Share

123. Teraniaya

Penulis: VERARI
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Kepala Nora terasa sangat panas. Kulit kepalanya seakan terkelupas dari tempatnya. Beberapa helaian rambutnya tercabut ketika Asher menyeret keluar. Kepalanya pun miring dan lehernya seperti patah.

Nora mencakar-cakar tangan Asher, tetapi pria itu tak merasakan apa pun, kecuali kemarahan yang mendominasi akal sehatnya.

Asher selalu memperlakukan Laura dengan hati-hati. Dengan beraninya Nora menyakiti wanita yang selalu dijaganya.

“Paman! Sakit!” Nora melolong kesakitan.

Semua orang yang masih ada di ruangan begitu tercengang melihat kemarahan Asher. Baik Adam dan Noah tahu, Asher tak pernah melakukan kekerasan pada orang lain biarpun Asher dikenal sebagai pria dingin dan arogan.

“Papa … tolong hentikan suamiku,” pinta Laura lirih dan khawatir jika Asher benar-benar akan membunuh Nora. Tak dapat dipungkiri, Laura merasa sangat takut melihat ekspresi Asher yang baru pertama kali dilihatnya.

Adam mengerjapkan mata, lalu menyusul Asher keluar. “Asher Smith!” panggil Adam dengan lantang
VERARI

Ibaratnya, tangan sudah terlanjur kena api, tapi belum cukup sebelum terbakar seluruhnya.

| 23
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (9)
goodnovel comment avatar
Helsita Yuliarni
berani2ny nora melawan keluarga smith..mg jatuh smua keluarga hartley ya thor..makasih thor
goodnovel comment avatar
Maranta Karoshi
kpengen ngeliat keluarga Hartley terlihat bodoh krn ngebelain Nora krn ke makan kebohongan Nora
goodnovel comment avatar
Maranta Karoshi
thanks thor utk xtra bab hari ini.. Semangat n’ sehat selalu :D
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gelora Hasrat sang Presdir   124. Saling Menuduh

    “Papa! Coba lihat ini! Anak kita dianiaya Keluarga Smith! Ini pasti karena ulah Laura yang selalu iri pada Nora. Mereka pasti sudah termakan hasutannya.” Gilda menunjukkan foto-foto Nora di ponselnya. Mata Simon terbelalak melihat putri kesayangannya babak belur, bibirnya kering dan pecah-pecah, terlihat juga botak kecil di kepalanya. Darah di sekujur tubuh Simon mendidih ketika mengetahui perlakuan Noah dan Asher pada Nora. “Kurang ajar!” Simon memanggil sopir dan bergegas menuju kediaman Myers. Di rumah besar kediaman Myers, botol-botol alkohol menggelinding di kaki Vincent. Untuk pertama kali selama pernikahannya, Ariana berani meninggalkan dirinya. Padahal, Ariana dulu selalu patuh padanya tanpa membantah sekali pun ucapannya. “Kau jahat Callista … kenapa kau meninggalkanku?” Vincent meracau tak jelas. “Tuan! Anda tidak boleh masuk ke dalam! Tuan Vin sedang tidak mau menerima tamu!” Seorang pelayan mencegah SImon yang menerobos masuk ke dalam. “Minggir kau!” Simon mendorong k

  • Gelora Hasrat sang Presdir   125. Ikatan Darah

    “Pembunuh? Siapa yang sedang kau bicarakan?” Gelagat Simon menunjukkan seperti tak mengerti apa yang dikatakan Laura. Asher menggenggam tangan Laura. Berharap sang istri menerima dan mengerti isyarat darinya agar tidak melanjutkan pembicaraan itu. Semua yang dikatakan Jake pada mereka tentang kematian Callista Wilson baru sebatas dugaan. Asher tak mengatakan jika Jake merupakan penipu. Namun, belum ada bukti yang cukup untuk mengungkap kebenarannya. Asher pun tak ingin Laura terlibat masalah besar karena mengatakan sesuatu yang belum tentu benar. Dari sudut pandang Asher yang merupakan orang luar, Jake sudah lebih dulu membenci Simon. Bisa jadi, Jake hanya mengira-ngira ataupun berharap jika dugaannya benar, dan agar ada seseorang yang dapat disalahkan selagi dirinya tak ada di saat-saat terakhir Callista mengembuskan napas.Namun, tak menutup kemungkinan jika kata-kata Jake benar adanya. Sayangnya, Asher belum menemukan informasi tentang kematian Callista, kecuali karena penyakit

