Anggaplah suara tak kasat mata ....
Asher sengaja mengerang keras ketika kembali menyatukan tubuhnya dengan istrinya. Terdengar suara langkah kaki Ariana menjauh setelah mendengar suaranya. “Pelankan suaramu, Sayang! Apa kau tidak malu?” “Aku sengaja melakukannya biar dia pergi.” “Tapi-” Asher tak membiarkan Laura bicara lagi dan segera menuntaskan kegiatan panas mereka agar bisa segera menemui Ariana. Bibirnya sesekali mengumpat Ariana yang mengganggu hingga badannya terkulai lemas di samping Laura. “Sesak … berdirilah …,” pinta Laura yang berusaha memiringkan badan di sofa yang tak begitu luas.Asher tetap tak bergerak. Tangannya sibuk memijat pelipis yang berdenyut-denyut kuat karena masih kesal oleh gangguan Ariana. Namun, Laura yang melihatnya jadi khawatir. “Sayang, kau lelah?” Apakah hanya sekali permainan singkat saja, sekarang Asher langsung tak berdaya? “Hem, ya … tidak,” jawaban Asher pun bertentangan dengan cepat. “Sebelum kau pergi, kita harus memeriksakan kondisimu terlebih dulu. Aku takut kau kenap
“Untuk apa kau ke sini?” Jake langsung melepaskan tangan Simon yang menyentuh Laura. Dia memasang badan supaya Simon tak melangkah maju mendekati Laura.“Minggirlah, Jake. Aku tidak punya urusan denganmu. Aku hanya ingin bicara dengan putriku.” Baik Jake dan Simon saling melemparkan sorot mata penuh kebencian dan amarah yang tertahankan bertahun-tahun lamanya. Perdebatan sengit tak dapat terelakkan ketika musuh lama saling bertemu. Biarpun tak bicara dengan suara keras, keduanya saling menyalahkan atas semua yang terjadi di masa lalu. Simon menduga-duga jika perubahan Laura bukan hanya karena kata-kata kasar yang pernah dia ucapkan, tetapi juga bisikan jahat Jake yang selalu membenci dirinya.“Jadi, kau orang yang memengaruhi Laura dengan mengatakan aku yang telah membunuh ibunya? Jangan sembarangan menuduh orang! Aku bisa menuntutmu, Jake!” geram Simon. “Aku tidak memengaruhi siapa pun. Kalaupun Laura mengatakan jika kau membunuh Callista, mungkin itu bukan lagi sebuah tuduhan, mel
“Siapa namamu?” tanya Asher dengan gayanya yang biasa. Dingin dan datar, tanpa ekspresi. Tiga detik. Asher menatap gadis itu kurang dari yang ditentukan Laura. Dia sendiri heran, kenapa bisa seperti robot yang menurut perintah istrinya? Padahal, Asher perlu mengamati karyawan sementara itu untuk menilai kinerjanya. Dia pun tak peduli dengan semua wanita di dunia, kecuali Laura dan keluarganya.“C-Carla, Tuan.” Gadis itu gugup setengah mati. Berpikir bahwa Asher seperti yang dikatakan orang-orang, pria arogan yang bahkan tak sudi melihat wanita miskin sepertinya. “Baik, Nona Carla. Silakan bergabung dengan Theo untuk mengatur tugas dan jadwalmu.” “Baik, Tuan.” Setelah memeriksa beberapa pekerjaan, Asher, Theo, dan Carla pergi ke lokasi pameran untuk mengecek beberapa perhiasan. Karena kesibukannya, baik Asher dan Theo, tak ada salah satu dari mereka yang menjawab panggilan Laura. Laura merasa gelisah sepanjang hari karena melewatkan telepon Asher sebelumnya. Kenapa Asher tak kunju
Carla mulai menikmati pesta mewah yang tak pernah dilihatnya. Dia mencicipi satu persatu hidangan yang tersedia sambil tersenyum kecil. Namun, kesenangan Carla terganggu begitu pria yang tampak menyeramkan baginya, tiba-tiba mendekat dan melontarkan pertanyaan mengejutkan. Bagaimana Asher bisa tahu jika dia sedari tadi melirik-lirik ke arahnya? Dan yang lebih mencengangkan lagi, Carla tanpa sadar menjawab pertanyaan Asher dengan cepat. Gadis itu segera menangkup mulutnya ketika menyadari telah melakukan kesalahan besar. “Kau suka padaku?” Asher kembali bertanya. Biasanya, pria yang mendengar pernyataan cinta seseorang akan bahagia. Entah karena harga diri meningkat ataupun karena pria itu memiliki perasaan yang sama. Akan tetapi, hal tersebut tak berlaku bagi Asher. Setelah tak mendapat jawaban dari Carla yang terus menunduk takut, Asher justru menunjukkan tanda-tanda kemurkaan. Carla tak bisa bekerja bersamanya lagi! Dia harus segera memecat wanita itu. “Aku sudah beristri! Apa
