Ibu-ibu lagi ngerumpi, jadi lupa sama suami 🤭
“Siapa namamu?” tanya Asher dengan gayanya yang biasa. Dingin dan datar, tanpa ekspresi. Tiga detik. Asher menatap gadis itu kurang dari yang ditentukan Laura. Dia sendiri heran, kenapa bisa seperti robot yang menurut perintah istrinya? Padahal, Asher perlu mengamati karyawan sementara itu untuk menilai kinerjanya. Dia pun tak peduli dengan semua wanita di dunia, kecuali Laura dan keluarganya.“C-Carla, Tuan.” Gadis itu gugup setengah mati. Berpikir bahwa Asher seperti yang dikatakan orang-orang, pria arogan yang bahkan tak sudi melihat wanita miskin sepertinya. “Baik, Nona Carla. Silakan bergabung dengan Theo untuk mengatur tugas dan jadwalmu.” “Baik, Tuan.” Setelah memeriksa beberapa pekerjaan, Asher, Theo, dan Carla pergi ke lokasi pameran untuk mengecek beberapa perhiasan. Karena kesibukannya, baik Asher dan Theo, tak ada salah satu dari mereka yang menjawab panggilan Laura. Laura merasa gelisah sepanjang hari karena melewatkan telepon Asher sebelumnya. Kenapa Asher tak kunju
Carla mulai menikmati pesta mewah yang tak pernah dilihatnya. Dia mencicipi satu persatu hidangan yang tersedia sambil tersenyum kecil. Namun, kesenangan Carla terganggu begitu pria yang tampak menyeramkan baginya, tiba-tiba mendekat dan melontarkan pertanyaan mengejutkan. Bagaimana Asher bisa tahu jika dia sedari tadi melirik-lirik ke arahnya? Dan yang lebih mencengangkan lagi, Carla tanpa sadar menjawab pertanyaan Asher dengan cepat. Gadis itu segera menangkup mulutnya ketika menyadari telah melakukan kesalahan besar. “Kau suka padaku?” Asher kembali bertanya. Biasanya, pria yang mendengar pernyataan cinta seseorang akan bahagia. Entah karena harga diri meningkat ataupun karena pria itu memiliki perasaan yang sama. Akan tetapi, hal tersebut tak berlaku bagi Asher. Setelah tak mendapat jawaban dari Carla yang terus menunduk takut, Asher justru menunjukkan tanda-tanda kemurkaan. Carla tak bisa bekerja bersamanya lagi! Dia harus segera memecat wanita itu. “Aku sudah beristri! Apa
Beberapa hari terakhir ini, Noah sering kali menghubungi Laura. Mengajak Laura untuk membantunya memilih undangan pernikahan, gaun yang pantas dikenakan Alice, tempat bulan madu romantis, atau apa pun yang berhubungan dengan Alice. Laura tak ingin berprasangka buruk pada Noah walaupun dia merasa tak nyaman. Namun, Laura selalu menolak Noah secara baik-baik. ‘Minta izin pada suamiku dulu.’ Laura selalu mengatakan itu pada Noah. Dan pria itu akan berhenti menghubungi dirinya. Akan tetapi, Noah tiba-tiba mendatangi Laura sekarang. Laura jadi tak enak hati menolak, tetapi juga tak ingin menerima ajakan Noah sebelum Asher mengizinkan, dan tentunya Asher tak mungkin membiarkan Laura pergi bersama Noah. “Aku benar-benar tidak tahu harus minta tolong pada siapa lagi, Lau. Aku ingin membelikan perhiasan yang pantas untuk Alice, sedangkan selera Mama seperti orang tua,” pinta Noah. “Apa kau sudah minta izin pada pamanmu sebelum datang ke sini? Aku belum mengatakan apa pun pada suamiku karen
