***
Tiara dihadapkan pada perasaan yang tidak menentu. Di satu sisi, ia sangat bahagia karena akhirnya mendapat anugerah terindah setelah lima tahun menikah. Namun di sisi lain, Tiara juga bingung harus bagaimana menghadapi kenyataan kalau calon ayah dari bayi yang dikandung sudah tidak mengharapkan dirinya lagi.
Bu Laras merasa sangat iba melihat tangisan putrinya. Ia pun mengusap air mata Tiara yang sulit untuk dibendung tersebut. Wanita paruh baya itu tidak pernah menyangka bahwa anak bungsu yang dulu sangat dimanja, kini menanggung penderitaan sesulit ini.
Pernikahan Tiara yang baru berjalan lima tahun, akhirnya harus kandas karena adanya orang ketiga dan ketidaksabaran Bayu untuk menunggu kehadiran buah hati dalam rumah tangga mereka. Kini, Tiara harus menghadapi sendiri kenyataan yang ada di depan mata.
Pak Arif dan Bu Laras berpikir keras agar dapat menemukan jalan keluar untuk situasi yang Tiara hadapi saat ini. Kedua orang tua itu sudah memutuskan supaya putri tercinta mereka tidak kembali lagi kepada Bayu yang telah tega memberikan penderitaan kepada Tiara.
Saat ini, Pak Arif dan Bu Laras sedang menenangkan Tiara di ruang keluarga. Sudah beberapa jam tiba di rumah orang tua, tetapi air mata Tiara masih sulit untuk dihentikan. Ia terus jatuh membasahi pipi hingga matanya terlihat sembab.
“Bayu benar-benar keterlaluan. Semoga dia mendapatkan balasan atas apa yang ia perbuat pada Tiara.” Bu Laras tampak marah mengingat perbuatan Bayu kepada Tiara. Sementara Pak Arif hanya terdiam untuk memikirkan apa jalan keluar yang harus ditempuh.
“Apa yang harus Tia lakukan, Bun?” Tiara bertanya kepada ibunya.
“Sabar, ya, Sayang. Ayah dan Bunda sedang memimirkan solusinya. Tapi yang pasti, kamu jangan pernah kembali pada laki-laki itu. Dia juga nggak perlu tahu tentang anaknya. Ayah dan Bunda masih sanggup untuk membiayai hidupmu dan calon cucu kami.” Bu Laras berusaha memberikan semangat untuk putrinya.
Tiara sangat terharu mendengarkan umgkapan yang disampaikan oleh ibunya. Ia merasa bersyukur memiliki ayah dan ibu yang selalu ada untuknya saat sedang mengalami masa sulit seperti saat ini.
“Terima kasih, Yah, Bun. Tia nggak tahu harus gimana kalau Ayah dan Bunda tidak menguatkan Tia. Tia janji akan berusaha untuk kuat dan tegar demi anak ini.” Tiara mengusap perutnya.
Bu Laras tidak kuasa melihat kesedihan di wajah putrinya. Wanita paruh baya itu memilih menjauh dan mencari alasan. Ia mengatakan kepada Tiara akan menyiapkan makan malam. Setelah di ruang makan, Bu laras pun menitikkan air mata yang sejak tadi ia tahan.
“Ibu kenapa nangis?” Bu Laras terkejut mendengar suara asisten rumah tangganya.
“Nggak apa-apa, Bik.” Wanita itu berusaha untuk tersenyum dan mengelak.
“Ibu yang sabar, ya. Saya dapat merasakan apa yang Ibu pikirkan saat ini.”
Bu Laras kembali terkejut, ia tidak mengerti kenapa Bi Inah berusaha untuk menguatkan dirinya. “Bibik sudah tahu tentang Tiara?” Bu Laras bertanya untuk memastikan apa yang membuat Bi Inah bersikap seperti itu.
“Iya, Buk. Maafkan saya karena tidak sengaja mendengarkan pembicaraan Ibu dan Bapak tadi.” Ternyata Bi Inah telah mengetahui apa yang menimpa Tiara saat ini.
“Saya bingung harus gimana, Bik. Kasihan Tiara. Saya tidak sanggup melihat kesedihan di wajahnya. Saya berusaha untuk kuat di depannya, Bik. Padahal hati kecil saya sangat sakit.”
“Saya juga terkejut saat mengetahui Den Bayu menceraikan Non Tiara. Wanita lembut dan cantik seperti dirinya, tidak pantas untuk disakiti.”
“Tapi inilah kenyataannya, Bik. Anak saya sekarang menderita.
Beban pikiran Bu Laras terasa berkurang sedikit setelah bercerita kepada Bi Inah. Ia sangat tahu dan mengenal asisten rumah tangganya tersebut yang amat peduli dengan keluarga sang majikan. Bu Laras sudah menganggap Bi Inah seperti keluarga sendiri.
