Share

3. Pemberontakan Jaka Waruga III

ka Waruga harus menelan dalam-dalam ludahnya karena terlalu meremehkan Galih Panuraga. 

"Apa paman pikir selama ini aku tidak pernah lagi melatih kemampuanku? Kau salah paman, aku sudah memperhitungkan jika suatu hari nanti akan terjadi pemberontakan, tapi aku tidak pernah menduga jika pemberontakan itu di lakukan oleh orang yang sudah ku tolong dan ku berikan posisi Adipati," ucap Galih Panuraga.

"Haha kau terlalu mudah memberikan kepercayaan kepada orang lain, Galih. Tanpa kau sadari jika orang lain itu tidak akan puas dengan posisi yang telah kau berikan, bagiku menjadi Raja Kerajaan Sungaisari adalah puncak impianku selama ini," balas Jaka Waruga.

Galih Panuraga menggeleng pelan, sebenarnya Galih masih memiliki belas kasih kepada Jaka Waruga, jika dia berhasil memenangkan pertempuran ini, Galih Parunurga hanya ingin memasukkan Jaka Waruga ke penjara tahanan bawah tanah, tetapi setelah melihat ambisi besarnya, membuat Galih Panuraga berubah pikiran.

"Maaf paman, aku tidak bisa membiarkan orang sepertimu untuk terus hidup,"

Galih Panuraga melesat cepat ke depan, sementara Jaka Waruga dengan percaya diri kembali bergerak menyongsong serangan yang di lakukan oleh Galih Panuraga.

Pertarungan kembali pecah, benturan dua senjata itu benar-benar membuat telinga terasa pekak sangking cepatnya ayunan pedangnya. Sama seperti sebelumnya, Galih Panuraga mendominasi pertarungan sejak menit awal, hujan serangan terus di lakukannya.

Jaka Waruga bukan tanpa usaha, akan tetapi semua usahanya mampu di patahku oleh Galih Panuraga. Dia selalu gagal untuk membuat serangan balik.

Jaka Waruga benar-benar di buat putus asa dan mati kutu di hadapan Galih Panuraga saat ini. Sejak awal memang terlihat jelas jika Jaka Waruga bukan lawan seimbang bagi Galih Panuraga.

"Jika kau sudah di beri hati, jangan lagi meminta jantung. Jika sudah di beri jabatan Adipati, jangan meminta lebih lagi... "

Galih Panuraga mengubah sedikit gerakannya, dia tampak sengaja membuka celah untuk memancing Jaka Waruga membuat serangan dan membuka celah besar yang akan di manfaatkan olehnya.

"Kau terlalu percaya diri, Galih. Membuka celah dalam sebuah pertarungan akan membuatmu kalah dengan mudah," ucap Jaka Waruga.

Jaka Waruga memusatkan tenaga dalam di pedang, bersiap untuk melesatkan serangan pamungkas. Namun, dianya malah tanpa sadar masuk jebakan Galih Panuraga.

"Kau terlalu bodoh, sehingga tanpa sadar masuk jebakan permainanku,"

"Pedang Kabajikan Memburu Iblis "

Pedang di tangan Galih Panuraga langsung memancarkan sinar putih terang, bersama dengan itu Galih Panuraga berpindah tempat dan mengayun pedangnya mengincar celah pertahanan yang tanpa sadar di buka oleh Jaka Waruga.

Gelagar!!!

***

Pertempuran di alun-alun keraton benar-benar membuat kondisi keraton memprihatinkan. Semua penjuru mengalami porak-porandakan.

Bukan hanya pertarungan Galih Panuraga dan Jaka Waruga yang menyebabkan banyak kerusakan, tetapi pertarungan Patih Almatama dengan Tetua dari Perguruan Tengkorak Iblis juga menyebabkan kerusakan yang sangat parah.

"Kemampuanmu sangat luar biasa Patih Almatama, ternyata kemampuan berpedangmu bukan berita bohong semata," ucap Junggo yang merupakan Tetua Besar di perguruan Tengkorak Iblis.

"Tetua terlalu memuji, aku masih terlalu jauh dari pendekar hebat yang di miliki Tengkorak Iblis ... " Balas Patih Almatama.

Junggo tertawa dengan keras, dia sejak lama mengagumi kemampuan yang di miliki Mahapatih Kerajaan Sungaisari ini. Nama besar dari Patih Almatama mampu membuat banyak orang menjadi bergedik ngeri.

Junggo menarik nafasnya dengan panjang, sebelum melesatkan serangan cepat ke arah Pangling Almatama.

