Beranda / Romansa / Gerhana / Chapter 28

Share

Chapter 28

Penulis: Suzy Wiryanty
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Gerhana tengah melamunkan Tangguh sambil tersenyum-senyum sendiri, saat pintu kamarnya diketuk. Ia meneriakkan kata masuk sembari melirik jam dinding. Pukul delapan malam. Tumben di jam-jam seperti ini Mbok Wati menyambangi kamarnya? Biasanya antara pukul tujuh hingga pukul sepuluh malam adalah jadwal Mbok Wati menonton sinetron. Dan biasanya kalau si mbok sedang menonton, ia tidak suka diganggu. Menggangu konsentrasi emosi katanya. Pasti ada suatu hal penting yang akan disampaikan Mbok Wati padanya. Saat pintu terbuka, Gerhana kaget. Ternyata bukan Mbok Wati yang mengetuk pintu. Tetapi ibunya!

"Lho Ibu sudah pulang? Ayah sudah selesai dinas ya, Bu?" Gerhana turun dari ranjang dan menghamburkan diri kepelukan ibunya. Ia memang sangat merindukan ibunya. Sudah dua bulan lebih mereka tidak bertemu. Ia kangen membaui aroma tubuh ibunya. Setelah rasa rindunya terpuaskan, Gerhana mengajak ibunya duduk di atas ranjang. Ia ingin mengobrol seru dengan ibunya. Lama tidak

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
melanesia miller Domeni
apa tdk bisa koin di bawa 10,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gerhana   Chapter 29

    Tangguh gelisah. Sudah beberapa hari ini ia tidak bisa menghubungi Gerhana. Ponsel pacarnya itu selalu dalam keadaan tidak aktif.Selain itu keadaan ibunya juga tidak begitu baik. Ibunya seperti orang yang paranoid. Ketakutan terhadap sesuatu hal yang belum tentu terjadi. Sekarang ibunya selalu melarangnya keluar rumah kalau tidak hal yang benar-benar penting. Ibunya takut kalau ia diculik orang. Bagaimana ia tidak khawatir bukan? Halusinasi ibunya sudah sampai pada taraf yang tidak masuk akal. Ia bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Untuk apa juga orang menculiknya?"Lo kenapa sih, Guh? Dari tadi gue perhatiin lo bengong melulu. Tuh liat meja 15 mulai rusuh. Amankan dulu sana." Tepukan ringan Roy di bahunya, menyentakkan lamunannya. Astaga, bisa-bisanya ia melamun saat bertugas."Siap, Bang." Ia bergegas menghampiri meja 15. Beberapa orang yang sudah hang over parah mulai saling baku hantam hanya karena hal sepele. Layaknya

  • Gerhana   Chapter 30

    Gerhana mengetuk pintu tiga kali. Karena tidak mendapat jawaban ia kembali mengetuk ulang. Terdengar sahutan tunggu sebentar berbarengan dengan suara derit pintu yang dibuka."Kamu... kalau tidak salah gadis yang menabrak stealing martabak Ibu waktu itu kan?" Tanya Bu Wardah ragu-ragu."Benar, Bu. Saya Gerhana." Gerhana lega. Ternyata Bu Wardah masih mengenalinya."Ada perlu apa kamu ke sini?" Lanjut Bu Wardah lagi. Gerhana belum sempat menjawab pertanyaan Bu Wardah, namun ekspresi wajah si ibu langsung berubah waspadasaat melihat kehadiran Demitrio. Siapa pun yang melihat postur tubuh dan rambut cepak Demitrio pasti sudah bisa menduga apa profesinya. Penampilan Demitrio seolah-olah meneriakkan kata, saya adalah seorang polisi."Kenapa kamu membawa polisi ke sini? Bukankah masalah waktu itu sudah selesai. Ibu bahkan tidak menuntut apapun padamu." Tandas Bu Wardah lagi. Seperti