“Aw!!” pekik Asher sambil memegang perutnya. Laura yang terkejut dan tiba-tiba bisa menggerakkan badan, menyodok ke belakang dengan siku di saat Asher bicara. Dia gegas berbalik setelah sadar telah salah mengira Asher sebagai orang lain, tetapi tangannya sudah terlanjur bergerak lebih dulu. “Astaga, maafkan aku, Sayang … kenapa kau sudah pulang? Kau membuatku kaget! Aku pikir, ada orang lain yang berani masuk ke kamar kita!” Laura menyingkirkan kedua tangan Asher yang melilit perutnya sendiri, kemudian mengusap-usap perut suaminya dengan raut wajah bersalah. Sebelumnya, karena banyak memikirkan Noah yang terus bersikap aneh padanya, Laura mengira bahwa Noah yang masuk ke kamarnya. Untungnya, dugaan Laura tak pernah terjadi. Noah tak akan berani bersikap gila seperti itu, bukan?“Siapa yang berani masuk ke kamar kita, hem?” Asher memicingkan mata, mencari-cari sesuatu yang tak diketahuinya dari air muka Laura.Sesuai dugaan Asher, Laura mungkin juga sudah menyadari jika keponakan m
Setelah empat bulan persiapan, pernikahan Noah akhirnya akan terlaksana satu hari kemudian. Pernikahan Noah dan Alice mendapat pertentangan Vincent hingga pria itu bersumpah tak akan menghadiri pernikahan anaknya. Hubungan Ariana dan Vincent pun kian memburuk karena Vincent tak pernah memohon pada Ariana supaya pulang ke rumah. Ariana merasa bahwa suaminya tak lagi mencintai dirinya. Meskipun yang sebenarnya, Vincent memang tak pernah benar-benar mencintai Ariana. Malam ini, semua orang berkumpul di kediaman Smith. Para wanita sedang berbincang di sebuah ruangan dengan calon pengantin wanita. Sementara itu, para pria sedang berpesta di taman yang dapat terlihat dari jendela ruangan itu. Pencahayaan dan suara musik di luar sampai masuk mengganggu ketenangan para wanita. Mereka harus bicara agak keras agar terdengar.“Menyebalkan sekali pria itu! Dia hanya menghubungiku sesekali dan tidak pernah memaksaku pulang. Apa harga dirinya terlalu tinggi untuk memohon padaku?!” geram Ariana.
Di kediaman Simon, Nora tak berdaya karena tak diizinkan Simon keluar rumah. Sudah berbulan-bulan hubungannya dengan sang ayah tiri menjadi renggang karena waktu itu dia salah bicara dengan Simon. Gilda dan Simon pun lebih sering bertengkar atas masalah-masalah kecil, apalagi jika menyangkut urusan Nora yang tak bisa keluar rumah. Nora muak mendengar suara mereka saling berteriak. Bahkan, tak jarang Gilda memecahkan barang untuk meluapkan kemarahannya. Dan Simon akan pergi setelah mengucap kata-kata kasar. ‘Aku harap, Paman Asher memercayai kata-kataku. Noah tidak boleh menikah dengan Alice.’ Nora menggigit kuku jarinya. Rambutnya acak-acakan karena jarang di sisir.Sejak pernikahannya berakhir, Nora jarang memperhatikan penampilan. Dia seperti wanita yang kehilangan nyawa tanpa Noah.[Paman, kau harus mencegah pernikahan Noah dan Alice. Noah masih sangat mencintai Laura. Dia akan menusukmu dari belakang jika dia sudah menikah dengan Alice. Mereka bisa lebih mudah mendekati Laura l
Laura hampir saja pingsan tatkala melihat Jake, Emma, dan seluruh sanak saudara berkumpul di sebuah ruangan yang biasa digunakan untuk pertemuan keluarga besar. Bahkan, dua pengantin baru pun ada di sana! Sejak kapan mereka pulang? Bukankah Laura lebih dulu kembali bersama Asher sebelumnya? Laura sempat berpikir jika orang-orang di hadapannya tidaklah nyata. Karena ketakutan dibuntuti seseorang masih begitu terasa. “Kejutan! Kita akan mengadakan baby shower untukmu dan calon bayimu sekarang juga!” seru Regina sambil memeluk Laura. Para wanita yang lain pun ikut melakukannya. “Astaga … aku hampir saja melahirkan di tempat!” Laura mengurut dadanya untuk menetralisir rasa kaget. Namun, tunggu dulu … siapa pemilik langkah kaki yang mengejar Laura tadi? Ketika pintu di belakang terbuka dan Laura menoleh ke arah yang sama, dia pun segera menemukan jawabannya. Asher, Theo, dan Carlos-lah yang menakut-nakuti Laura tadi. Meskipun sebenarnya, tujuan Asher bukan untuk menakuti sang istri,
