Gelegar!!!
Galih Panuraga terpental jauh ke belakang, hingga tubuhnya menghantam bagian beton dinding Keraton.
"Uhukkk ... " Galih Panuraga terbatuk keras. Dia merasakan sesak di bagian dadanya itu.
"Apakah kau baik-baik saja, Jaka?" Tanya seorang laki-laki berusia payah.
"Terima kasih, Tetua. Jika tidak ada dirimu aku tidak apakah masih bernyawa," balas Jaka Waruga.
"Hemm, kau berhutang satu nyawa denganku. Suatu hari aku akan menagih gantinya,"
Jaka Waruga hanya tersenyum tipis, jika saja dia memiliki kekuatan yang besar, maka sudah ingin sekali Jaka Waruga ingin melenyapkannya.
'Suatu hari, aku akan menghabisimu!!!' batin Jaka Waruga.
"Saryoni, ternyata Perguruan Cakra Dewa benar-benar sudah menghianatiku. Ternyata apa yang sudah ku berikan tidak cukup untuk membuat kalian menegakkan keadilan, nama Cakra Dewa terlalu berambisi sampai tanpa sadar sudah tersesat terlalu jauh.
Kalian rela berkerja sama dengan aliran sesat... " Galih Panuraga tersenyum tipis, tidak terlihat rasa ketakutan di wajahnya.
Laki-laki paruh baya bernama Saryoni itu tertawa keras nan terbahak-bahak. "Bersetan dengan itu semua!!! Perguruan Cakra Dewa harus menjadi yang terbesar di Java Dwipa, Jaka Waruga berjanji untuk memberikan banyak sumber daya yang akan membantu kami berkembangnya... "
"Haha, memang sifat manusia yang rela menjual harga dirinya untuk kepentingannya, aku tidak terlalu terkejut untuk itu," balas Galih Panuraga, "Kau akan hancur akibat dari keserakahanmu itu!!!"
Galih Panuraga mengalirkan tenaga dalam ke bagian dadanya untuk merendam rasa sesaknya, sebelum mengalirkan kembali ke pedangnya.
Galih Panuraga jelas sudah mengenal sosok Saryoni karena Perguruan Cakra Dewa adalah salah satu perguruan silat yang berada di bawah lindungan keraton. Saryoni sendiri adalah pendekar yang memiliki nama besar di dunia persilatan. Kemampuannya terbilang tinggi.
"Aku tidak menduga, jika hari ini aku akan mencabut nyawa seorang Raja yang sangat di segani namanya di seluruh penjuru negeri,"
Saryoni melesat cepat ke depan melepaskan beberapa serangan cepat ke arah Galih Panuraga.
Saryoni dan Galih Panuraga terlibat jual beli serangan yang sengit. Dari belasan kali pertukaran serangan, memperlihatkan jika kekuatan mereka berdua seimbang. Lebih tepatnya Galih Panuraga jauh lebih kuat, tetapi karena Galih Panuraga sudah terlibat pertarungan dengan Jaka Waruga, membuat staminanya menurun.
Saryoni tertegun, rasa tidak percaya menghampiri dirinya. Sungguh, dia tidak pernah menduga jika Galih Panuraga semakin bertambah kuat dan sudah melampaui kemampuannya saat ini.
"Jika dia dalam kondisinya prima, aku bukanlah lawannya, dia harus segera di singkirkan atau Perguruan Cakra Dewa akan berada dalam masalah besar nantinya," gumam Saryoni.
Saryoni tidak lagi berusaha menahan kekuatannya, dia menggunakan kekuatan penuhnya menyerang Galih Panuraga, begitu pula Galih Panuraga. Dia yang sadar posisinya berharap mampu mengakhiri pertarungan dengan cepat, mengingat kondisi tubuhnya.
Keduanya yang sama-sama menjadikan pedang sebagai senjata utama, membuat pertarungan menjadi sangat menarik dan seru, lagi sengit.
Galih Panuraga benar-benar membuat Saryoni terkagum-kagum, seorang Raja yang memiliki kemampuan silat tingkat tinggi memang sangat jarang di temukan.
"Pedang Dewa Mengusir Kegelapan"
Pedang Saryoni memancarkan Kilauan sinar putih, sebelum tiga kilatan sinar itu melesat cepat memburu Galih Panuraga.