  • Gelora Hasrat sang Presdir   126. Ketenangan Semu

    “Bagaimana proses perceraianmu, Keponakan?” tanya Laura sambil mengikik geli. Setiap kali memanggil Noah dengan sebutan itu, Laura merasa senang.Setelah drama Nora yang mengamuk beberapa hari lalu, hubungan Laura dan Noah hampir kembali seperti dulu. Laura tak lagi menaruh kebencian pada Noah. Di samping tahu jika Noah dulu tak tahu tentang peristiwa malam itu yang sebenarnya, juga karena keyakinan bahwa Noah telah mencintai wanita selain dirinya. Laura tak lagi khawatir bicara dengannya.“Uh, mendengar kau memanggilku keponakan, aku merasa kau lebih tua bertahun-tahun dariku.” Noah menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Aku sudah mengurus surat permohonan cerai. Aku hanya perlu menunggu panggilan sidang. Mungkin akan membutuhkan waktu lama karena pihak Nora tidak mau menerima perceraian ini.” “Tenanglah … semua akan baik-baik saja. Tapi, Noah … sebagai bibimu, aku akan memberi tahu satu hal penting.” Laura meniru sikap para sepupu Asher ketika bicara. Dia menegakkan badan dengan ked

  • Gelora Hasrat sang Presdir   127. Fakta yang Sukar Diterima

    “Bagaimana ini? Apa suamiku akan baik-baik saja?” Laura tak bisa tenang di dalam kamarnya. Kedua kakinya terus bergerak gelisah. “Tuan Asher pasti akan menyelesaikan semua masalah dengan sempurna, Nyonya,” tutur Hanna lembut. “Buka mulut Anda … Anda harus menghabiskan makan siang ini, Nyonya. Ingatlah dengan kandungan Anda.” Laura tersentak ketika diingatkan tentang kandungannya. “Aku bisa makan sendiri, Hanna. Kau tidak perlu menyuapiku seperti anak kecil.” “Baiklah … tapi, saya tetap di sini sampai Anda selesai makan. Tuan Asher bisa marah besar jika tahu Anda menyisakan sesuatu di piring Anda.” Laura memaksa mulutnya mengunyah makanan yang terasa hambar karena kegelisahan di hatinya. Setelah menyelesaikan makan, dia segera mencari ayah mertuanya. Adam sedang duduk santai bersama dengan Regina di gazebo taman. Mereka tampak begitu tenang, seakan-akan tak ada masalah apa pun yang sedang menimpa Asher dan Noah. “Ada apa, Lau? Bukankah kau harus tidur siang?” tanya Regina. “Kenap

  • Gelora Hasrat sang Presdir   128. Tertangkap

    “Jangan menyentuhku! Aku akan melaporkan kalian karena melecehkanku!” pekik Nora sambil meronta-ronta ketika kedua tangannya dicekal dua polisi di sampingnya. “Silakan saja. Kami hanya melaksanakan tugas kami,” balas Polisi dengan nada dingin. “Ini pasti ada kesalahan!” Gilda pun berusaha mencegah Nora masuk ke mobil polisi. Pemandangan itu membuat seisi kediaman Hartley bertanya-tanya. Apa yang telah diperbuat Nora sehingga diseret paksa oleh polisi? Para pelayan dan pengawal mencemaskan nona mereka yang selalu bersikap ramah dan baik hati. Tetapi, tak ada satu pun yang berani mencegah para polisi melakukan tugasnya. “Nora!” Gilda menjerit histeris kala mobil polisi meninggalkan tempat itu. Gilda gegas menghubungi semua orang yang dapat membantu memulangkan Nora. Namun, baik Simon dan kenalan Gilda di kantor polisi tak menjawab pesannya. Gilda tak tahu apa yang harus dilakukan. Dia hanya bisa menangis sambil menanti sebuah keajaiban yang menyatakan bahwa mereka telah salah mena