  • Gerhana   Chapter 31

    "Abang jangan salah paham. Maksud Nana--""Saya sedang banyak pikiran, Gerhana. Pulanglah." Usir Tangguh dingin.Gerhana. Tangguh kembali memanggil nama lengkapnya. Itu artinya Tangguh telah menarik garis pembatas di antara mereka. Tangguh kembali menganggapnya orang asing. Gerhana meradang. Tidak bisa begitu!"Jangan melarikan diri dari masalah dong, Bang. Bukankah kemarin kita baru saja berjanji akan selalu berpegangan tangan walau apapun, Nana ulangi, apapun masalah yang menghadang. Apa secepat itu Abang lupa?" Guman Gerhana lirih. Tangguh tidak menanggapi kalimatnya. Seolah tidak mendengar apa-apa, Tangguh melenggang masuk dan melewatinya begitu saja. Gerhana yang tidak terima didiamkan menyambar lengan Tangguh. Meminta perhatiannya."Tolong jangan bersikap begini pada Nana, Bang. Jawab dulu pertanyaan Nana. Kita akan selalu berpegangan tangan bukan?" Tanya Gerhana harap-harap cemas. Tanggu

  • Gerhana   Chapter 32

    "Ini adalah konsep rancangan dan pra rancangan schematic design yang dibuat oleh tim kami, Ba--eh Pak Edmundo." Gerhana buru-buru meralat kalimatnya. Bukan hal mudah menghadapi pacar yang kini juga berstatus sebagai calon client. Ia menolak menyebut Tangguh mantan pacar karena ia tidak merasa menyetujui keputusan sepihak Tangguh."Lanjutkan saja presentasi Anda," ucap Tangguh dingin. Gerhana bergeming. Tangguh benar-benar menganggapnya orang asing sekarang. Gerhana berdehem sebentar. Berusaha mengalihkan rasa kecewanya dengan batuk-batuk kecil. Ia harus bisa memisahkan antara masalah pribadi dan pekerjaan."Baik," jawab Gerhana singkat. Ia melanjutkan presentasi dengan mengklik laptop beberapa kali hingga muncul sketsa dasar."Schematic design ini kami rancang seefisen mungkin dengan memperhitungkan efektifitas teknis pelaksanaan, biaya, waktu dan juga dari sisi desain. Terutama desain tapak atausitepla

  • Gerhana   Chapter 33

    Gerhana menghempaskan tubuh lelahnya pada beton proyek setengah jadi lantai delapan. Kepalanya pusing setelah empat jam penuh berkerja diruang terbuka. Semenjak Tangguh dan Estrelita, pacar bulenya sering wara wiri ke kantor, ia memang memilih untuk lebih aktif di proyek. Ia melarikan diri tepatnya.Gerhana membuka helm proyek beserta rompinya sekaligus. Ia kegerahan bekerja di tengah terik matahari pukul dua belas siang. Untung saja jam istirahat makan siang telah tiba. Syukurlah. Setidaknya ia punya waktu sekitar satu jam untuk beristirahat sebentar.Saat mengusap wajah dengan sehelai tissue basah. Warna tissuenya berubah menjadi abu-abu. Sewarna dengan bubuk semen. Itu artinya wajahnya penuh dengan debu dan kotoran lainnya. Pakaiannya apalagi. Kemeja birunya sudah lengket bagai kulit kedua karena keringat. Selain lapar ia juga capek lahir batin.Pandangannya tertuju pada Abraham. Manager proyek baru

  • Gerhana   Chapter 34

    Selain Gerhana ada dua orang lagi yang akan diperiksa marathon hari ini. Mereka adalah Abraham, manager proyek dan Pak Tarjo, operator crane. Belasan saksi lain akan diperiksa secara bergantian mulai besok pagi. Saat ini Gerhana sedang duduk di ruang tunggu juru periksa kepolisian. Menunggu giliran untuk diperiksa. Ia mendapat giliran paling akhir. Yang pertama akan diperiksa adalah Pak Tarjo. Baru disusul oleh Abraham dan dirinya sendiri."Kamu tidak usah takut, Na. Kamu kan tidak salah apa-apa," seseorang tiba-tiba saja duduk di sebelahnya. Tanpa perlu melihat pun Gerhana sudah bisa menebak siapa yang berbicara. Aroma segar citrus adalah ciri khas Antonio. Hanya saja kali ini aromanya sudah bercampur dengan samar keringat. Lebih manusiawi. Setidaknya ia jadi tau kalau Antonio ini manusia juga. Bukan counter parfum."Saya tidak takut, Pak. Saya hanya sedih dan merasa bersalah karena tidak mampu menolong mereka," sahut Gerhana lirih. T