***
Setelah makan malam dan menunaikan salat Isya, Tiara memasuki kamar yang dulu sangat setia menjadi saksi atas keceriaannya sebelum memilih menikah dengan Bayu. Ia menghempaskan tubuh di tempat tidur. Tiara masih merenungi kejadian yang menimpa dirinya saat ini.
Tiara tidak pernah menyangka akan bercerai di usia pernikahannya yang baru menginjak lima tahun. Bayu yang dulu sangat mencintai dirinya, kini telah berubah menjadi sosok yang kejam dan tidak memiliki belas kasihan sama sekali.
Bayu bukan lagi laki-laki yang dulu bersikap mesra dan romantis kepada Tiara. Padahal, kebersamaan mereka tidaklah sebentar. Setahun menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih dan lima tahun terikat dalam pernikahan.
Akan tetapi, beberapa bulan terakhir ini, Tiara ternyata sudah merasakan perubahan yang terjadi terhadap Bayu. Laki-laki itu sering pulang larut malam, bahkan kadang tidak kembali ke rumah dengan alasan lembur karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.
“Kemeja kamu, kok, wangi parfum cewek, Mas?” tanya Tiara beberapa bulan yang lalu kepada Bayu saat dirinya menghidu aroma minyak wangi yang berbeda dari biasanya.
“Namanya juga di kantor. Banyak karyawati. Mungkin nggak sengaja bersentuhan, aroma parfum yang mereka gunakan menempel di kemeja.” Tiara berusaha untuk percaya dengan alasan Bayu, tetapi ia tetap merasa tidak tenang.
Bukan sekali atau dua kali hal itu terjadi. Hampir setiap hari, Tiara mencium minyak wangi perempuan di kemeja Bayu. Aroma itu tetap sama dan Tiara mulai menaruh curiga terhadap laki-laki itu. Namun, ia memendam semuanya karena Bayu masih bersikap lembut saat itu, tetapi tidak romantis lagi.
Sekarang, Tiara baru menyadari bahwa sikap dan perubahan Bayu yang ia rasakan ternyata menyimpan aroma pengkhianatan. Bayu dengan tega bermain api di belakang wanita yang sangat mencintainya. Laki-laki itu memberikan alasan yang menyakitkan. Tiara dianggap tidak mampu melahirkan anak.
Saat Tiara benar-benar mengandung anak yang selama ini diharapkan oleh dirinya dan Bayu, justru perpisahan yang terjadi. Namun, Tiara tidak ingin memberitahukan kehamilannya kepada laki-laki yang telah berbuat jahat kepadanya. Wanita itu ingin membesarkan calon buah hati sendirian tanpa sang suami.
Kini, Tiara kembali meratapi penderitaan yang diberikan Bayu kepadanya. Sementara itu, laki-laki yang sudah mengucapkan kata cerai kepada Tiara, saat ini sedang tertawa dengan Lisa, istri barunya. Terpancar kebahagiaan di wajah Bayu saat rebahan bersama wanita itu.
“Mas, aku boleh minta sesuatu.” Lisa merengek di samping suaminya.
“Mau minta apa, Sayang?” Bayu dengan lembut membalas sang istri.
“Aku ingin agar semua barang-barang dari mantan istri kamu segera dibuang dari rumah ini. Aku nggak mau kalau kamu masih mengingat tentang dia. Cukup aku dan anak kita yang ada di dalam hatimu.” Lisa mengusap pipi suaminya.
“Iya, Sayang. Apa pun yang kamu minta, pasti aku turutin. Kamu nggak perlu meragukan hatiku lagi. Aku sudah membuktikan kalau aku mampu mengusirnya dari rumah ini dan menjadikan kamu ratu di istana cintaku. Untuk apa aku mengingat wanita yang tidak mampu melahirkan anak untukku?” Bayu berkata seperti itu seolah-olah tidak ingat lagi tentang kenangan dan kebersamaan dengan Tiara.
“Terima kasih atas cintamu, Mas. Aku bangga dan bahagia menjadi istrimu.” Lisa menunjukkan sikap manja di depan suaminya.
Bayu langsung terbuai dengan sentuhan yang diberikan oleh wanita tersebut. Ia tidak ingat lagi dengan kemesraan yang pernah ia lakukan bersama Tiara di tempat tidur itu. Bayu telah tergoda dengan pesona yang dipancarkan Lisa. Laki-laki itu tidak menyadari bahwa paras Tiara jauh lebih cantik daripada wanita yang kini bersamanya.
