa. Ia pun melihat layar dan ternyata telepon dari Danny.

Lisa bingung harus berbuat apa. Ia pun membatalkan panggilan tersebut. Namun, benda pipih itu kembali mengeluarkan suara. Ternyata panggilan masuk dari nomor yang sama dengan sebelumnya. Lisa makin panik dan bingung.

“Telepon dari siapa, Sayang?” tanya Bayu kepada Lisa.

“Nggak tahu, nih, Mas. Mungkin salah sambung atau orang yang ingin menawarkan sesuatu.” Lisa memberikan alasan dengan kebohongan.

“Angkat aja, Sayang. Siapa tahu penting.” Bayu memberikan saran.

“Biarin aja, Mas. Nanti juga dia capek sendiri.” Lisa tetap menolak untuk tidak mengangkat telepon dari Danny.

Nada panggilan itu pun terdengar lagi. Bayu kembali memberikan saran agar sang istri menerima telepon tersebut. Akhirnya, Lisa beranjak sedikit menjauh dari meja makan agar dapat berbicara dengan Danny. Ia tidak ingin jika suami dan kedua mertuanya mendengar pembicaraan mereka.

“Kenapa kamu masih menghubungiku?” tanya Lisa dengan nada sedikit ditekan.

“Karena aku tidak ingin berpisah denganmu.” Jawaban yang diberikan Danny membuat Lisa merasa kesal.

“Tapi aku udah nggak butuh kamu lagi.”

“Tapi aku tidak akan pernah melepaskan dirimu.”

“Kamu nggak usah nekat. Kalau kamu masih tetap menghubungiku, aku akan blokir nomor kamu.” Lisa memberikan peringatan kepada Danny.

“Coba aja kalau berani. Aku akan makin nekat untuk memberitahukan apa yang terjadi di antara kita kepada suamimu dan keluarganya.” Ternyata Danny justru memberikan ancaman.

Lisa makin bingung dengan apa yang dikatakan Danny kepadanya. Ia tidak pernah memikirkan sebelumnya kalau laki-laki itu kini menjadi ancaman besar untuk dirinya. Lisa tidak ikhlas jika harus kehilangan apa yang telah ia raih saat ini.

“Aku mohon, jangan ganggu aku lagi.” Lisa mencoba memohon kepada Danny dengan suara seperti orang memelas minta dikasihani.

“Siapa yang ganggu kamu, Sayang?” Lisa terkejut mendengar suara Bayu yang kini berada di belakangnya.

==========

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status