Gelegar!!!
Galih Panuraga terpental jauh ke belakang, hingga tubuhnya menghantam bagian beton dinding Keraton.
"Uhukkk ... " Galih Panuraga terbatuk keras. Dia merasakan sesak di bagian dadanya itu.
"Apakah kau baik-baik saja, Jaka?" Tanya seorang laki-laki berusia payah.
"Terima kasih, Tetua. Jika tidak ada dirimu aku tidak apakah masih bernyawa," balas Jaka Waruga.
"Hemm, kau berhutang satu nyawa denganku. Suatu hari aku akan menagih gantinya,"
Jaka Waruga hanya tersenyum tipis, jika saja dia memiliki kekuatan yang besar, maka sudah ingin sekali Jaka Waruga ingin melenyapkannya.
'Suatu hari, aku akan menghabisimu!!!' batin Jaka Waruga.
"Saryoni, ternyata Perguruan Cakra Dewa benar-benar sudah menghianatiku. Ternyata apa yang sudah ku berikan tidak cukup untuk membuat kalian menegakkan keadilan, nama Cakra Dewa terlalu berambisi sampai tanpa sadar sudah tersesat terlalu jauh.
Kalian rela berkerja sama dengan aliran sesat... " Galih Panuraga tersenyum tipis, tidak terlihat rasa ketakutan di wajahnya.
Laki-laki paruh baya bernama Saryoni itu tertawa keras nan terbahak-bahak. "Bersetan dengan itu semua!!! Perguruan Cakra Dewa harus menjadi yang terbesar di Java Dwipa, Jaka Waruga berjanji untuk memberikan banyak sumber daya yang akan membantu kami berkembangnya... "
"Haha, memang sifat manusia yang rela menjual harga dirinya untuk kepentingannya, aku tidak terlalu terkejut untuk itu," balas Galih Panuraga, "Kau akan hancur akibat dari keserakahanmu itu!!!"
Galih Panuraga mengalirkan tenaga dalam ke bagian dadanya untuk merendam rasa sesaknya, sebelum mengalirkan kembali ke pedangnya.
Galih Panuraga jelas sudah mengenal sosok Saryoni karena Perguruan Cakra Dewa adalah salah satu perguruan silat yang berada di bawah lindungan keraton. Saryoni sendiri adalah pendekar yang memiliki nama besar di dunia persilatan. Kemampuannya terbilang tinggi.
"Aku tidak menduga, jika hari ini aku akan mencabut nyawa seorang Raja yang sangat di segani namanya di seluruh penjuru negeri,"
Saryoni melesat cepat ke depan melepaskan beberapa serangan cepat ke arah Galih Panuraga.
Saryoni dan Galih Panuraga terlibat jual beli serangan yang sengit. Dari belasan kali pertukaran serangan, memperlihatkan jika kekuatan mereka berdua seimbang. Lebih tepatnya Galih Panuraga jauh lebih kuat, tetapi karena Galih Panuraga sudah terlibat pertarungan dengan Jaka Waruga, membuat staminanya menurun.
Saryoni tertegun, rasa tidak percaya menghampiri dirinya. Sungguh, dia tidak pernah menduga jika Galih Panuraga semakin bertambah kuat dan sudah melampaui kemampuannya saat ini.
"Jika dia dalam kondisinya prima, aku bukanlah lawannya, dia harus segera di singkirkan atau Perguruan Cakra Dewa akan berada dalam masalah besar nantinya," gumam Saryoni.
Saryoni tidak lagi berusaha menahan kekuatannya, dia menggunakan kekuatan penuhnya menyerang Galih Panuraga, begitu pula Galih Panuraga. Dia yang sadar posisinya berharap mampu mengakhiri pertarungan dengan cepat, mengingat kondisi tubuhnya.
Keduanya yang sama-sama menjadikan pedang sebagai senjata utama, membuat pertarungan menjadi sangat menarik dan seru, lagi sengit.
Galih Panuraga benar-benar membuat Saryoni terkagum-kagum, seorang Raja yang memiliki kemampuan silat tingkat tinggi memang sangat jarang di temukan.
"Pedang Dewa Mengusir Kegelapan"
Pedang Saryoni memancarkan Kilauan sinar putih, sebelum tiga kilatan sinar itu melesat cepat memburu Galih Panuraga.
Galih Panuraga yang sudah mengenal jurus-jurus yang di gunakan oleh Saryoni, tentu mampu dengan cepat melakukan gerakan menghindar dan menangkis serangan itu. Bukan hanya itu, Galih Panuraga langsung menggenjot tubuh ke udara.
"Tebasan Dewa Suci"
Tiga tebasan pedang energi melesat cepat ke arah Saryoni. Kecepatan tiga serangan di di luar dugaan dari Saryoni.