Panglima Almatama yang sudah dalam posisi siap ikut melesat maju menyongsong serangan yang di lakukan oleh Junggo. Pertemuan dua gelombang kekuatan besar dengan cepat menghempaskan apapun yang berada di dekat area pertarungan mereka. Bahkan keduanya sama-sama terdorong beberapa langkah ke belakang.

"Kau memiliki tenaga dalam yang luar biasa, Mahapatih," Junggo tanpa sungkan melemparkan pujiannya.

"Jangan menahan kekuatanmu, Tetua. Si tua ini akan merasa terhormat jika gugur di tangan pendekar tersohor di dunia persilatan... " Balas Patih Almatama.

Junggo tertawa, dia merasa Patih Almatama sangat mahir bermain kata. Tidak heran jika dia bisa mendapatkan posisi Mahapatih Kerajaan Sungaisari.

Junggo mengalirkan tenaga dalam, sebelum berpindah tempat di hadapan Patih Alamat. Detik selanjutnya, ayunan pedang Junggo melesat membombardir Patih Almatama.

Serangan yang di sertai tenaga dalam itu benar-benar membuat Junggo berada di atas angin. Dia berhasil mendesak Patih Almatama sampai pada posisi bertahan total, tanpa ada kesempatan untuk membuat serangan balik.

Namun, Patih Almatama tentu belum mengeluarkan kemampuan utamanya, dia masih memilih mengamati pergerakan dan pola serangan yang di lakukan oleh Junggo.

"Apa hanya ini kekuatan seorang Mahapatih Kerajaan Sungaisari?" Tanya Junggo dengan nada mengejek.

Patih Almatama hanya tersenyum tipis, dia sebenarnya bisa saja mengimbangi setiap serangan yang di lakukan oleh Junggo, akan tetapi dia memilih menahan diri untuk menemukan titik kelemahan lawannya ini.

Berbeda dengan Junggo, dia sejak awal terus menggempur habis-habisan. Junggo ingin menyelesaikan pertarungan dengan cepat, karena matanya menemukan jika Jaka Waruga bukan lawan seimbang untuk Galih Panuraga.

"Kau terlalu terburu-buru, Junggo." Ucap Patih Almatama, sambil mengubah kuda-kudanya.

Patih Almatama melompat sedikit mundur ke belakang, sebelum bergerak menusuk ke arah depan. Patih Almatama menggunakan tenaga dalam yang besar membuat serangan balik. Setiap serangan di arahkan kepada titik buta Junggo. Patih Almatama yang sudah mempelajari pola serangan yang di gunakan oleh Junggo, membuatnya dengan tenang melakukan serangkaian tebasan dan tusukan secara silih berganti.

Junggo yang sadar telah melakukan kesalahan, tentu berusaha untuk tetap tenang dan menajamkan insting serta penglihatannya untuk mencari celah pada serangan yang di lakukan oleh Patih Almatama.

"Pedang Kehampaan: Medan Tak Terbatas"

Pedang di tangan Patih Almatama memancarkan semburat sinar biru terang, sebelum tiga carik sinar biru itu melesat cepat ke arah Junggo.

Gelegar!!!

Tiga carik sinar biru itu meledak ketika mengenai tubuh Junggo, hingga membuatnya terlempar jauh ke belakang.

"Aku terlalu menganggapnya remeh," Ujar Junggo saat menyadari kesalahannya ini.

"Bukan kekuatan yang menjadi kunci utama seseorang memenangkan pertarungan, tetapi lebih terletak pada fokus dan konsentrasi dalam membangun serangan," balas Patih Almatama.

Junggo tersenyum kecut, dia menyadari kesalahannya itu. Tetapi dia tidak terlalu lama menyesali hal itu, Junggo kembali bersiap dengan kuda-kuda tarungnya.

"Aku akan menghajarmu, biar aku tunjukkan apa itu kekuatan," tungkas Junggo.

Junggo mengalirkan tenaga dalam pada pedangnya, cahaya hitam pekat dengan cepat menyelimuti pedang itu. Aura kematian dengan cepat merembet keluar dari pedang Junggo.

"Jurus Iblis Tunggal, sudah lama sekali aku ingin menguji seberapa kuatnya jurusmu ini," ucap Patih Almatama.

"Kau sungguh percaya diri, Mahapatih. Kepercayaan dirimu itulah yang akan membunuhmu," seru Junggo.

Aura kematian merembes keluar dari balik bilah pedang Junggo, membuat semua bulu yang ada di tubuh manusia terdiri seketika itu pula.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status