Galih Panuraga yang sudah mengenal jurus-jurus yang di gunakan oleh Saryoni, tentu mampu dengan cepat melakukan gerakan menghindar dan menangkis serangan itu. Bukan hanya itu, Galih Panuraga langsung menggenjot tubuh ke udara.
"Tebasan Dewa Suci"
Tiga tebasan pedang energi melesat cepat ke arah Saryoni. Kecepatan tiga serangan di di luar dugaan dari Saryoni.
Alhasil dua di antara serangan itu masih mampu di hindari, tetapi satu tebasan pedang terakhir gagal dan bersarang telak di bagian bahu kirinya."Bedebah!! Sialan kau, Galih!!" Umpat Saryoni sambil meringis kesakitan.
"Mau sampai kapan kau berdiam diri, Jaka. Apa menungguku mati, aku pastikan jika kau juga akan mati jika aku mati,"Jaka Waruga langsung menggenggam erat pedang dan bergerak cepat ke arah Saryoni.
"Ah, maafkan aku Tetua. Kita akan menyerangnya bersama-sama,"Jaka Waruga jelas tidak ingin mati di tempat ini, jika dia mati maka semua rencana dan impiannya akan terkubur bersamanya di tempat ini.
Jaka Waruga melesat cepat ke depan menyerang Galih Panuraga, sekaligus memberikan ruang dan waktu untuk Saryoni memulihkan dirinya.
Jaka Waruga jelas menggunakan semua kemampuan dan kekuatannya. Namun, Galih Panuraga masih mampu mengantisipasi setiap serangan yang di buat oleh Jaka Waruga, bahkan dalam waktu singkat, Jaka Waruga puas tubuhnya terluka.
Jaka Waruga mengeram kesal, sekalipun sudah melakukan persiapan jauh-jauh hari dan mematangkan strategi, dia tetap saja kesulitan untuk menaklukkan Kerajaan Sungaisari ini.
"Paman, apa kau pikir kekuatan yang di miliki keraton begitu lemah? Sampai kau begitu yakin akan memenangkan pertandingan ini?" Tanya Galih Panuraga.
Jaka Waruga hanya diam dan bungkam, dia memang tidak begitu memperhitungkan kekuatan yang akan di miliki oleh Galih Panuraga.
"Tidak peduli sekuat apapun kalian, Galih!! Apapun caranya keraton tetap akan jadi milikku," Jaka Waruga buka suara.
Galih Waruga tidak menafik hal itu, karena memang dengan kekuatan yang di bawah oleh Jaka Waruga yang melibatkan dua perguruan besar akan membuatnya memiliki kemungkinan besar menguasai keraton ini.
Di menit kemudian, Jaka Waruga dan Saryoni bergerak bersama menyerang Galih Panuraga.
Kali ini tidak main-main, pertemuan senjata mereka menghasilkan gelombang kekuatan yang besar. Dalam beberapa kali pertemuan saja, mereka sudah sama-sama terlempar jauh ke belakang dan memuntahkan darah segar.
Di antara mereka, Galih Panuraga yang menderita luka paling parah, karena dia di paksa menghadapi dua kekuatan besar secara bersamaan.
"Seandainya aku bisa sedih lebih kuat lagi, maka mereka berdua bukan lawan yang sulit bagiku," gumam Galih Panuraga sambilan merasakan tubuhnya yang sangat sakit.
Meskipun berada di kondisi sedikit lebih baik, tetapi Jaka Waruga dan Saryoni merasakan kecemasan yang besar. Mereka tidak pernah menduga jika kali ini akan mempertaruhkan nyawanya untuk mengunci kemenangan.
"Kita di atas angin, jangan gegabah dan kita akan membunuhnya," ucap Saryoni memberi peringatan kepada Jaka Waruga.
Jaka Waruga menganggukkan kepalanya mengerti. Dia tidak akan mati di tempat ini, itulah pikiran yang ada di kepala Jaka Waruga.
Tidak menunggu waktu lama, mereka kembali terlibat pertarungan. Kali ini terlihat jelas jika Galih Panuraga mulai kehabisan tenaga dalam dan staminanya.
"Kegelapan Menguasai Dunia"
Saryoni memanfaatkan celah yang tercipta, langsung menggunakan kekuatan penuhnya untuk segera menghabisi Galih Panuraga.