  • Gelora Hasrat sang Presdir   129. Tak Penting

    Meskipun Nora ingin mempertahankan rumah tangganya, tetapi dia tak sudi mendekam di balik jeruji besi. Hanya beberapa jam di sana saja, dia sudah ingin pulang karena takut dengan orang-orang yang mungkin akan menjadi teman tidurnya di penjara. Setelah kepergian Noah, Gilda mendatangi Nora dengan seorang pengacara kenalannya. Simon masih enggan menyewakan pengacara untuk Nora dan malah ingin menemui Asher untuk bernegosiasi. Membuat Gilda marah dan kecewa sehingga dia bergerak sendiri tanpa memberi tahu Simon. “Kita yang harusnya menekan Noah menggunakan cara ini, Mama! Kenapa malah jadi berbalik padaku?!” Nora menangis sesenggukan. “Sebaiknya, kita terima saja permintaan Tuan Noah. Saya hanya bisa membantu untuk meringankan hukuman Nyonya Nora, tetapi saya tidak yakin bisa memenangkan kasus ini, di mana lawan kita didukung oleh Tuan Asher Smith,” ungkap sang pengacara dengan jujur. Gilda menarik napas dalam, kemudian mengembuskan perlahan. “Turuti saja sarannya, Nora. Hanya itu yan

  • Gelora Hasrat sang Presdir   130. Kepergian sang Suami

    Asher sengaja mengerang keras ketika kembali menyatukan tubuhnya dengan istrinya. Terdengar suara langkah kaki Ariana menjauh setelah mendengar suaranya. “Pelankan suaramu, Sayang! Apa kau tidak malu?” “Aku sengaja melakukannya biar dia pergi.” “Tapi-” Asher tak membiarkan Laura bicara lagi dan segera menuntaskan kegiatan panas mereka agar bisa segera menemui Ariana. Bibirnya sesekali mengumpat Ariana yang mengganggu hingga badannya terkulai lemas di samping Laura. “Sesak … berdirilah …,” pinta Laura yang berusaha memiringkan badan di sofa yang tak begitu luas.Asher tetap tak bergerak. Tangannya sibuk memijat pelipis yang berdenyut-denyut kuat karena masih kesal oleh gangguan Ariana. Namun, Laura yang melihatnya jadi khawatir. “Sayang, kau lelah?” Apakah hanya sekali permainan singkat saja, sekarang Asher langsung tak berdaya? “Hem, ya … tidak,” jawaban Asher pun bertentangan dengan cepat. “Sebelum kau pergi, kita harus memeriksakan kondisimu terlebih dulu. Aku takut kau kenap

  • Gelora Hasrat sang Presdir   131. Sedikit Lupa

    “Untuk apa kau ke sini?” Jake langsung melepaskan tangan Simon yang menyentuh Laura. Dia memasang badan supaya Simon tak melangkah maju mendekati Laura.“Minggirlah, Jake. Aku tidak punya urusan denganmu. Aku hanya ingin bicara dengan putriku.” Baik Jake dan Simon saling melemparkan sorot mata penuh kebencian dan amarah yang tertahankan bertahun-tahun lamanya. Perdebatan sengit tak dapat terelakkan ketika musuh lama saling bertemu. Biarpun tak bicara dengan suara keras, keduanya saling menyalahkan atas semua yang terjadi di masa lalu. Simon menduga-duga jika perubahan Laura bukan hanya karena kata-kata kasar yang pernah dia ucapkan, tetapi juga bisikan jahat Jake yang selalu membenci dirinya.“Jadi, kau orang yang memengaruhi Laura dengan mengatakan aku yang telah membunuh ibunya? Jangan sembarangan menuduh orang! Aku bisa menuntutmu, Jake!” geram Simon. “Aku tidak memengaruhi siapa pun. Kalaupun Laura mengatakan jika kau membunuh Callista, mungkin itu bukan lagi sebuah tuduhan, mel

