Gerhana mengetuk pintu tiga kali. Karena tidak mendapat jawaban ia kembali mengetuk ulang. Terdengar sahutan tunggu sebentar berbarengan dengan suara derit pintu yang dibuka.
"Kamu... kalau tidak salah gadis yang menabrak stealing martabak Ibu waktu itu kan?" Tanya Bu Wardah ragu-ragu.
"Benar, Bu. Saya Gerhana." Gerhana lega. Ternyata Bu Wardah masih mengenalinya.
"Ada perlu apa kamu ke sini?" Lanjut Bu Wardah lagi. Gerhana belum sempat menjawab pertanyaan Bu Wardah, namun ekspresi wajah si ibu langsung berubah waspada saat melihat kehadiran Demitrio. Siapa pun yang melihat postur tubuh dan rambut cepak Demitrio pasti sudah bisa menduga apa profesinya. Penampilan Demitrio seolah-olah meneriakkan kata, saya adalah seorang polisi.
"Kenapa kamu membawa polisi ke sini? Bukankah masalah waktu itu sudah selesai. Ibu bahkan tidak menuntut apapun padamu." Tandas Bu Wardah lagi. Seperti
"Abang jangan salah paham. Maksud Nana--""Saya sedang banyak pikiran, Gerhana. Pulanglah." Usir Tangguh dingin.Gerhana. Tangguh kembali memanggil nama lengkapnya. Itu artinya Tangguh telah menarik garis pembatas di antara mereka. Tangguh kembali menganggapnya orang asing. Gerhana meradang. Tidak bisa begitu!"Jangan melarikan diri dari masalah dong, Bang. Bukankah kemarin kita baru saja berjanji akan selalu berpegangan tangan walau apapun, Nana ulangi, apapun masalah yang menghadang. Apa secepat itu Abang lupa?" Guman Gerhana lirih. Tangguh tidak menanggapi kalimatnya. Seolah tidak mendengar apa-apa, Tangguh melenggang masuk dan melewatinya begitu saja. Gerhana yang tidak terima didiamkan menyambar lengan Tangguh. Meminta perhatiannya."Tolong jangan bersikap begini pada Nana, Bang. Jawab dulu pertanyaan Nana. Kita akan selalu berpegangan tangan bukan?" Tanya Gerhana harap-harap cemas. Tanggu
"Ini adalah konsep rancangan dan pra rancangan schematic design yang dibuat oleh tim kami, Ba--eh Pak Edmundo." Gerhana buru-buru meralat kalimatnya. Bukan hal mudah menghadapi pacar yang kini juga berstatus sebagai calon client. Ia menolak menyebut Tangguh mantan pacar karena ia tidak merasa menyetujui keputusan sepihak Tangguh."Lanjutkan saja presentasi Anda," ucap Tangguh dingin. Gerhana bergeming. Tangguh benar-benar menganggapnya orang asing sekarang. Gerhana berdehem sebentar. Berusaha mengalihkan rasa kecewanya dengan batuk-batuk kecil. Ia harus bisa memisahkan antara masalah pribadi dan pekerjaan."Baik," jawab Gerhana singkat. Ia melanjutkan presentasi dengan mengklik laptop beberapa kali hingga muncul sketsa dasar."Schematic design ini kami rancang seefisen mungkin dengan memperhitungkan efektifitas teknis pelaksanaan, biaya, waktu dan juga dari sisi desain. Terutama desain tapak atausitepla
Gerhana menghempaskan tubuh lelahnya pada beton proyek setengah jadi lantai delapan. Kepalanya pusing setelah empat jam penuh berkerja diruang terbuka. Semenjak Tangguh dan Estrelita, pacar bulenya sering wara wiri ke kantor, ia memang memilih untuk lebih aktif di proyek. Ia melarikan diri tepatnya.Gerhana membuka helm proyek beserta rompinya sekaligus. Ia kegerahan bekerja di tengah terik matahari pukul dua belas siang. Untung saja jam istirahat makan siang telah tiba. Syukurlah. Setidaknya ia punya waktu sekitar satu jam untuk beristirahat sebentar.Saat mengusap wajah dengan sehelai tissue basah. Warna tissuenya berubah menjadi abu-abu. Sewarna dengan bubuk semen. Itu artinya wajahnya penuh dengan debu dan kotoran lainnya. Pakaiannya apalagi. Kemeja birunya sudah lengket bagai kulit kedua karena keringat. Selain lapar ia juga capek lahir batin.Pandangannya tertuju pada Abraham. Manager proyek baru
Selain Gerhana ada dua orang lagi yang akan diperiksa marathon hari ini. Mereka adalah Abraham, manager proyek dan Pak Tarjo, operator crane. Belasan saksi lain akan diperiksa secara bergantian mulai besok pagi. Saat ini Gerhana sedang duduk di ruang tunggu juru periksa kepolisian. Menunggu giliran untuk diperiksa. Ia mendapat giliran paling akhir. Yang pertama akan diperiksa adalah Pak Tarjo. Baru disusul oleh Abraham dan dirinya sendiri."Kamu tidak usah takut, Na. Kamu kan tidak salah apa-apa," seseorang tiba-tiba saja duduk di sebelahnya. Tanpa perlu melihat pun Gerhana sudah bisa menebak siapa yang berbicara. Aroma segar citrus adalah ciri khas Antonio. Hanya saja kali ini aromanya sudah bercampur dengan samar keringat. Lebih manusiawi. Setidaknya ia jadi tau kalau Antonio ini manusia juga. Bukan counter parfum."Saya tidak takut, Pak. Saya hanya sedih dan merasa bersalah karena tidak mampu menolong mereka," sahut Gerhana lirih. T
