Kurang objektif kalau cuma mendengar kata-kata dari satu pihak, apalagi hanya lewat tulisan. Kalau dibaca pas mood lagi jelek, tulisan yang sebenarnya 'biasa' bisa jadi bikin emosi. Simon sebenarnya bisa, tapi nggak mau menilai secara objektif 😶🌫️
“Pembunuh? Siapa yang sedang kau bicarakan?” Gelagat Simon menunjukkan seperti tak mengerti apa yang dikatakan Laura. Asher menggenggam tangan Laura. Berharap sang istri menerima dan mengerti isyarat darinya agar tidak melanjutkan pembicaraan itu. Semua yang dikatakan Jake pada mereka tentang kematian Callista Wilson baru sebatas dugaan. Asher tak mengatakan jika Jake merupakan penipu. Namun, belum ada bukti yang cukup untuk mengungkap kebenarannya. Asher pun tak ingin Laura terlibat masalah besar karena mengatakan sesuatu yang belum tentu benar. Dari sudut pandang Asher yang merupakan orang luar, Jake sudah lebih dulu membenci Simon. Bisa jadi, Jake hanya mengira-ngira ataupun berharap jika dugaannya benar, dan agar ada seseorang yang dapat disalahkan selagi dirinya tak ada di saat-saat terakhir Callista mengembuskan napas.Namun, tak menutup kemungkinan jika kata-kata Jake benar adanya. Sayangnya, Asher belum menemukan informasi tentang kematian Callista, kecuali karena penyakit
“Bagaimana proses perceraianmu, Keponakan?” tanya Laura sambil mengikik geli. Setiap kali memanggil Noah dengan sebutan itu, Laura merasa senang.Setelah drama Nora yang mengamuk beberapa hari lalu, hubungan Laura dan Noah hampir kembali seperti dulu. Laura tak lagi menaruh kebencian pada Noah. Di samping tahu jika Noah dulu tak tahu tentang peristiwa malam itu yang sebenarnya, juga karena keyakinan bahwa Noah telah mencintai wanita selain dirinya. Laura tak lagi khawatir bicara dengannya.“Uh, mendengar kau memanggilku keponakan, aku merasa kau lebih tua bertahun-tahun dariku.” Noah menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Aku sudah mengurus surat permohonan cerai. Aku hanya perlu menunggu panggilan sidang. Mungkin akan membutuhkan waktu lama karena pihak Nora tidak mau menerima perceraian ini.” “Tenanglah … semua akan baik-baik saja. Tapi, Noah … sebagai bibimu, aku akan memberi tahu satu hal penting.” Laura meniru sikap para sepupu Asher ketika bicara. Dia menegakkan badan dengan ked
“Bagaimana ini? Apa suamiku akan baik-baik saja?” Laura tak bisa tenang di dalam kamarnya. Kedua kakinya terus bergerak gelisah. “Tuan Asher pasti akan menyelesaikan semua masalah dengan sempurna, Nyonya,” tutur Hanna lembut. “Buka mulut Anda … Anda harus menghabiskan makan siang ini, Nyonya. Ingatlah dengan kandungan Anda.” Laura tersentak ketika diingatkan tentang kandungannya. “Aku bisa makan sendiri, Hanna. Kau tidak perlu menyuapiku seperti anak kecil.” “Baiklah … tapi, saya tetap di sini sampai Anda selesai makan. Tuan Asher bisa marah besar jika tahu Anda menyisakan sesuatu di piring Anda.” Laura memaksa mulutnya mengunyah makanan yang terasa hambar karena kegelisahan di hatinya. Setelah menyelesaikan makan, dia segera mencari ayah mertuanya. Adam sedang duduk santai bersama dengan Regina di gazebo taman. Mereka tampak begitu tenang, seakan-akan tak ada masalah apa pun yang sedang menimpa Asher dan Noah. “Ada apa, Lau? Bukankah kau harus tidur siang?” tanya Regina. “Kenap
“Jangan menyentuhku! Aku akan melaporkan kalian karena melecehkanku!” pekik Nora sambil meronta-ronta ketika kedua tangannya dicekal dua polisi di sampingnya. “Silakan saja. Kami hanya melaksanakan tugas kami,” balas Polisi dengan nada dingin. “Ini pasti ada kesalahan!” Gilda pun berusaha mencegah Nora masuk ke mobil polisi. Pemandangan itu membuat seisi kediaman Hartley bertanya-tanya. Apa yang telah diperbuat Nora sehingga diseret paksa oleh polisi? Para pelayan dan pengawal mencemaskan nona mereka yang selalu bersikap ramah dan baik hati. Tetapi, tak ada satu pun yang berani mencegah para polisi melakukan tugasnya. “Nora!” Gilda menjerit histeris kala mobil polisi meninggalkan tempat itu. Gilda gegas menghubungi semua orang yang dapat membantu memulangkan Nora. Namun, baik Simon dan kenalan Gilda di kantor polisi tak menjawab pesannya. Gilda tak tahu apa yang harus dilakukan. Dia hanya bisa menangis sambil menanti sebuah keajaiban yang menyatakan bahwa mereka telah salah mena