Bab terbaru

  • Gelora Hasrat sang Presdir   441. Kehangatan Keluarga Smith

    Laura Smith berjalan keluar dari gedung perusahaan Hartley. Pekerjaannya telah usai saat menjelang jam makan siang.Sudah satu tahun Laura kembali bekerja. Laura tak perlu mengawasi Lana selama seharian penuh lagi.Lana saat ini sudah berusia hampir lima tahun, sedangkan Claus dan Collin pun sudah sekolah. Si kembar cukup bisa diandalkan menjaga adiknya meski terkadang membuatnya menangis. “Di mana Asher?” gumam Laura menanti Asher keluar dari mobil.Di tepi jalan, mobil mewah telah menanti Laura. Biasanya, Asher selalu menunggu Laura di depan pintu masuk kantor. Namun, dia tak melihat tanda keberadaan sang suami di mana-mana.“Kenapa malah anak-anak yang datang ke sini?” Laura gegas menghampiri mereka.Dua anak lelaki tampan dan berwajah serupa membuka pintu di kedua sisi mobil bagian belakang. Claus membantu adik perempuannya yang memakai gaun putih turun dari mobil. Si kembar kemudian menggandeng Lana di kanan dan kiri secara protektif. Seakan-akan tak ingin ada satu pun orang men

  • Gelora Hasrat sang Presdir   440. Hanya Asher

    Laura sudah menduga sejak awal saat dirinya melahirkan bayi perempuan. Asher pasti akan menjadi papa yang banyak membatasi pergerakan putri mereka. Dengan Rachel pun, Asher seperti ayah kandung yang selalu menegur setiap kali ada kesempatan. Laura takut membayangkan masa depan putrinya tidak akan bisa bebas, atau sulit mencari kebahagiaan yang diinginkannya karena tekanan dari Asher.Namun, kata-kata Asher yang menyatakan bahwa putri mereka tak akan berteman dengan siapa pun, Laura kali ini menyetujuinya. Setidaknya, untuk situasi sekarang.“Putri kami bahkan masih belum bisa melihat dengan jelas. Sebaiknya, kita membicarakan masalah teman bermainnya kalau dia sudah agak dewasa,” kata Laura kepada para nyonya besar yang hadir di pesta.Bukan hanya Asher yang diserang oleh tamu-tamu mereka, Laura pun demikian. Berbeda dari si kembar, jika putra mereka menjadi bagian dari Smith Group, besar kemungkinan dia bisa menduduki posisi tinggi tanpa bersusah payah, dan hanya karena menjadi suami

  • Gelora Hasrat sang Presdir   439. Hanya Milik Asher

    Lana Smith, putri pertama Asher dan Laura ditidurkan di tengah-tengah ranjang di kamar yang kini telah diubah sepenuhnya menjadi bernuansa merah muda. Asher, Claus, dan Collin tidur tengkurap mengelilinginya dan tak jenuh memandang bayi itu layaknya harta karun yang tak ternilai harganya.“Bibirnya bergerak-gerak, Papa,” bisik Collin.“Aduh … aku baru saja berkedip! Aku tidak melihatnya,” sesal Claus bermuram durja.“Nanti pasti bergerak lagi. Jangan terlalu keras bicara, Claus,” tegur Asher lirih.Claus cemberut dan hampir menyentuh pipi adik bayinya. Namun, Asher lekas mencegah dengan decapan dan menunjukkan tatapan tajam padanya.“Aku ingin menggendong adikku, Papa,” pinta Claus memelas.“Tidak boleh. Lana masih berusia dua hari lebih empat jam. Kau bisa menjatuhkan Lana.”Sejak diperbolehkan melihat bayi itu, mereka bertiga senantiasa mengamatinya dengan posisi sama. Asher mencatat setiap gerakan kecil Lana, sedangkan Claus dan Collin akan memberi tahu ketika dirinya sedang melakuk