==================
***Keesokan harinya tepatnya sore, Bu Laras dan Tiara menuju tempat praktik kandungan. Namun, saat dalam perjalanan, Tiara melihat Bayu dan sang istri baru memasuki sebuah tempat perbelanjaan. Wanita itu kembali menumpahkan air matanya.Bu Laras melajukan kendaraan roda empat miliknya dengan cepat agar Tiara tidak melihat pemandangan yang menyakitkan tersebut. Ia sebagai seorang ibu merasa tidak sanggup melihat kesedihan yang ada di wajah putrinya.Wanita paruh baya itu sangat mengerti seperti apa perasaan anaknya. Perempuan mana yang akan sanggup melihat laki-laki yang dicintai bermesraan dengan orang lain yang merupakan penyebab kehancuran rumah tangganya bersama sang suami tercinta?“Kamu baik-baik aja, Sayang?” Bu Laras melihat Tia yang masih menitikkan air mata.“Iya, Bun.” Tiara mengusap air matanya dan berusaha untuk tersenyum kepada ibunya.“Kamu harus belajar ikhlas, Sayang. Kamu nggak perlu menangisi laki-laki seperti dirinya. Dia nggak pantas untukmu.”“Iya, Bun. Tia akan
***Pagi ini, Tiara duduk sendiri dan termenung. Ia masih tidak mengerti kenapa Bayu tega mengucapkan kata cerai kepada dirinya. Dari dulu, Tiara tahu seperti apa sikap Bayu yang sangat perhatian dan penyayang. Ia merasa kalau perubahan yang terjadi kepada laki-laki itu amat membingungkan.Mulai sejak dulu, Bayu tidak pernah berbuat kasar kepada Tiara. Laki-laki itu justru selalu menunjukkan besarnya cinta yang dimiliki untuk sang istri. Namun, saat usia pernikahan mereka hampir memasuki lima tahun, Bayu berubah menjadi sosok yang dingin dan tidak menunjukkan kemesraan lagi di depan Tiara.“Mas, kenapa akhir-akhir ini sikap kamu dingin banget? Kamu selalu menjaga jarak saat kita di tempat tidur.” Pertanyaan itu Tiara lontarkan beberapa bulan yang lalu kepada Bayu.Saat itu Bayu tidak memberikan respons, ia justru membelakangi wanita yang sudah menemani hidupnya. Tiara tidak memahami sikap Bayu, tetapi ia tetap berusaha untuk percaya walaupun rasa tidak tenang itu selalu menghantui pik
***Hari ini Minggu, Tiara sudah sangat yakin untuk meninggalkam kota kelahirannya menuju daerah tempat tinggal sang kakak. Ia berharap setelah menjauh dari Bayu, maka dirinya akan mampu menghapus bayangan laki-laki itu dan fokus dengan kehamilannya.Saat ini, Pak Arif dan Bu Laras pun mengantar putri bungsu mereka ke bandara. Kedua orang tua itu merasa sedikit tenang dan lega melihat perubahan yang terjadi terhadap Tiara. Wanita itu tidak terlalu menunjukkan wajah sedih seperti saat pertama kali tiba di rumah ayah dan ibunya.Mereka pun menyusuri jalan sambil berbincang sesekali. Tiara melihat ke kanan dan kiri secara bergantian. Ia tidak pernah menyangka hingga akhirnya harus pergi meninggalkan kota yang banyak memberikan kenangan untuk dirinya.Tiara kembali mengingat saat Bayu pertama kali mengungkapkan cinta dan perasaan kepadanya. Saat itu dirinya masih duduk di bangku kuliah semester akhir. Sementara Bayu sudah menjadi direktur di perusahaan milik keluarganya.“Aku ingin hubung
*** Lisa segera mengakhiri panggilan dari Danny agar tidak diketahui oleh Bayu. Wanita itu berusaha bersikap tenang untuk menghadapi suaminya. Ia tidak ingin menimbulkan adanya kecurigaan yang nantinya mengundang pertanyaan. Wanita itu pun membalikkan badan menghadap ke arah Bayu. Ia berharap bahwa pembicaraannya dengan Danny tidak diketahui oleh laki-laki itu. Lisa sangat kesal karena pria masa lalunya masih tetap berusaha mengusik kebahagiaan yang telah didapatkan saat ini. “Ini, Mas … ada orang yang nawarin asuransi. Aku udah bilang agar tidak menggangguku lagi.” Lisa kembali mengucapkan kebohongan kepada suaminya. “Sini, Sayang, biarkan aku yang berbicara padanya.” Wajah Bayu tampak kesal. “Udah, Mas, nggak perlu diperpanjang lagi, aku udah matiin teleponnya.” “Ya, udah, kita ke meja makan lagi, yuk.” Bayu meraih tangan Lisa, lalu mereka kembali ke meja makan. Pak Agus dan Bu Sandra tidak menaruh curiga sama sekali dengan sikap Lisa yang menerima panggilan menjauh