Alhasil dua di antara serangan itu masih mampu di hindari, tetapi satu tebasan pedang terakhir gagal dan bersarang telak di bagian bahu kirinya."Bedebah!! Sialan kau, Galih!!" Umpat Saryoni sambil meringis kesakitan.
"Mau sampai kapan kau berdiam diri, Jaka. Apa menungguku mati, aku pastikan jika kau juga akan mati jika aku mati,"Jaka Waruga langsung menggenggam erat pedang dan bergerak cepat ke arah Saryoni.
"Ah, maafkan aku Tetua. Kita akan menyerangnya bersama-sama,"Jaka Waruga jelas tidak ingin mati di tempat ini, jika dia mati maka semua rencana dan impiannya akan terkubur bersamanya di tempat ini.
Jaka Waruga melesat cepat ke depan menyerang Galih Panuraga, sekaligus memberikan ruang dan waktu untuk Saryoni memulihkan dirinya.
Jaka Waruga jelas menggunakan semua kemampuan dan kekuatannya. Namun, Galih Panuraga masih mampu mengantisipasi setiap serangan yang di buat oleh Jaka Waruga, bahkan dalam waktu singkat, Jaka Waruga puas tubuhnya terluka.
Jaka Waruga mengeram kesal, sekalipun sudah melakukan persiapan jauh-jauh hari dan mematangkan strategi, dia tetap saja kesulitan untuk menaklukkan Kerajaan Sungaisari ini.
"Paman, apa kau pikir kekuatan yang di miliki keraton begitu lemah? Sampai kau begitu yakin akan memenangkan pertandingan ini?" Tanya Galih Panuraga.
Jaka Waruga hanya diam dan bungkam, dia memang tidak begitu memperhitungkan kekuatan yang akan di miliki oleh Galih Panuraga.
"Tidak peduli sekuat apapun kalian, Galih!! Apapun caranya keraton tetap akan jadi milikku," Jaka Waruga buka suara.
Galih Waruga tidak menafik hal itu, karena memang dengan kekuatan yang di bawah oleh Jaka Waruga yang melibatkan dua perguruan besar akan membuatnya memiliki kemungkinan besar menguasai keraton ini.
Di menit kemudian, Jaka Waruga dan Saryoni bergerak bersama menyerang Galih Panuraga.
Kali ini tidak main-main, pertemuan senjata mereka menghasilkan gelombang kekuatan yang besar. Dalam beberapa kali pertemuan saja, mereka sudah sama-sama terlempar jauh ke belakang dan memuntahkan darah segar.
Di antara mereka, Galih Panuraga yang menderita luka paling parah, karena dia di paksa menghadapi dua kekuatan besar secara bersamaan.
"Seandainya aku bisa sedih lebih kuat lagi, maka mereka berdua bukan lawan yang sulit bagiku," gumam Galih Panuraga sambilan merasakan tubuhnya yang sangat sakit.
Meskipun berada di kondisi sedikit lebih baik, tetapi Jaka Waruga dan Saryoni merasakan kecemasan yang besar. Mereka tidak pernah menduga jika kali ini akan mempertaruhkan nyawanya untuk mengunci kemenangan.
"Kita di atas angin, jangan gegabah dan kita akan membunuhnya," ucap Saryoni memberi peringatan kepada Jaka Waruga.
Jaka Waruga menganggukkan kepalanya mengerti. Dia tidak akan mati di tempat ini, itulah pikiran yang ada di kepala Jaka Waruga.
Tidak menunggu waktu lama, mereka kembali terlibat pertarungan. Kali ini terlihat jelas jika Galih Panuraga mulai kehabisan tenaga dalam dan staminanya.
"Kegelapan Menguasai Dunia"
Saryoni memanfaatkan celah yang tercipta, langsung menggunakan kekuatan penuhnya untuk segera menghabisi Galih Panuraga.
Galih Panuraga yang sadar akan hal itu, memutar tubuhnya ke udara dan memusatkan tenaga dalam di pedangnya.
"Kebajikan Menghapus Kegelapan"
Galih Panuraga menggunakan semua sisa kekuatannya untuk menyongsong serangan yang di lakukan oleh Saryoni.
Gelegar!!!
BOM!!!
Ledakan keras memenuhi alun-alun keraton itu, tidak berselang lama Galih Panuraga terlempar jauh ke belakang dengan tubuh memprihatinkan. Tidak lama setelah itu, Galih Panuraga jatuh ke tanah untuk selamanya.