"Ya, kanan kuat. Terus... terus... stop! Balas... balas... kiri... lagi... lagi... lurus... sip. Makasih, Boss. Semoga rezekinya makin kenceng kayak bus malam antar kota." Gerhana tersenyum geli mengamati tingkah Jaka yang sedang mengatur jalur keluar masuk mobil di parkiran. Di saat sedih dan galau seperti ini sepertinya ia memerlukan sedikit hiburan dan pencerahan. Dan satu-satunya orang yang muncul di kepalanya saat ini adalah Jaka. Sahabat Tangguh yang berhati seluas samudera dan pikiran selurus jalan tol. Gerhana merindukan sosok yang sederhana namun kerap membuatnya tertawa. Selain itu terkadang pemikiran ajaib Jaka juga banyak benarnya. Oleh karena itu sepulangnya dari kantor, Gerhana dengan sengaja menyinggahi restaurant tempat Jaka bekerja sebagai juru parkir."Etdah ini bocah masih demen aja ngintilin gue. Ada perlu apaan lo sama gue, Bocah?" Dengus Jaka ketus. Walau Jaka memberi kesan terganggu karena kehadirannya, tapi tak urung Jaka menghampirinya j
Gerhana gelisah. Tamu bulanannya baru saja berkunjung, namun ia harus ikut meninjau proyek. Kalau menuruti hati, betapa inginnya ia duduk membungkuk di kantor saja. Posisi membola biasanya cukup efektif untuk meredakan senggugutnya sementara. Tetapi karena Tangguh a.k.a Edmundo bersikeras mewajibkan arsitek proyeknya ikut, maka ia pun meluluskan keinginan clientnya. Profesionalisme di atas segalanya bukan?Saat ini ia sedang duduk gelisah di kubikelnya. Menunggu Bagas dan Abizar untuk bersama-sama meninjau proyek. Sementara Tangguh dan Estrelita duduk tepat di hadapannya. Menunggu orang yang sama. Mereka semua memang akan berangkat bersama-sama. Hanya saja tingkah laku sepasang love birds yang tengah kasmaran ini membuatnya jengah. Bayangkan saja, Estrelita menyandarkan kepala pada bahu Tangguh. Dan Tangguh membalas dengan membelai-belai rambut jagung si ayam bule dengan mesra. Mereka berdua melakukan aktivitas itu tepat di depan kedua biji matanya. Bagaimana ia
"Espera un minuto. Quiero ir de compras." (Tunggu sebentar. Saya ingin berbelanja)."OK. Voy a esperar." (Oke. Saya akan menunggu).Tangguh menarik napas lega saat Estrelita berlalu. Segala topeng yang ia perankan, sejenak bisa ia lepaskan. Bukan hal mudah harus berperan ganda setiap hari. Selama ini ia terpaksa bersikap manis kepada orang yang ia benci, dan sebaliknya bersikap menyebalkan terhadap orang yang ia sayangi. Estrelita adalah type perempuan posesif dan pencemburu. Makanya ia berusaha bersikap semenyebalkan mungkin terhadap Gerhana agar Estrelita tidak curiga.Ponsel rahasia di sakunya bergetar. Jendral Badai menghubunginya. Ponsel rahasianya ini hanya satu orang yang mengetahui. Jendral Badai Putra Alam.Untung saja Estrelita tidak berada di dekatnya saat ini. Hanya ada supirnya, Iwan dan Bagas, staffnya yang memang tidak ada urusannya dalam masalah ini. Iwan adalah orangnya sendiri. Sementara Bagas, T
Ada yang salah dengan Tangguh! Gerhana tidak tau kenapa. Tapi tatapan mata Tangguh terasa sangat berbeda. Seperti ada kesedihan, kerinduan dan keputusasaan yang terpancar dari mata coklat brandynya. Tatapan Tangguh menyihirnya. Gerhana seperti bisa merasakan kegalauan hati Tangguh hanya melalui sinar matanya. Mungkin inilah yang disebut dengan mata yang berbicara."Jangan mempercayai semua omong kosongnya hanya melalui kata-kata verbal saja. Terkadang apa yang kamu dengar, tidak sama dengan apa yang sebenarnya ingin ia utarakan. Coba ingat-ingat lagi sikap dan tingkah lakunya terhadap kamu selama ini. Ingat-ingat lagi bagaimana cara ia menasehati kamu, menjagamu, melindungimu, bahkan siap berkorban jiwa raga untukmu. Ingat-ingat juga saat ia memilih menyingkirkan ego dan rasa malunya demi membuat kamu nyaman senantiasa. Ingat-ingat juga saat ia memilih untuk menjauhimu karena ia tidak ingin membuat hidupmu sengsara hanya dengan modal cinta. Coba kamu gali