Beberapa hari terakhir ini, Noah sering kali menghubungi Laura. Mengajak Laura untuk membantunya memilih undangan pernikahan, gaun yang pantas dikenakan Alice, tempat bulan madu romantis, atau apa pun yang berhubungan dengan Alice. Laura tak ingin berprasangka buruk pada Noah walaupun dia merasa tak nyaman. Namun, Laura selalu menolak Noah secara baik-baik. ‘Minta izin pada suamiku dulu.’ Laura selalu mengatakan itu pada Noah. Dan pria itu akan berhenti menghubungi dirinya. Akan tetapi, Noah tiba-tiba mendatangi Laura sekarang. Laura jadi tak enak hati menolak, tetapi juga tak ingin menerima ajakan Noah sebelum Asher mengizinkan, dan tentunya Asher tak mungkin membiarkan Laura pergi bersama Noah. “Aku benar-benar tidak tahu harus minta tolong pada siapa lagi, Lau. Aku ingin membelikan perhiasan yang pantas untuk Alice, sedangkan selera Mama seperti orang tua,” pinta Noah. “Apa kau sudah minta izin pada pamanmu sebelum datang ke sini? Aku belum mengatakan apa pun pada suamiku karen
“Aw!!” pekik Asher sambil memegang perutnya. Laura yang terkejut dan tiba-tiba bisa menggerakkan badan, menyodok ke belakang dengan siku di saat Asher bicara. Dia gegas berbalik setelah sadar telah salah mengira Asher sebagai orang lain, tetapi tangannya sudah terlanjur bergerak lebih dulu. “Astaga, maafkan aku, Sayang … kenapa kau sudah pulang? Kau membuatku kaget! Aku pikir, ada orang lain yang berani masuk ke kamar kita!” Laura menyingkirkan kedua tangan Asher yang melilit perutnya sendiri, kemudian mengusap-usap perut suaminya dengan raut wajah bersalah. Sebelumnya, karena banyak memikirkan Noah yang terus bersikap aneh padanya, Laura mengira bahwa Noah yang masuk ke kamarnya. Untungnya, dugaan Laura tak pernah terjadi. Noah tak akan berani bersikap gila seperti itu, bukan?“Siapa yang berani masuk ke kamar kita, hem?” Asher memicingkan mata, mencari-cari sesuatu yang tak diketahuinya dari air muka Laura.Sesuai dugaan Asher, Laura mungkin juga sudah menyadari jika keponakan m
Setelah empat bulan persiapan, pernikahan Noah akhirnya akan terlaksana satu hari kemudian. Pernikahan Noah dan Alice mendapat pertentangan Vincent hingga pria itu bersumpah tak akan menghadiri pernikahan anaknya. Hubungan Ariana dan Vincent pun kian memburuk karena Vincent tak pernah memohon pada Ariana supaya pulang ke rumah. Ariana merasa bahwa suaminya tak lagi mencintai dirinya. Meskipun yang sebenarnya, Vincent memang tak pernah benar-benar mencintai Ariana. Malam ini, semua orang berkumpul di kediaman Smith. Para wanita sedang berbincang di sebuah ruangan dengan calon pengantin wanita. Sementara itu, para pria sedang berpesta di taman yang dapat terlihat dari jendela ruangan itu. Pencahayaan dan suara musik di luar sampai masuk mengganggu ketenangan para wanita. Mereka harus bicara agak keras agar terdengar.“Menyebalkan sekali pria itu! Dia hanya menghubungiku sesekali dan tidak pernah memaksaku pulang. Apa harga dirinya terlalu tinggi untuk memohon padaku?!” geram Ariana.
Di kediaman Simon, Nora tak berdaya karena tak diizinkan Simon keluar rumah. Sudah berbulan-bulan hubungannya dengan sang ayah tiri menjadi renggang karena waktu itu dia salah bicara dengan Simon. Gilda dan Simon pun lebih sering bertengkar atas masalah-masalah kecil, apalagi jika menyangkut urusan Nora yang tak bisa keluar rumah. Nora muak mendengar suara mereka saling berteriak. Bahkan, tak jarang Gilda memecahkan barang untuk meluapkan kemarahannya. Dan Simon akan pergi setelah mengucap kata-kata kasar. ‘Aku harap, Paman Asher memercayai kata-kataku. Noah tidak boleh menikah dengan Alice.’ Nora menggigit kuku jarinya. Rambutnya acak-acakan karena jarang di sisir.Sejak pernikahannya berakhir, Nora jarang memperhatikan penampilan. Dia seperti wanita yang kehilangan nyawa tanpa Noah.[Paman, kau harus mencegah pernikahan Noah dan Alice. Noah masih sangat mencintai Laura. Dia akan menusukmu dari belakang jika dia sudah menikah dengan Alice. Mereka bisa lebih mudah mendekati Laura l