  • Gelora Hasrat sang Presdir   438. Harapan Laura dan Asher

    Waktu berlalu dengan cepat. Perut Laura kini telah membesar dan hampir melahirkan.Asher dan Laura sepakat untuk tidak mencari tahu jenis kelamin bayi mereka karena pertentangan pendapat. Namun, dokter tetap memberi tahu bahwa bayi di dalam rahim Laura kali ini hanya ada satu.Asher meyakini bahwa bayinya berjenis kelamin perempuan, sedangkan Laura yakin bahwa anaknya lelaki. Sementara itu, orang-orang di sekeliling mereka pun memperdebatkan hal yang serupa dan tak ada yang menebak sama. Karena itu, kamar untuk bayi mereka juga dipersiapkan setengah untuk perempuan, setengah lagi untuk laki-laki.“Sayaaaang!” seru Asher dari koridor.Laura yang saat ini berada di kamar Claus dan Collin bersusah payah bangun untuk menyambut Asher yang baru saja pulang dari kerja. Simon gegas membantu Laura berdiri dan menuntunnya ke depan pintu.Rupanya, Asher masih jauh dari kamar itu dan hanya suaranya yang terlalu keras memanggil dirinya. Melihat sang istri kesulitan menegakkan badan, Asher gegas

  • Gelora Hasrat sang Presdir   437. Tawa Lepas

    “Hanna, apakah aku-”Hanna berjalan melewati Simon dan tak ingin mendengar penjelasan apa pun sekarang. Dia masih kecewa karena ternyata hanya dirinya yang menganggap Simon sebagai keluarga.Simon mengusap wajah dengan kasar, lalu berbalik menyusul Hanna. “Aku harus segera menjelaskan kesalahpahaman ini.”Hanna sudah hampir masuk ke mobil sambil bercakap-cakap dengan Laura. Melihat cara bicara Laura yang sambil melihat dirinya, Simon takut jika Hanna mengadukannya.Simon tak berani mendekat. Kemudian masuk ke pintu mobil di arah yang berlawanan dari mereka.Dalam perjalanan ke tempat wisata lain, Hanna sekali pun tak melihat Simon. Saat mengurus Claus dan Collin yang duduk di antara mereka dan harus menghadap Simon, Hanna selalu menunduk atau melihat ke arah lain.Hanna benar-benar mengacuhkan Simon sampai hari berikutnya. Dia selalu berkumpul dengan orang lain dan enggan duduk hanya berdua dengan Simon ketika mengasuh Claus dan Collin.Simon tak tahan lagi! Hari ketiga liburan merek

  • Gelora Hasrat sang Presdir   436. Spesial Simon

    Di atas pantai pasir putih yang indah, Simon sedang tertelap dan ditemani wanita yang merupakan pelayan setia putri semata wayangnya. Hanna menggeser payung besar yang menghalau sinar matahari agar tubuh Simon tak kepanasan.“Tuan Simon sedang mimpi apa? Kenapa bibirnya bergerak-gerak begitu?” gumam Hanna selagi memperhatikan wajah Simon.Simon berdecap-decap sambil tersenyum, kemudian bergumam dalam tidurnya, “Kita akan menikah ….”Hanna terkekeh geli. “Kau sudah menikah dua kali, Tuan. Saat ini, kau pasti sedang memimpikan Nyonya Callista.”“Menikah … Hanna ….” Simon kembali bergumam-gumam, membuat pemilik nama itu terkesiap.Gumaman Simon setelahnya semakin jelas. Wajah Hanna menegang ketika bibir Simon mengucap namanya berulang kali.Hanna segera berlari meninggalkan Simon sambil menutup mulutnya menggunakan telapak tangan, seakan-akan tak tahan untuk meneriakkan sesuatu. ‘Apa yang baru saja aku dengar?’ batin Hanna.Selama ini, Simon selalu menganggap Hanna sebagai putrinya. Setid