“Ah … jadi, Arabella bukanlah selingkuhan Papa?” gumam Jake yang teringat ayah dan ibunya sering membicarakan nama Arabella tatkala dia masih kecil. Menurut Joanna, bayi kembar di keluarganya terkadang meninggal sebelum dilahirkan, seperti kasus saudari tirinya sendiri. Namun, ada pula kasus di mana keduanya terlahir sehat dan normal. Bayi perempuan yang diberi nama Arabella yang merupakan saudari kembar Callista itu telah lahir di dunia. Namun, mereka kehilangan Arabella hanya dalam waktu lima hari.“Jangan khawatir. Aku dengar, kondisimu baik-baik saja.” Joanna dapat menangkap kegelisahan yang sedang dirasakan Laura. “Aku mengatakan ini bukan untuk membuatmu takut. Tetapi, agar kau dan suamimu mempersiapkan kelahiran cicit Oma dengan sebaik-baiknya.” Asher pun merasakan hal yang sama dengan istrinya. Dia sampai tak sadar menggenggam erat tangan Laura ketika mendengar semua penuturan Joanna. Kerabat dekat mereka juga ikut mencemaskan kondisi kandungan Laura. Tiba-tiba, pesta yang
Laura Smith berjalan keluar dari gedung perusahaan Hartley. Pekerjaannya telah usai saat menjelang jam makan siang.Sudah satu tahun Laura kembali bekerja. Laura tak perlu mengawasi Lana selama seharian penuh lagi.Lana saat ini sudah berusia hampir lima tahun, sedangkan Claus dan Collin pun sudah sekolah. Si kembar cukup bisa diandalkan menjaga adiknya meski terkadang membuatnya menangis. “Di mana Asher?” gumam Laura menanti Asher keluar dari mobil.Di tepi jalan, mobil mewah telah menanti Laura. Biasanya, Asher selalu menunggu Laura di depan pintu masuk kantor. Namun, dia tak melihat tanda keberadaan sang suami di mana-mana.“Kenapa malah anak-anak yang datang ke sini?” Laura gegas menghampiri mereka.Dua anak lelaki tampan dan berwajah serupa membuka pintu di kedua sisi mobil bagian belakang. Claus membantu adik perempuannya yang memakai gaun putih turun dari mobil. Si kembar kemudian menggandeng Lana di kanan dan kiri secara protektif. Seakan-akan tak ingin ada satu pun orang men
Laura sudah menduga sejak awal saat dirinya melahirkan bayi perempuan. Asher pasti akan menjadi papa yang banyak membatasi pergerakan putri mereka. Dengan Rachel pun, Asher seperti ayah kandung yang selalu menegur setiap kali ada kesempatan. Laura takut membayangkan masa depan putrinya tidak akan bisa bebas, atau sulit mencari kebahagiaan yang diinginkannya karena tekanan dari Asher.Namun, kata-kata Asher yang menyatakan bahwa putri mereka tak akan berteman dengan siapa pun, Laura kali ini menyetujuinya. Setidaknya, untuk situasi sekarang.“Putri kami bahkan masih belum bisa melihat dengan jelas. Sebaiknya, kita membicarakan masalah teman bermainnya kalau dia sudah agak dewasa,” kata Laura kepada para nyonya besar yang hadir di pesta.Bukan hanya Asher yang diserang oleh tamu-tamu mereka, Laura pun demikian. Berbeda dari si kembar, jika putra mereka menjadi bagian dari Smith Group, besar kemungkinan dia bisa menduduki posisi tinggi tanpa bersusah payah, dan hanya karena menjadi suami