Galih Panuraga yang sadar akan hal itu, memutar tubuhnya ke udara dan memusatkan tenaga dalam di pedangnya.
"Kebajikan Menghapus Kegelapan"
Galih Panuraga menggunakan semua sisa kekuatannya untuk menyongsong serangan yang di lakukan oleh Saryoni.
Gelegar!!!
BOM!!!
Ledakan keras memenuhi alun-alun keraton itu, tidak berselang lama Galih Panuraga terlempar jauh ke belakang dengan tubuh memprihatinkan. Tidak lama setelah itu, Galih Panuraga jatuh ke tanah untuk selamanya.
Tepat bersamaan dengan Galih Panuraga yang menghembuskan nafas terakhirnya, Saryoni juga terlena jauh ke belakang.Saryoni sedikit lebih baik dari Galih Panuraga, dia masih bernafas, sekalipun mengalami luka yang parah.Saryoni dengan cepat mengambil posisi duduk bersila berusaha meredam luka dalamnya.Sleshhh!!!"Akhh... "Namun betapa terkejutnya Saryoni saat bilah pedang menusuk punggung belakangnya."Jaka Waruga, apa yang kau lakukan?""Maafkan aku, Saryoni. Kau terlalu berbahaya Saryoni, kau harus di lenyapkan agar tidak menjadi halangan dan batu sandungan untukku di masa depan," ucap Jaka Waruga.Saryoni bak tersambar petir dan tersedak ludahnya sendiri. Jaka Waruga menghianatinya setelah semua bantuan yang telah di berikannya dan pula Perguruan Cakra Dewa."Kau akan menyesal, Jaka. Perguruan Cakra Dewa tidak akan tinggal diam dengan kematianku ini," tegas Saryoni, bersama dengan itu pula mulutnya mengeluarkan darah kehitaman."Itu tidak akan terjadi, karena tidak akan ada yang
Hutan yang menjadi wilayah pertarungan antara Senopati Arya dan Segoro dengan cepat menjadi medan pertarungan untuk menciptakan banyak kerusakan.Dalam waktu singkat, banyak pepohonan mulai tumbang akibat dari serangan salah sasaran dari dua orang tersebut.Hanya dalam hitungan menit, Senopati Arya dan Segoro sudah bertukar belasan serangan yang dahsyat. Kecepatan ke-duanya dalam membangun serangan menunjukkan jika keduanya sudah malang melintang di dunia persilatan dalam waktu yang lama.Senopati Arya dengan aliran pedang lembut mampu memberikan perlawanan sengit dengan Segoro yang lebih pada aliran pedang lentur. Meskipun ke-dua aliran ini di katakan sama, tetapi keduanya saling bertolak belakang satu sama lain.Tring!!!Tring!!!Dua pedang itu bertemu dan menghasilkan dentingan suara yang memekakkan telinga. Tidak ada yang mendominasi serangan dalam rentan waktu yang lama, lebih tepatnya mereka saling bergantian mendominasi pertarungan.Senopati Arya yang memilih konsentrasi tingka
8. Banyu Aji10 tahun sudah berlalu pasca pemberontakan yang di lakukan oleh Jaka Waruga dan kelompoknya. Seorang anak manusia berdiri di tengah tanah lapang sedang memainkan pedang kayu sejak pagi tadi.Anak itu berusia 10 tahun, memiliki fisik yang berisi dan rambut yang panjang. Anak itu bernama Banyu Aji, putra dari mendiang Galih Panuraga yang telah tewas dalam pemberontakan yang di lakukan oleh Jaka Waruga."Banyu, kemarilah," seorang laki-laki paruh baya berambut putih memanggil anak itu.Banyu Aji langsung menghentikan kegiatannya dan berlari ke arah laki-laki paruh baya itu."Iya, kek? Ada apa?" Tanya Banyu Aji.Laki-laki paruh baya itu bernama Whira Bumi, Ketua Perguruan Tirta Kencana. Dia adalah orang yang merawat sosok Banyu Aji sejak bayi setelah di titipkan oleh Sri Pramudita.Whira Bumi ingat betul kala itu ketika waktu menjelang malam, satu kereta kencana datang ke perguruannya."Arya, siapa yang kau bawa?" Tanya Whira Bumi.Senopati Arya melompat dari atas kereta kuda