Tepat bersamaan dengan Galih Panuraga yang menghembuskan nafas terakhirnya, Saryoni juga terlena jauh ke belakang.Saryoni sedikit lebih baik dari Galih Panuraga, dia masih bernafas, sekalipun mengalami luka yang parah.Saryoni dengan cepat mengambil posisi duduk bersila berusaha meredam luka dalamnya.Sleshhh!!!"Akhh... "Namun betapa terkejutnya Saryoni saat bilah pedang menusuk punggung belakangnya."Jaka Waruga, apa yang kau lakukan?""Maafkan aku, Saryoni. Kau terlalu berbahaya Saryoni, kau harus di lenyapkan agar tidak menjadi halangan dan batu sandungan untukku di masa depan," ucap Jaka Waruga.Saryoni bak tersambar petir dan tersedak ludahnya sendiri. Jaka Waruga menghianatinya setelah semua bantuan yang telah di berikannya dan pula Perguruan Cakra Dewa."Kau akan menyesal, Jaka. Perguruan Cakra Dewa tidak akan tinggal diam dengan kematianku ini," tegas Saryoni, bersama dengan itu pula mulutnya mengeluarkan darah kehitaman."Itu tidak akan terjadi, karena tidak akan ada yang
Hutan yang menjadi wilayah pertarungan antara Senopati Arya dan Segoro dengan cepat menjadi medan pertarungan untuk menciptakan banyak kerusakan.Dalam waktu singkat, banyak pepohonan mulai tumbang akibat dari serangan salah sasaran dari dua orang tersebut.Hanya dalam hitungan menit, Senopati Arya dan Segoro sudah bertukar belasan serangan yang dahsyat. Kecepatan ke-duanya dalam membangun serangan menunjukkan jika keduanya sudah malang melintang di dunia persilatan dalam waktu yang lama.Senopati Arya dengan aliran pedang lembut mampu memberikan perlawanan sengit dengan Segoro yang lebih pada aliran pedang lentur. Meskipun ke-dua aliran ini di katakan sama, tetapi keduanya saling bertolak belakang satu sama lain.Tring!!!Tring!!!Dua pedang itu bertemu dan menghasilkan dentingan suara yang memekakkan telinga. Tidak ada yang mendominasi serangan dalam rentan waktu yang lama, lebih tepatnya mereka saling bergantian mendominasi pertarungan.Senopati Arya yang memilih konsentrasi tingka
8. Banyu Aji10 tahun sudah berlalu pasca pemberontakan yang di lakukan oleh Jaka Waruga dan kelompoknya. Seorang anak manusia berdiri di tengah tanah lapang sedang memainkan pedang kayu sejak pagi tadi.Anak itu berusia 10 tahun, memiliki fisik yang berisi dan rambut yang panjang. Anak itu bernama Banyu Aji, putra dari mendiang Galih Panuraga yang telah tewas dalam pemberontakan yang di lakukan oleh Jaka Waruga."Banyu, kemarilah," seorang laki-laki paruh baya berambut putih memanggil anak itu.Banyu Aji langsung menghentikan kegiatannya dan berlari ke arah laki-laki paruh baya itu."Iya, kek? Ada apa?" Tanya Banyu Aji.Laki-laki paruh baya itu bernama Whira Bumi, Ketua Perguruan Tirta Kencana. Dia adalah orang yang merawat sosok Banyu Aji sejak bayi setelah di titipkan oleh Sri Pramudita.Whira Bumi ingat betul kala itu ketika waktu menjelang malam, satu kereta kencana datang ke perguruannya."Arya, siapa yang kau bawa?" Tanya Whira Bumi.Senopati Arya melompat dari atas kereta kuda
9. Mewarisi Bakat Yang Hebat Whira Bumi mengelus pucuk rambut Banyu Aji. Selama lima tahun terakhir Banyu Aji terus berlatih di bawah bimbingan langsung Whira Bumi.Selama itu pula Banyu Aji terus menunjukkan perkembangan yang pesat. Bahkan, di usia yang baru mencapainya 10 tahun, Banyu Aji sudah menikah fisik yang berisi layaknya anak usia 15 tahun."Kakek, kenapa kau memanggilku tadi?" Tanya Banyu Aji."Kakek hanya ingin kau istirahat, sudah sejak pagi tadi kau berlatih, apa kau tidak merasa letih?" Whira Bumi balik bertanya.Banyu Aji menggelengkan kepalanya dengan cepat, "Aku tidak merasa letih, aku harus cepat menjadi kuat, agar kakek mau mengajarkanku ilmu yang kakek miliki,"Whira Bumi tersenyum, dia merasa tidak salah mengangkat Banyu Aji menjadi murid dan cucunya. Membesarkan seorang pewaris dari Kerajaan Sungaisari yang saat ini sedang di duduki oleh orang yang serakah adalah sebuah kebanggaan bagi Whira Bumi."Tapi tetap saja kau harus menjaga kesehatanmu itu," ucap Whira