Lana Smith, putri pertama Asher dan Laura ditidurkan di tengah-tengah ranjang di kamar yang kini telah diubah sepenuhnya menjadi bernuansa merah muda. Asher, Claus, dan Collin tidur tengkurap mengelilinginya dan tak jenuh memandang bayi itu layaknya harta karun yang tak ternilai harganya.“Bibirnya bergerak-gerak, Papa,” bisik Collin.“Aduh … aku baru saja berkedip! Aku tidak melihatnya,” sesal Claus bermuram durja.“Nanti pasti bergerak lagi. Jangan terlalu keras bicara, Claus,” tegur Asher lirih.Claus cemberut dan hampir menyentuh pipi adik bayinya. Namun, Asher lekas mencegah dengan decapan dan menunjukkan tatapan tajam padanya.“Aku ingin menggendong adikku, Papa,” pinta Claus memelas.“Tidak boleh. Lana masih berusia dua hari lebih empat jam. Kau bisa menjatuhkan Lana.”Sejak diperbolehkan melihat bayi itu, mereka bertiga senantiasa mengamatinya dengan posisi sama. Asher mencatat setiap gerakan kecil Lana, sedangkan Claus dan Collin akan memberi tahu ketika dirinya sedang melakuk
Waktu berlalu dengan cepat. Perut Laura kini telah membesar dan hampir melahirkan.Asher dan Laura sepakat untuk tidak mencari tahu jenis kelamin bayi mereka karena pertentangan pendapat. Namun, dokter tetap memberi tahu bahwa bayi di dalam rahim Laura kali ini hanya ada satu.Asher meyakini bahwa bayinya berjenis kelamin perempuan, sedangkan Laura yakin bahwa anaknya lelaki. Sementara itu, orang-orang di sekeliling mereka pun memperdebatkan hal yang serupa dan tak ada yang menebak sama. Karena itu, kamar untuk bayi mereka juga dipersiapkan setengah untuk perempuan, setengah lagi untuk laki-laki.“Sayaaaang!” seru Asher dari koridor.Laura yang saat ini berada di kamar Claus dan Collin bersusah payah bangun untuk menyambut Asher yang baru saja pulang dari kerja. Simon gegas membantu Laura berdiri dan menuntunnya ke depan pintu.Rupanya, Asher masih jauh dari kamar itu dan hanya suaranya yang terlalu keras memanggil dirinya. Melihat sang istri kesulitan menegakkan badan, Asher gegas
“Hanna, apakah aku-”Hanna berjalan melewati Simon dan tak ingin mendengar penjelasan apa pun sekarang. Dia masih kecewa karena ternyata hanya dirinya yang menganggap Simon sebagai keluarga.Simon mengusap wajah dengan kasar, lalu berbalik menyusul Hanna. “Aku harus segera menjelaskan kesalahpahaman ini.”Hanna sudah hampir masuk ke mobil sambil bercakap-cakap dengan Laura. Melihat cara bicara Laura yang sambil melihat dirinya, Simon takut jika Hanna mengadukannya.Simon tak berani mendekat. Kemudian masuk ke pintu mobil di arah yang berlawanan dari mereka.Dalam perjalanan ke tempat wisata lain, Hanna sekali pun tak melihat Simon. Saat mengurus Claus dan Collin yang duduk di antara mereka dan harus menghadap Simon, Hanna selalu menunduk atau melihat ke arah lain.Hanna benar-benar mengacuhkan Simon sampai hari berikutnya. Dia selalu berkumpul dengan orang lain dan enggan duduk hanya berdua dengan Simon ketika mengasuh Claus dan Collin.Simon tak tahan lagi! Hari ketiga liburan merek
Di atas pantai pasir putih yang indah, Simon sedang tertelap dan ditemani wanita yang merupakan pelayan setia putri semata wayangnya. Hanna menggeser payung besar yang menghalau sinar matahari agar tubuh Simon tak kepanasan.“Tuan Simon sedang mimpi apa? Kenapa bibirnya bergerak-gerak begitu?” gumam Hanna selagi memperhatikan wajah Simon.Simon berdecap-decap sambil tersenyum, kemudian bergumam dalam tidurnya, “Kita akan menikah ….”Hanna terkekeh geli. “Kau sudah menikah dua kali, Tuan. Saat ini, kau pasti sedang memimpikan Nyonya Callista.”“Menikah … Hanna ….” Simon kembali bergumam-gumam, membuat pemilik nama itu terkesiap.Gumaman Simon setelahnya semakin jelas. Wajah Hanna menegang ketika bibir Simon mengucap namanya berulang kali.Hanna segera berlari meninggalkan Simon sambil menutup mulutnya menggunakan telapak tangan, seakan-akan tak tahan untuk meneriakkan sesuatu. ‘Apa yang baru saja aku dengar?’ batin Hanna.Selama ini, Simon selalu menganggap Hanna sebagai putrinya. Setid