9. Mewarisi Bakat Yang Hebat Whira Bumi mengelus pucuk rambut Banyu Aji. Selama lima tahun terakhir Banyu Aji terus berlatih di bawah bimbingan langsung Whira Bumi.Selama itu pula Banyu Aji terus menunjukkan perkembangan yang pesat. Bahkan, di usia yang baru mencapainya 10 tahun, Banyu Aji sudah menikah fisik yang berisi layaknya anak usia 15 tahun."Kakek, kenapa kau memanggilku tadi?" Tanya Banyu Aji."Kakek hanya ingin kau istirahat, sudah sejak pagi tadi kau berlatih, apa kau tidak merasa letih?" Whira Bumi balik bertanya.Banyu Aji menggelengkan kepalanya dengan cepat, "Aku tidak merasa letih, aku harus cepat menjadi kuat, agar kakek mau mengajarkanku ilmu yang kakek miliki,"Whira Bumi tersenyum, dia merasa tidak salah mengangkat Banyu Aji menjadi murid dan cucunya. Membesarkan seorang pewaris dari Kerajaan Sungaisari yang saat ini sedang di duduki oleh orang yang serakah adalah sebuah kebanggaan bagi Whira Bumi."Tapi tetap saja kau harus menjaga kesehatanmu itu," ucap Whira
10. Pewaris Pedang Naga IblisPertarungan yang melibatkan Ki Ranang Rupo dan Sayuri Geni itu benar-benar hebat. Bukan hanya menggunakan jurus-jurus tingkat tinggi, tetapi juga dengan Ajian yang meledak-ledak dan hanya beberapa pendekar saja yang memilikinya dan mampu menggunakannya.Beberapa pendekar yang memperhatikan pertarungan dua pendekar sepuh itu sudah kehilangan nyawa dengan mengenaskan."Mau sampai kapan kita terus bertarung, Sayuri? Apa kau ingin lembah ini hancur dan menjadi cekungan raksasa?" Tanya Ki Ranang Rupo.Sayuri Geni tersenyum tipis, dia yang bertindak sebagai seorang Biksu memang paling menghindari pertarungan yang akan mencipta kerusakan dan kehancuran, tetapi kali ini posisinya sedikit berbeda. Jika Pedang Naga Iblis itu jatuh ke tangan yang salah, maka dunia akan dalam kehancuran.Sayuri Geni tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama, yaitu memilih bersikap netral sama seperti saat terjadi peperangan antara Galih Panuraga dan Jaka Waruga yang akhirnya di mena
11. Keputusan Perguruan Tirta Kencana Whira Bumi yang melihat kemunculan Naga Iblis Merah itu tertegun. Dia tidak pernah menduga jika dirinya akan menyaksikan di mana ruh Naga Iblis Merah yang bersemayam di sebilah pusaka itu akhirnya bangkit. Tidak ada yang tidak mengetahui tentang kehebatan pusaka itu, Pedang Naga Iblis adalah satu di antara Pusaka Tanpa Tanding yang ada di dunia persilatan. Setiap yang memiliki pusaka itu niscaya akan menjadikan dirinya tanpa tanding dan menguasai dunia persilatan."Rangga, pastikan semua murid yang masuk ke dalam hutan mencari kayu bakar telah kembali, entah kenapa firasatku buruk," perintah Whira Bumi.Rangga mengangguk pelan, tidak ingin menerima perintah dua kali, Rangga bergegas pergi untuk memastikan semua murid telah kembali.Whira Bumi menghela nafas dengan pelan, entah mengapa ada sesuatu yang mengganjal hatinya."Guru Surya Bumi, apa ini yang kau katakan dahulu, jika gonjang-ganjing dunia persilatan akan terjadi di masa depan," Salah s
12. Tato NagaSetelah mempertimbangkan semuannya secara matang, Banyu Aji akhir memilih untuk kembali menyentuh gagang pedang itu. Berbeda dari sebelumnya, kali ini dia hanya merasakan energi berkumpul besar mengalir ke dalam tubuhnya.Dengan sekuat tenaga, Banyu Aji mencabut pedang itu. Bersamaan dengan itu bumi bergetar hebat. Pedang itu berputar di udara, sebelum masuk ke dalam tubuh Banyu Aji. Bersama dengan itu pula tubuh Banyu Aji terbang dan berputar di atas udara.Tubuh Banyu Aji terasa begitu panas, saat energi api masuk ke dalam tubuhnya. Energi itu seolah mengatur ulang dan membersihkan seluruh organ dalam Banyu Aji, agar mampu menerima energi api yang di berikan oleh Pedang Naga Iblis ini. Aliran darah Banyu Aji menjadi lebih lancar, serta tulang belakangnya menjadi lebih kuat yang akan membuatnya memiliki kekuatan fisik di atas manusia pada umumnya.Proses itu jelas terasa sangat sakit dan menyiksa, Banyu Aji merasakan seluruh tulangnya bak di patah-patahkan, sebelum di