10. Pewaris Pedang Naga IblisPertarungan yang melibatkan Ki Ranang Rupo dan Sayuri Geni itu benar-benar hebat. Bukan hanya menggunakan jurus-jurus tingkat tinggi, tetapi juga dengan Ajian yang meledak-ledak dan hanya beberapa pendekar saja yang memilikinya dan mampu menggunakannya.Beberapa pendekar yang memperhatikan pertarungan dua pendekar sepuh itu sudah kehilangan nyawa dengan mengenaskan."Mau sampai kapan kita terus bertarung, Sayuri? Apa kau ingin lembah ini hancur dan menjadi cekungan raksasa?" Tanya Ki Ranang Rupo.Sayuri Geni tersenyum tipis, dia yang bertindak sebagai seorang Biksu memang paling menghindari pertarungan yang akan mencipta kerusakan dan kehancuran, tetapi kali ini posisinya sedikit berbeda. Jika Pedang Naga Iblis itu jatuh ke tangan yang salah, maka dunia akan dalam kehancuran.Sayuri Geni tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama, yaitu memilih bersikap netral sama seperti saat terjadi peperangan antara Galih Panuraga dan Jaka Waruga yang akhirnya di mena
11. Keputusan Perguruan Tirta Kencana Whira Bumi yang melihat kemunculan Naga Iblis Merah itu tertegun. Dia tidak pernah menduga jika dirinya akan menyaksikan di mana ruh Naga Iblis Merah yang bersemayam di sebilah pusaka itu akhirnya bangkit. Tidak ada yang tidak mengetahui tentang kehebatan pusaka itu, Pedang Naga Iblis adalah satu di antara Pusaka Tanpa Tanding yang ada di dunia persilatan. Setiap yang memiliki pusaka itu niscaya akan menjadikan dirinya tanpa tanding dan menguasai dunia persilatan."Rangga, pastikan semua murid yang masuk ke dalam hutan mencari kayu bakar telah kembali, entah kenapa firasatku buruk," perintah Whira Bumi.Rangga mengangguk pelan, tidak ingin menerima perintah dua kali, Rangga bergegas pergi untuk memastikan semua murid telah kembali.Whira Bumi menghela nafas dengan pelan, entah mengapa ada sesuatu yang mengganjal hatinya."Guru Surya Bumi, apa ini yang kau katakan dahulu, jika gonjang-ganjing dunia persilatan akan terjadi di masa depan," Salah s
Banyu Aji adalah putra pertama dari pasangan Prabu Galih Panuraga dan Sri Pramudita.Kelahiran sosok Banyu Aji di ramalkan akan membawa kejayaan dan kemakmuran di seluruh penjuru negeri. Bahkan salah seorang tabib yang memeriksa tubuh Banyu Aji ketika baru lahir di buat begitu terkejut, karena sosok ini memiliki tubuh spesial dan di takdirkan menjadi seorang pendekar yang tangguh dan perkasa di masa depan nantinya."Anakmu sangat berbakat Gusti Prabu... " Ucap tabib itu.Galih Panuraga tersenyum, dirinya dibelah menemukan sosok yang akan menjadi penerusnya di masa, putra pertamanya, BANYU AJI.Kelahiran Banyu Aji semakin membuat kebahagiaan keluarganya semakin lengkap, dia akan bertekad mencarikan guru yang hebat untuk mendidik Banyu Aji menjadi sosok pendekar yang tangguh dan di takuti lawan nan di segani oleh kawan.Perkembangan Banyu Aji bisa di katakan sangat luar biasa, di usianya yang ketiga bulan saja dia sudah mampu berjalan seorang diri, seolah kembali menunjukkan jika diriny
"Patih apakah semua pasukan sudah siap?" Tanya Galih Panuraga yang sudah siap dengan jubah tempurnya dan pusaka kebanggaannya yang menjadi saksi pengembaraannya saat muda dulu."Semua prajurit sudah siap gusti, hanya tinggal menunggu perintah dari Gusti Prabu," jawab Patih Almatama.Galih Panuraga mengangguk pelan, dia sudah sedikit lega karena Sri Pramudita dan putranya Banyu Aji sudah bergerak meninggalkan keraton menuju salah satu Perguruan Silat."Dengarkan aku, pemberontakan yang di lakukan Jaka Waruga adalah penghinaan nama besar Kerajaan Sungaisari. Mereka harus mendapatkan hukuman atas tindakan mereka ini, jika sudah berani datang ke Kotaraja, maka tidak ada tempat untuk mereka kembali, kecuali kematian... " Galih Panuraga orasi membakar semangat tempur prajuritnya.Semangat prajurit menggelora mendengar orasi dari Galih Panuraga. Mereka jelas terbakar semangatnya, menyaksikan semangat raja mereka yang juga akan turun ke medan tempur. Atas nama kehormatan Kerajaan Sungaisari d