dari meja
*** Tiara sangat bahagia memasuki kamar yang telah dipersiapkan oleh sang kakak untuk dirinya. Ia pun duduk di tempat tidur lalu diikuti wanita yang sangat menyayanginya sejak dulu. Dua kakak-adik itu selalu akur mulai dari mereka masih kecil saat tinggal bersama orang tua. Usia Tika dan Tiara terpaut lima tahun. Tika sudah mengarungi bahtera rumah tangga bersama Haris selama sepuluh tahun. Mereka dikaruniai seorang anak perempuan yang saat ini berumur sembilan tahun dan duduk di bangku SD kelas empat, namanya Alexa. Tiara sangat senang karena hubungan rumah tangga kakaknya tidak mengalami nasib yang sama dengan dirinya. Walaupun pernikahan Tika dan Haris awalnya dari perjodohan, tapi kedua pasangan suami-istri tersebut akhirnya benar-benar menemukan kebahagiaan hingga menghadirkan buah hati. Usia Tika yang terpaut lebih muda dua puluh tahun dari Haris, tidak menjadi penghalang untuk cinta mereka. Tika dengan ikhlas menerima suami pilihan orang tuanya. Besarnya cinta dan kasih say
*** Setelah menikmati makan malam, Bayu dan Lisa memilih duduk di ruang keluarga untuk menikmati acara di televisi. Entah kenapa, laki-laki itu masih memikirkan sosok yang ia lihat tadi siang. Bayu sudah berusaha untuk yakin dan percaya bahwa wanita yang duduk bersama laki-laki tersebut bukanlah istrinya. Ia ingin bertanya kepada sang istri, tapi takut jika wanita itu menganggapnya tidak memercayai wanita yang sudah dinikahi. Bayu pun tetap diam dan bersikap biasa saja. Namun, entah kenapa dirinya tiba-tiba ingat kepada Tiara, perempuan yang sudah ia ceraikan. Wanita itu tidak pernah keluar dari rumah seperti yang Lisa lakukan tanpa meminta izin kepada sang suami terlebih dahulu. Baginya, sifat kedua wanita itu sangat bertolak belakang. Tiara adalah perempuan manja, sedangkan Lisa sangat menggoda. Bayu menepiskan bayangan Tiara dari pikiran, ia kembali fokus kepada wanita yang kini menyandarkan kepala di bahu laki-laki tersebut. Bayu ingin tetap memercayai perempuan yang sudah bers
*** Tiga bulan tinggal di rumah kakaknya, Tiara dihadapkan pada situasi yang membuatnya bingung. Arya, adik sepupu dari Haris tidak berhenti untuk menemui wanita itu. Laki-laki tersebut kini sudah menetap di Indonesia untuk mengurus perusahaan keluarganya. Lima tahun berada di negeri orang membuat dirinya jenuh dan meyakinkan hati untuk tinggal di negara sendiri. Haris dan Tika merasa curiga dengan keputusan Arya, mereka tidak percaya sepenuhnya dengan alasan yang diberikan oleh laki-laki tampan tersebut. Semenjak bertemu dengan Tiara, entah kenapa Arya tidak mampu menghapus bayangan wanita tersebut. Tika dan Haris sudah menjelaskan status Tiara yang sebenarnya, tapi laki-laki itu tetap tidak berhenti untuk mendekati adik ipar dari kakak sepupunya. Arya bahkan sering mengatakan bahwa dirinya ingin membantu beban penderitaan yang Tiara hadapi saat ini. Ia berusaha mendekati wanita itu dan berharap diterima sebagai seseorang yang mampu mengobati luka yang diciptakan oleh Bayu. Namun
*** Pagi ini setelah Bayu berangkat ke kantor, Lisa pun menjalankan rencananya. Ia segera mencari nama Rio di ponsel miliknya lalu menekan tombol telepon berwarna hijau. Panggilan pun terhubung, Lisa mengembangkan senyuman. “Hallo, Kak. Tumben nelepon aku. Ada apa? Kirain udah lupa sama aku. Secara, Kakak sekarang udah konglomerat.” Sapaan dari Rio terdengar dari seberang. “Mau duit, nggak?” Lisa langsung mengajukan penawaran. “Mau banget. Kebetulan, nih, aku mau pasang lotre, tapi nggak punya modal.” “Dari dulu yamg ada di pikiranmu hanya lotre, tapi sampai sekarang tetap numpang di rumah mertua.” “Aku malas mau kerja, apalagi kalau sampai diatur-atur. Kakak tahu sendiri dari dulu.” “Iya, deh. Tapi Kakak ada kerjaan, nih, untuk kamu. Duitnya lumayan, loh.” Lisa mulai mengutarakan niatnya. “Kerjaan apa, Kak?” tanya Rio dengan semangat. Lisa akhirnya menjelaskan apa yang seharusnya dikerjakan oleh adik sepupunya. Rio tersenyum bahagia setelah Lisa mengutarakan rencana yang haru