  • Gerhana   Chapter 35

    "Ya, kanan kuat. Terus... terus... stop! Balas... balas... kiri... lagi... lagi... lurus... sip. Makasih, Boss. Semoga rezekinya makin kenceng kayak bus malam antar kota." Gerhana tersenyum geli mengamati tingkah Jaka yang sedang mengatur jalur keluar masuk mobil di parkiran. Di saat sedih dan galau seperti ini sepertinya ia memerlukan sedikit hiburan dan pencerahan. Dan satu-satunya orang yang muncul di kepalanya saat ini adalah Jaka. Sahabat Tangguh yang berhati seluas samudera dan pikiran selurus jalan tol. Gerhana merindukan sosok yang sederhana namun kerap membuatnya tertawa. Selain itu terkadang pemikiran ajaib Jaka juga banyak benarnya. Oleh karena itu sepulangnya dari kantor, Gerhana dengan sengaja menyinggahi restaurant tempat Jaka bekerja sebagai juru parkir."Etdah ini bocah masih demen aja ngintilin gue. Ada perlu apaan lo sama gue, Bocah?" Dengus Jaka ketus. Walau Jaka memberi kesan terganggu karena kehadirannya, tapi tak urung Jaka menghampirinya j

  • Gerhana   Chapter 36

    Gerhana gelisah. Tamu bulanannya baru saja berkunjung, namun ia harus ikut meninjau proyek. Kalau menuruti hati, betapa inginnya ia duduk membungkuk di kantor saja. Posisi membola biasanya cukup efektif untuk meredakan senggugutnya sementara. Tetapi karena Tangguh a.k.a Edmundo bersikeras mewajibkan arsitek proyeknya ikut, maka ia pun meluluskan keinginan clientnya. Profesionalisme di atas segalanya bukan?Saat ini ia sedang duduk gelisah di kubikelnya. Menunggu Bagas dan Abizar untuk bersama-sama meninjau proyek. Sementara Tangguh dan Estrelita duduk tepat di hadapannya. Menunggu orang yang sama. Mereka semua memang akan berangkat bersama-sama. Hanya saja tingkah laku sepasang love birds yang tengah kasmaran ini membuatnya jengah. Bayangkan saja, Estrelita menyandarkan kepala pada bahu Tangguh. Dan Tangguh membalas dengan membelai-belai rambut jagung si ayam bule dengan mesra. Mereka berdua melakukan aktivitas itu tepat di depan kedua biji matanya. Bagaimana ia

Bab terbaru

  • Gerhana   Extra Part II

    Tiga bulan kemudian.Gerhana tidak mampu menahan isak tangis saat ijab kabul baru saja berakhir. Sungguh ia tidak sanggup menahan air mata saat melihat ayahnya menangis. Ayahnya, Jendral Badai Putra Alam memalingkan wajah saat mendengar dirinya telah sah menjadi istri Tangguh. Ayahnya bahkan langsung meninggalkan keriuhan acara, dan berjalan menuju kebun belakang. Gerhana tau, ayahnya tidak ingin seorang pun melihatnya menangis."Na, tunggu di sini sebentar ya? Abang mau menyusul ayahmu. Abang ingin berbicara sebagai sesama laki-laki, biar ayahmu tenang. Abang sangat mengerti perasaan ayahmu." Gerhana hanya sanggup mengangguk saat Tangguh ingin menyusul ayahnya. Ada baiknya kalau Tangguh yang lebih dulu menemui ayahnya. Setelahnya barulah ia meyakinkan ayahnya, kalau semuanya akan tetap baik-baik. Baik ia telah menikah ataupun tidak, ayahnya akan selalu ada di hatinya.Tangguh menemukan jendral Badai duduk termenun

  • Gerhana   Extra Part 1

    "Kita sudah sampai, Dek." Tangguh merasakan satu tepukan ringan di bahunya. Perlahan Tangguh membuka mata. Ia masih mengalami jet lag parah setelah belasan jam berada di atas pesawat. Setelah meregangkan otot-ototnya yang kram, Tangguh memandang rumah besar di hadapannya. Seperti ini rupanya rumah masa kecilnya. Walaupun ia masih belum bisa mengingat secara jelas, namun ada lintasan potongan-potongan kejadian di benaknya. Seperti tangga kayu berukir yang bisa dibuat bermain seluncuran, hingga karpet merah berbulu tebal di ruangan kerja yang dindingnya penuh dengan senjata. Bau amis! Tangguh mendadak bisa mencium aroma amis darah! Astaga, apa yang sedang di pikirkannya? Tangguh menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia berusaha mengenyahkan ingat tidak menyenangkan itu dari benaknya. Mungkin itu hanya mimpi masa lalunya."Lo kenapa, Dek? Pusing? Ya udah kita istirahat saja dulu. Lo pasti kena jet lag." Geraldo mengeluarkan ponsel dari sakunya dan menelepon seseorang. Se