  • Gelora Hasrat sang Presdir   435. Persembahan Istimewa

    Makan malam semalam menjadi peristiwa memalukan bagi Rachel. Dia tak sadar, Alan ternyata membuat lukisan cinta di sekujur tubuhnya. Hingga dirinya enggan keluar dari kamar. Sayangnya, hari ini Rachel harus menjadi pemandu untuk para tamu istimewa yang datang dari luar negeri. Dia sudah berjanji akan mengajak Laura dan Emma jalan-jalan di tempat-tempat indah di sana. “Rachel, kau tidak perlu ikut dengan kami. Sepertinya, suamimu masih mengantuk ….” Laura menyenggol lengan Rachel dari belakang sambil terkekeh pelan dan melirik ke arah Alan yang menguap lebar. “Kak Alan pasti begadang semalaman.” Emma ikut menggoda kakak iparnya. Wajah Rachel merah padam mendengar para wanita itu menggodanya. “Sebentar lagi kita sampai di pantai. Kalian pasti akan menyukainya.” Rachel buru-buru mengalihkan pembicaraan. Awalnya, Emma masih ingin menggoda Rachel. Namun, setelah melihat pemandangan indah di depannya, dia urung melakukannya. Emma segera menghampiri suami dan putrinya dan mereka berpisah

  • Gelora Hasrat sang Presdir   434. Tanda Cinta

    Melihat peluh di wajah Alan dan tercium bau familier dari tubuhnya, Rangga menjadi sangat sedih. Alan ternyata telah mendapatkan sang putri kesayangan. Rangga tak bisa menatap Alan, bukan karena membencinya, tetapi hatinya terasa aneh. Anak yang dulu selalu melompat ke sana kemari itu, kini telah sepenuhnya menjadi wanita dewasa dan dimiliki pria itu. “Aku akan memanggil Rachel dulu, Ayah. Kami akan segera menyusul!” seru Alan pada Rangga yang tak berbalik atau menjawab dirinya. “Kau seharusnya melakukan itu nanti malam …. Namanya juga malam pertama. Sekarang masih terbilang sore. Aneh kalau disebut sore pertama, bukan?” celetuk Nevan, lalu tertawa pelan. Alan memutar bola mata. “Kami tinggal mengulangi lagi nanti. Lalu, apa yang membawamu kemari?” Tawa Nevan menghilang. Dia sebenarnya hanya ingin mengajak Hillary makan makan bersama keluarga besarnya meski Asher dan Laura juga diundang sebagai tamu kehormatan. Tetapi, dia ingin sedikit menggoda Hillary dengan menuntunnya ke area

  • Gelora Hasrat sang Presdir   433. Gara-Gara Terkejut

    Alan dan Rachel sangat antusias dan bahagia menjelang pernikahan mereka. Namun, setelah menjadi pasangan resmi, mereka justru berjauhan di dalam kamar hotel.“Kau tidak jadi mandi?” tanya Alan dengan mata yang tertuju ke arah lain.Alan beberapa kali mengibaskan kerah kemeja seperti orang kepanasan meski ruangan terasa sejuk. Sementara Rachel duduk sambil menekan-nekan asal layar ponselnya. “Sebentar lagi,” balas Rachel datar dan berusaha tenang.Sejak acara pernikahan usai, Rachel ingin segera mandi. Namun, setelah sampai di kamar, dia justru sangat gugup berhadapan dengan sang suami selama hampir setengah jam.Tak tahan lagi, Rachel meletakkan ponsel dan menuju kamar mandi. Alan melirik-lirik sambil bersenandung tak jelas seraya menatap luar jendela.Dia melihat pintu kamar mandi dari pantulan kaca jendela. Rachel menutup pintu setelah melihat dirinya.Alan akhirnya bisa duduk di sofa sambil menghela napas panjang.“Malam pertama kami … akan seperti apa?” gumam Alan sambil membayang

DMCA.com Protection Status