Makan malam semalam menjadi peristiwa memalukan bagi Rachel. Dia tak sadar, Alan ternyata membuat lukisan cinta di sekujur tubuhnya. Hingga dirinya enggan keluar dari kamar. Sayangnya, hari ini Rachel harus menjadi pemandu untuk para tamu istimewa yang datang dari luar negeri. Dia sudah berjanji akan mengajak Laura dan Emma jalan-jalan di tempat-tempat indah di sana. “Rachel, kau tidak perlu ikut dengan kami. Sepertinya, suamimu masih mengantuk ….” Laura menyenggol lengan Rachel dari belakang sambil terkekeh pelan dan melirik ke arah Alan yang menguap lebar. “Kak Alan pasti begadang semalaman.” Emma ikut menggoda kakak iparnya. Wajah Rachel merah padam mendengar para wanita itu menggodanya. “Sebentar lagi kita sampai di pantai. Kalian pasti akan menyukainya.” Rachel buru-buru mengalihkan pembicaraan. Awalnya, Emma masih ingin menggoda Rachel. Namun, setelah melihat pemandangan indah di depannya, dia urung melakukannya. Emma segera menghampiri suami dan putrinya dan mereka berpisah
Melihat peluh di wajah Alan dan tercium bau familier dari tubuhnya, Rangga menjadi sangat sedih. Alan ternyata telah mendapatkan sang putri kesayangan. Rangga tak bisa menatap Alan, bukan karena membencinya, tetapi hatinya terasa aneh. Anak yang dulu selalu melompat ke sana kemari itu, kini telah sepenuhnya menjadi wanita dewasa dan dimiliki pria itu. “Aku akan memanggil Rachel dulu, Ayah. Kami akan segera menyusul!” seru Alan pada Rangga yang tak berbalik atau menjawab dirinya. “Kau seharusnya melakukan itu nanti malam …. Namanya juga malam pertama. Sekarang masih terbilang sore. Aneh kalau disebut sore pertama, bukan?” celetuk Nevan, lalu tertawa pelan. Alan memutar bola mata. “Kami tinggal mengulangi lagi nanti. Lalu, apa yang membawamu kemari?” Tawa Nevan menghilang. Dia sebenarnya hanya ingin mengajak Hillary makan makan bersama keluarga besarnya meski Asher dan Laura juga diundang sebagai tamu kehormatan. Tetapi, dia ingin sedikit menggoda Hillary dengan menuntunnya ke area
Alan dan Rachel sangat antusias dan bahagia menjelang pernikahan mereka. Namun, setelah menjadi pasangan resmi, mereka justru berjauhan di dalam kamar hotel.“Kau tidak jadi mandi?” tanya Alan dengan mata yang tertuju ke arah lain.Alan beberapa kali mengibaskan kerah kemeja seperti orang kepanasan meski ruangan terasa sejuk. Sementara Rachel duduk sambil menekan-nekan asal layar ponselnya. “Sebentar lagi,” balas Rachel datar dan berusaha tenang.Sejak acara pernikahan usai, Rachel ingin segera mandi. Namun, setelah sampai di kamar, dia justru sangat gugup berhadapan dengan sang suami selama hampir setengah jam.Tak tahan lagi, Rachel meletakkan ponsel dan menuju kamar mandi. Alan melirik-lirik sambil bersenandung tak jelas seraya menatap luar jendela.Dia melihat pintu kamar mandi dari pantulan kaca jendela. Rachel menutup pintu setelah melihat dirinya.Alan akhirnya bisa duduk di sofa sambil menghela napas panjang.“Malam pertama kami … akan seperti apa?” gumam Alan sambil membayang