  • Gerhana   Extra Part

    "Gue nggak nyangka, kalau akhirnya akan ipar-iparan dengan lo, Na." Soraya menatap Gerhana antusias. Setelah sekian lama tidak bersinggungan dengan orang-orang di masa lalunya, Soraya tidak mengira akan bertemu dengan Gerhana. Sungguh, ia sangat malu apabila mengingat tingkah lakunya dulu. Oleh karena itulah ia sengaja menghilang. Ia ingin menjadi manusia baru. Tetapi jujur, ada kegembiraan di hatinya, kala bertemu dengan orang-orang di masa lalunya. Bagaimanapun ia pernah melalui hari-hari indah bersama dengan orang-orang yang dikasihinya. Istimewa dengan kedua orang tua angkatnya. Terkadang jikalau rasa rindu itu muncul, ia berusaha menekannya dalam-dalam. Ia tidak mau mengusik hidup Keira dan Keisha. Ia sudah merebut kasih sayang ayah kandung mereka berdua hampir 24 tahun lamanya. Sekarang biarlah mereka berdua menerima limpahan kasih sayang ayah kandung mereka yang baru mereka ketahui."Apalagi Nana, Mbak. Setitik debu pun Nana tidak pernah menduganya.

  • Gerhana   Chapter 45

    "Ibu ingin langsung pulang atau singgah ke tempat lain lagi?" tanya Iwan sopan.Bu Wardah yang sedari tadi sibuk dengan ponsel pintarnya, menghentikan kegiatannya sejenak."Sebentar ya, Wan? Ibu akan menelepon seseorang dulu," sahut Bu Wardah santai. Sekarang ia sudah tenang dalam mengatur strategi. Ia sudah tidak takut pada apapun lagi. Jujur, kini ia malah menikmati permainan ini. Toh masalah hidup mati seseorang itu sudah ada yang mengatur bukan? Makanya ia sekarang bersikap nothing to lose saja.Bu Wardah menekan beberapa nomor yang sudah sangat ia hapal luar kepala. Dulu ia akan sangat ketakutan jika mendapati nomor ini di layar ponselnya. Tapi sekarang keadaan berbalik. Ia dengan percaya diri sengaja menghubungi nomor tersebut."Hola juan. Cómo estás?" (Halo Juan. Apa kabar?)"Donde estas ahora, maldita chica!" (Di mana ka

  • Gerhana   Chapter 44

    "Tolong Pak Polisi, biarkan anak saya menemui ayahnya sebentar saja. Ini adalah hari ulang tahunnya. Tolonglah Pak Polisi. Saya harap Bapak masih memiliki sedikit hati nurani.""Tidak bisa, Bu. Sesuai dengan prosedur kami, Pak Lopez harus segera dibawa ke kantor polisi. Pak Lopez bisa menunjuk seorang pengacara apabila ingin membela diri.""Tolonglah, Pak. Sebentar saja. Saja janji, setelah putra saya meniup lilin dan ayahnya mengucapkan selamat ulang tahun, Pak Polisi boleh membawa Pak Lopez pergi. Saya mohon, Pak. Saya mohon.""Baiklah, Bu. Atas dasar kemanusiaan, saya izinkan Pak Lopez menemui putranya. Saya mempertaruhkan kehormatan dan jabatan saya, demi memenuhi permohonan Ibu ini. Tolong, jangan hianati kepercayaan saya.""Mengapa Ibu memperdaya saya? Ibu membantu Pak Lopez melarikan diri 'kan? Apakah Ibu tau, perbuatan Ibu ini akan membuat saya dan seluruh tim saya terkena Sanksi Pelanggaran