13. Problematika Dunia Persilatan Kedatangan Wakra Buana ke dalam Keraton Kerajaan Sungaisari di sambut hangat oleh Jaka Waruga."Selamat datang di keraton, Ketua. Sudah lama sekali ketua tidak datang berkunjung," sambut Jaka Waruga dengan senyum di wajahnya.Wakra Buana hanya tersenyum, sambutan yang di berikan oleh Jaka Waruga sedikit meredam emosi dan amarahnya. Sambutan yang begitu mewah biasanya hanya di berikan kepada tamu kehormatan keraton.Wakra Buana mengambil posisi duduk di salah satu kursi yang di balut emas itu berhadap-hadapan dengan Jaka Waruga."Ketua, ada keperluan apa ketua datang secara mendadak ke keraton, tidak biasanya," ucap Jaka Waruga."Gusti Prabu tentu sudah tahu maksud kedatanganku kemari mengenai titah dari Gusti... " Wakra Buana tanpa menutupi satu perkara pun menjelaskan jika titah itu sama halnya dengan Jaka Waruga ingin menyingkirkan posisi Kalandia sebagai seorang Mahapatih Agung Keraton Kerajaan Sungaisari.Jaka Waruga yang menderanya menganggukkan
81. Janayo Yang Tangguh Jurenggo menarik nafas panjang, dia jelas paling menyadari jika pertarungan dengan Janayo akan berjalan alot. Tidak ada jaminan untuk dirinya akan memenangkan pertarungan kali ini.Di tambah lagi, Jurenggo tidak mengetahui sekuat apa kemampuan yang di miliki Janayo saat ini."Sial, aku tidak memiliki gambaran seberapa kuat kemampuan yang di miliki oleh Janayo saat ini," umpat Jurenggo.Janayo tersenyum tipis, dia yang sudah lama menghilang dari dunia persilatan jelas akan membuat lawan tidak mengetahui batasan kekuatan yang di milikinya. Hal ini jelas menjadi suatu keuntungan untuknya di dalam pertarungan hidup mati seperti saat ini.Janayo mengalirkan tenaga dalam ke pedangnya, dalam satu tarikan nafas dia sudah berpindah tempat dan melesatkan serangan pembuka kepala Jurenggo.Jurenggo dengan cekatan menyilangkan pedangnya menangkis setiap serangan yang di buat oleh Janayo. Kecepatan hujan serangan yang di buat oleh Janayo masih mampu untuk di imbangi dan di
80. Jurenggo Vs Yudha Wardhana Banyu Aji langsung bergerak cepat menuju gerbang masuk desa Suba. Dia melompat ke bangunan paling tinggi, berusaha untuk melihat apa yang sebenernya terjadi, sehingga perseteruan antar para pendekar berhenti seketika.Banyu Aji dengan cepat dapat menyimpulkan jika perseteruan itu terhenti karena kedatangan sekelompok pendekar yang menggunakan jubah yang sama."Jubah itu milik Tengkorak Iblis, jadi mereka benar-benar ingin menghapus Harimau Putih dengan menggerakkan para pendekar yang mereka miliki sebanyak ini," gumam Banyu Aji.Banyu Aji memilih untuk menjadi penonton, dia tidak ingin terlibat terlalu dalam pada konflik yang sedang terjadi di bawah sana, tentu karena dia tidak tahu apa yang menjadi penyebab terjadinya pertempuran besar itu.***Yudha Wardhana tersenyum tipis, dia tidak ingin meladeni basa-basi Jurenggo lebih jauh, Yudha Wardhana mengalirkan tenaga dalam ke pedangnya, sebelum berpindah tempat ke hadapan Jurenggo.Tebasan dan tusukan ped