Meskipun Nora ingin mempertahankan rumah tangganya, tetapi dia tak sudi mendekam di balik jeruji besi. Hanya beberapa jam di sana saja, dia sudah ingin pulang karena takut dengan orang-orang yang mungkin akan menjadi teman tidurnya di penjara. Setelah kepergian Noah, Gilda mendatangi Nora dengan seorang pengacara kenalannya. Simon masih enggan menyewakan pengacara untuk Nora dan malah ingin menemui Asher untuk bernegosiasi. Membuat Gilda marah dan kecewa sehingga dia bergerak sendiri tanpa memberi tahu Simon. “Kita yang harusnya menekan Noah menggunakan cara ini, Mama! Kenapa malah jadi berbalik padaku?!” Nora menangis sesenggukan. “Sebaiknya, kita terima saja permintaan Tuan Noah. Saya hanya bisa membantu untuk meringankan hukuman Nyonya Nora, tetapi saya tidak yakin bisa memenangkan kasus ini, di mana lawan kita didukung oleh Tuan Asher Smith,” ungkap sang pengacara dengan jujur. Gilda menarik napas dalam, kemudian mengembuskan perlahan. “Turuti saja sarannya, Nora. Hanya itu yan
Asher sengaja mengerang keras ketika kembali menyatukan tubuhnya dengan istrinya. Terdengar suara langkah kaki Ariana menjauh setelah mendengar suaranya. “Pelankan suaramu, Sayang! Apa kau tidak malu?” “Aku sengaja melakukannya biar dia pergi.” “Tapi-” Asher tak membiarkan Laura bicara lagi dan segera menuntaskan kegiatan panas mereka agar bisa segera menemui Ariana. Bibirnya sesekali mengumpat Ariana yang mengganggu hingga badannya terkulai lemas di samping Laura. “Sesak … berdirilah …,” pinta Laura yang berusaha memiringkan badan di sofa yang tak begitu luas.Asher tetap tak bergerak. Tangannya sibuk memijat pelipis yang berdenyut-denyut kuat karena masih kesal oleh gangguan Ariana. Namun, Laura yang melihatnya jadi khawatir. “Sayang, kau lelah?” Apakah hanya sekali permainan singkat saja, sekarang Asher langsung tak berdaya? “Hem, ya … tidak,” jawaban Asher pun bertentangan dengan cepat. “Sebelum kau pergi, kita harus memeriksakan kondisimu terlebih dulu. Aku takut kau kenap
“Untuk apa kau ke sini?” Jake langsung melepaskan tangan Simon yang menyentuh Laura. Dia memasang badan supaya Simon tak melangkah maju mendekati Laura.“Minggirlah, Jake. Aku tidak punya urusan denganmu. Aku hanya ingin bicara dengan putriku.” Baik Jake dan Simon saling melemparkan sorot mata penuh kebencian dan amarah yang tertahankan bertahun-tahun lamanya. Perdebatan sengit tak dapat terelakkan ketika musuh lama saling bertemu. Biarpun tak bicara dengan suara keras, keduanya saling menyalahkan atas semua yang terjadi di masa lalu. Simon menduga-duga jika perubahan Laura bukan hanya karena kata-kata kasar yang pernah dia ucapkan, tetapi juga bisikan jahat Jake yang selalu membenci dirinya.“Jadi, kau orang yang memengaruhi Laura dengan mengatakan aku yang telah membunuh ibunya? Jangan sembarangan menuduh orang! Aku bisa menuntutmu, Jake!” geram Simon. “Aku tidak memengaruhi siapa pun. Kalaupun Laura mengatakan jika kau membunuh Callista, mungkin itu bukan lagi sebuah tuduhan, mel
“Siapa namamu?” tanya Asher dengan gayanya yang biasa. Dingin dan datar, tanpa ekspresi. Tiga detik. Asher menatap gadis itu kurang dari yang ditentukan Laura. Dia sendiri heran, kenapa bisa seperti robot yang menurut perintah istrinya? Padahal, Asher perlu mengamati karyawan sementara itu untuk menilai kinerjanya. Dia pun tak peduli dengan semua wanita di dunia, kecuali Laura dan keluarganya.“C-Carla, Tuan.” Gadis itu gugup setengah mati. Berpikir bahwa Asher seperti yang dikatakan orang-orang, pria arogan yang bahkan tak sudi melihat wanita miskin sepertinya. “Baik, Nona Carla. Silakan bergabung dengan Theo untuk mengatur tugas dan jadwalmu.” “Baik, Tuan.” Setelah memeriksa beberapa pekerjaan, Asher, Theo, dan Carla pergi ke lokasi pameran untuk mengecek beberapa perhiasan. Karena kesibukannya, baik Asher dan Theo, tak ada salah satu dari mereka yang menjawab panggilan Laura. Laura merasa gelisah sepanjang hari karena melewatkan telepon Asher sebelumnya. Kenapa Asher tak kunju