  • Gerhana   Chapter 43

    Tangguh sedang menyusun bantal agar Gerhana nyaman bersandar, saat pintu kamar tiba-tiba terbuka. Antonio Brata Kesuma. Tangguh menarik napas panjang. Mempersiapkan hati dan pikiran agar mampu meredam kericuhan yang tidak perlu. Demi Tuhan, Gerhana baru selamat dari kasus penembakan. Ia tidak ingin kalau pacarnya ini harus menjadi saksi lagi dalam kasus perkelahian. Makanya ia akan mencoba memanjangkan sabar dalam menghadapi si pencari kesempatan ini."Bagaimana keadaan kamu, Na?" Antonio mendekati sisi ranjang. Menarik satu kursi dan duduk sedekat mungkin dengan Gerhana. Ia sama sekali tidak mempedulikan kehadiran Tangguh. Ia menganggap Tangguh sebagai mahkluk tak kasat mata. Ada tetapi tidak ada. Toh memang tidak ada pentingnya juga."Saya sekarang sudah baik-baik saja, Pak. Sebentar lagi juga akan pulih seperti sedia kala. Doakan saja ya, Pak?" sahut Gerhana sopan. Ia merasa tidak enak pada Tangguh karena Antonio tidak menganggapnya sama

  • Gerhana   Chapter 42

    "Bang, itu si Grace mau dibawa ke mana sama Bang Barda?" Gerhana kebingungan melihat Barda yang melenggang begitu saja dengan Graciela menggeliat-geliat marah di bahunya. Gerhana bahkan masih bisa mendengar suara Graciela yang terus memaki-maki Barda."Tidak apa-apa, Na. Tenang saja. Barda walaupun mulutnya kasar tapi pada dasarnya ia tidak tegaan terhadap perempuan. Ia akan menjaga Grace dengan baik. Percayalah, Na." Tangguh menarik sebuah kursi. Mendekati tempat Gerhana berbaring."Bagaimana keadaan kamu hari ini?" Tangguh mengelus pipinya perlahan. Gerhana merasa serba salah karena Tangguh bersikap seintim ini saat ada mata lain yang melihatnya. Ia malu pada Jaka yang seketika menjadi rajin menepuk-nepuk nyamuk karena salah tingkah. Padahal ruang rawat inapnya ini tidak ada nyamuknya sama sekali."Nana sudah lumayan baik, Bang. Hanya saja Nana rasanya kepengen sekali membersihkan diri sungguhan, alias mandi. Buk

  • Gerhana   Chapter 41

    Kesadaran Gerhana hilang timbul selama beberapa hari ini. Menurut dokter Gadis, proses pemulihan luka Gerhana memang akan memakan waktu yang cukup lama. Gerhana kehilangan secuil paru-paru dan ginjalnya. Untungnya peluru yang bersarang di sana tidak mengenai area yang berbahaya. Tetapi tetap saja memerlukan waktu untuk menghentikan pendarahannya.Sudah tiga hari ini Tangguh seperti pindah rumah. Ia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sakit dibandingkan dengan rumahnya sendiri. Selama tiga hari ini juga ia selalu menginap di rumah sakit. Kursi tunggu stainlessteel rumah sakit, telah menjadi teman baiknya. Keadaan di rumah sakit relatif tenang karena Antonio sedang berada di luar negeri. Si pencari kesempatan itu tidak tau apa-apa mengenai hal ini. Tetapi dua jam lalu, berita tertembaknya Gerhana sampai juga ke telinganya. Antonio akan tiba di tanah air dalam waktu delapan jam lagi. Tangguh tau, setelah ini ia akan terus baku mulut dengan si tukang cari

  • Gerhana   Chapter 40

    Tangguh membaringkan tubuh lelahnya di kursi ruang tunggu rumah sakit. Berbantalkan lengannya sendiri, ia memejamkan mata. Mencoba mengistirahatkan tubuh dan pikirannya. Dan terjadi lagi! Setiap ia memejamkan mata, bayangan Gerhana yang ambruk bersimbah darah tergambar jelas dalam benaknya. Tangguh bangkit kembali. Kembali menegakkan tubuh. Ia tidak berani memejamkan mata. Bayangan desis lirih kesakitan Gerhana terus terbayang-bayang di benaknya.Arghhh!Tangguh meremas rambutnya kesal. Ia sekarang tidak tau harus berbuat apa. Benaknya tidak bisa berhenti memikirkan Gerhana. Malam ini adalah malam perjuangan Gerhana. Perjuangan hidup matinya akan ditentukan dalam dua belas jam ini. Makanya ia tidak mau beranjak seinchi pun dari pintu ruangan intensif. Ia ingin saat Gerhana sadar nanti, wajahnyalah yang pertama kali dilihat Gerhana oleh setelah tim medis. Saat ini sang jendral dan istrinya pulang sebentar untuk membersihkan diri d

DMCA.com Protection Status