79. Tengkorak Iblis Vs Dunia Persilatan Yudha Wardhana dengan cepat dapat melihat kedatangan kelompok Tengkorak Iblis. Dia tersenyum tipis, sejauh ini rencana mereka berjalan dengan baik. Kedatangan pendekat Tengkorak Iblis sesuai dengan perkiraan, tepat ketika suasana desa Suba sedang sangat kacau.Bersama dengan itu pula, Yudha Wardhana memberikan kode kepada rekannya untuk segera memberitahu anggota yang lain, guna melakukan rencana selajutnya. Yaitu, menyebarkan kepada dunia persilatan jika Tengkorak Iblis menggerakkan banyak pendekar untuk menjarah semua hasil lelang yang di adakan Perguruan Harimau Putih."Gusma, jika semua rencanamu berjalan lancar, maka bersiaplah Tengkorak Iblis akan mengalami masalah besar dan dunia persilatan akan melihat Harimau Putih sebagai perguruan besar," gumam Yudha Wardhana.Sementara itu, di desa Suba pertarungan sudah benar-benar pecah. Jurenggo yang baru tiba di buat naik pitam saat salah satu anggotanya membawa berita jika Gelato yang menjadi u
78. Pertempuran di Desa Suba IV"Mundurlah sedikit, tapi jangan terlalu jauh. Karena akan ada bahaya lain yang mengincar dirimu nanti," ucap Banyu Aji sambil bersiap dengan kuda-kuda tarungnya Banyu Aji menarik pedangnya, bergegas menangkis setiap serangan yang di lakukan oleh Lapan. Banyu Aji bukan hanya bertahan, dia juga berbalik menyerang Lapan, bahkan dalam waktu singkat Banyu Aji mendominasi serangan.Lapan tentu tidak terlalu terkejut, mengingat latar belakang Banyu Aji yang merupakan pendekar Perguruan Tirta Kencana tidak mungkin memiliki kemampuan rendahan.Lapan sejak awal pertarungan di mulai langsung menggunakan kemampuan terbaiknya dan berusaha mengakhiri pertarungan dengan singkat. Namun tampaknya hal itu sulit terjadi, karena Banyu Aji bukanlah lawan yang mudah."Kau membuatku kagum, tidak banyak pendekar muda yang memiliki kemampuan seperti dirimu. Tapi sayang, aku harus menghabisimu hari ini... " Kata Lapan.Banyu Aji tertawa dengan pelan, dia tidak ingin terlalu lam
77. Pertempuran Di Desa Suba IIITubuh Rana Jelina berkeringat dingin dan bergetar dengan hebat. Perkataan dari Lapan terngiang-ngiang di kepalanya. Dia jelas tidak pernah rela jika harus mati, akan tetapi lebih tidak rela lagi harus menyerahkan kehormatannya kepada lelaki jelek seperti Lapan.Rana Jelina menarik pedangnya, sekalipun tangannya gemetar dengan hebatnya."Haha, kau ingin memberikan perlawanan? Percuma saja, karena semua itu akan sia-sia... " Ejek Lapan dengan menjilati bibirnya bersiap menerkam Rana Jelina. Di kepalanya jelas sudah tergambar apa yang akan di lewati bersama Rana Jelina.Tubuh Rana Jelina semakin berkeringat dingin. Rasa takut jelas menyelimuti tubuhnya dan hatinya. Tidak pernah terbayangkan jika dia akan mengalami nasib sesial ini, jika saja dia tahu akan berada di posisi seperti saat ini, mungkin dia tidak akan berpikir untuk datang ke desa Suba atau mungkin pula dia akan meminta beberapa orang tetua yang memiliki kekuatan tinggi untuk menjadi pengawalny
76. Pertempuran di Desa Suba IIIRana Jelina yang baru saja keluar dari penginapan tentu merasa sangat terkejut dengan kejadian di desa Suba. Sungguh dia tidak pernah menduga jika sedang terjadi kericuhan hampir di seluruh desa ini."Tetua, apa yang sedang terjadi di desa ini? Di mana para pendekar Harimau Putih? Kenapa tidak ada yang berusaha melerai pertarungan ini?" Tanya Rana Jelina dengan cemas.Tetua itu sama halnya seperti Rana Jelina. Dia pun merasa cukup terkejut melihat situasi di desa Suba. Bahkan dia menemukan beberapa prajuritnya sedang meregang nyawa dengan mengenaskan. Kondisi desa Suba sudah tidak ubahnya seperti area pertempuran. Bangun-bangunan rumah penduduk sudah jebol dan beberapa pula sudah ambruk. "Pendekar Perguruan Cakra Dewa, sepertinya kalian memiliki barang-barang berharga," kata salah seorang dari pendekar yang menggunakan jubah berwarna hitam itu bercorak kepala gagak itu."Lapan, Tetua tertinggi Perguruan Gagak Hitam. Apa maksud perkataanmu itu!!!" Cer
75.Pertempuran Di Desa Suba IISuasana di seluruh penjuru desa benar-benar kacau. Bau anyir darah dengan cepat memenuhi di seluruh penjuru desa. Hampir di setiap tempat terdengar bunyi dua pedang beradu dan teriakan atau jeritan kesakitan dan kematian yang menyayat hati.Desa Suba yang sebelumnya sangat nyaman, sekarang tidak ubahnya lautan mayat manusia yang terus-menerus melakukan pertarungan, sampai mereka mendapatkan apa yang menjadi incarannya itu."Jurang Neraka akan selalu mengingat apa yang sudah kau lakukan Prayogo. Perguruan Bukit Bintang akan merasakan akibat dari kesombonganmu ini," kata Jenata yang murka, karena setengah murid yang di bawahnya meregang nyawa. Yups, mereka semua tewas dalam pertarungan dengan kelompok Prayogo. Satu yang menjadi kesalahan dari Jenata, dia terlalu percaya diri dengan pasukan yang di bawahnya dan nama besar Jurang Neraka sudah lebih dari cukup untuk membungkam banyak lawannya."Aku tidak terlalu peduli, Jenata. Apa kau pikir Jurang Neraka aka
74. Pertempuran Di Desa Suba "Gusma, jika rencana yang kau susun ini berhasil maka Perguruan Tengkorak Iblis akan mendapatkan banyak tamu penting yang mengetuk perguruan mereka setelah ini bukan?" Kata Jaya Wardhana bernada tanya kepada pemuda itu."Benar, Ketua. Para pendekar Tengkorak Iblis sangat terkenal serakah dan arogan, mereka yang berada di bawah lindungan keraton jelas merasa tinggi. Sampai lupa jika keraton bukan ancaman bagi perguruan-perguruan besar persilatan ini," jawab Gusma, tanpa melepas senyum di wajahnya.Gusma Wardhana adalah salah seorang tetua termuda yang di miliki oleh Perguruan Harimau Putih. Namanya mungkin tidak seterkenal Yudha Wardhana di dunia persilatan, karena memang kemampuan utamanya bukan terletak pada ilmu kanuragan dan silatnya, akan tetapi pada kemampuannya dalam meramu siasat, taktik dan strategi untuk menaklukkan lawannya, tanpa harus menguras stamina dan tenaga dalam yang besar.Berkembangnya Perguruan Harimau Putih tentu berkat andil dari Gu
73. Rencana Perguruan Harimau Putih Banyu Aji yang masih berada di desa suba tentu melihat pertarungan antara Ki Ciung Alam dengan Gelato.Dari percakapan keduanya, Banyu Aji dapat menarik kesimpulannya jika Ki Ciung Alam dan Perguruan Pedang Tunggal menaruh rasa benci kepada pemerintahan keraton saat ini. Akan tetapi, dia tentu tidak ingin terlalu cepat menarik kesimpulan karena jika melakukan kesalahan fatal maka semua rencana yang di susunnya akan menjadi sia-sia."Perguruan Pedang Tunggal, sepertinya aku harus berkunjung ke sana. Barulah bisa ku putuskan apakah mereka bisa menjadi sekutu atau tidak nantinya," guman Banyu Aji.Banyu Aji turut menyaksikan pertarungan antara Gelato dan Ki Ciung Alam, dalam beberapa kali pertukaran jurus saja Banyu Aji sudah dapat menebak jika Ki Ciung Alam menang dalam segala hal, akan tetapi lebih kepada menahan diri agar tidak terlalu menarik perhatian para pendekar lainnya.Benar saja, pertarungan di antara mereka di menangkan dengan mudah oleh K