Share

6. Penghianatan Jaka Waruga.

Tepat bersamaan dengan Galih Panuraga yang menghembuskan nafas terakhirnya, Saryoni juga terlena jauh ke belakang.

Saryoni sedikit lebih baik dari Galih Panuraga, dia masih bernafas, sekalipun mengalami luka yang parah.

Saryoni dengan cepat mengambil posisi duduk bersila berusaha meredam luka dalamnya.

Sleshhh!!!

"Akhh... "

Namun betapa terkejutnya Saryoni saat bilah pedang menusuk punggung belakangnya.

"Jaka Waruga, apa yang kau lakukan?"

"Maafkan aku, Saryoni. Kau terlalu berbahaya Saryoni, kau harus di lenyapkan agar tidak menjadi halangan dan batu sandungan untukku di masa depan," ucap Jaka Waruga.

Saryoni bak tersambar petir dan tersedak ludahnya sendiri. Jaka Waruga menghianatinya setelah semua bantuan yang telah di berikannya dan pula Perguruan Cakra Dewa.

"Kau akan menyesal, Jaka. Perguruan Cakra Dewa tidak akan tinggal diam dengan kematianku ini," tegas Saryoni, bersama dengan itu pula mulutnya mengeluarkan darah kehitaman.

"Itu tidak akan terjadi, karena tidak akan ada yang melaporkan jika kau mati di tanganku, Ketua Rangga Reksa hanya tahu kau gugur dalam peperangan," ucap Jaka Waruga, "Kau bisa mati dengan tenang, karena aku akan memberikan banyak sumber daya untuk Perguruan Cakra Dewa ... " 

Sorot mata Saryoni menatap Jaka Waruga dengan penuh kebencanaan, dia tidak pernah menduga jika Jaka Waruga akan menusuknya dari belakang. Apalagi saat ini Saryoni jelas dapat merasakan jika Jaka Waruga sudah membaluri pedangnya itu dengar racun, sehingga kecil kemungkinannya Saryoni akan selamat, sekalipun ada yang berusaha menolongnya.

"Dengarlah sumpahku, Jaka. Akan ada seseorang yang datang dan membunuhmu dengan keji ... Kau tidak akan bertahta dalam waktu yang lama, Jaka!!!" Saryoni bersumpah.

Goarrr!!!

Goarrr!!!

Bersamaan dengan itu pula, halilintar menyambar bumi, petir bergemuruh dengan keras di atas langit, langit seolah mendengar sumpah yang di ucapkan oleh Saryoni.

Jaka Waruga berhasil di buat ketakutan oleh sampah Saryoni. Jaka Waruga dengan cepat menarik pedangnya, sebelum menusukkannya lebih dalam lagi, agar Saryoni segera mati.

"Hanya seorang pengecut yang membunuh temannya sendiri untuk kepentingan ambisinya, hanya sampah yang melakukan sikap seorang pengecut." Setelah itu, Saryoni menghembuskan nafas terakhirnya.

Senyum puas terkambang di wajahnya Jaka Waruga. Apalagi matanya juga menemukan Patih Almatama juga telah gugur.

"Cepat masuk ke dalam, dan temukan Sri Pramudita dan keponakanku, Banyu Aji." Perintah Jaka Waruga kepada orang-orangnya.

Para prajurit yang di berikannya perintah itu langsung bergegas masuk ke dalam keraton. Tidak ada yang menghalangi langkah mereka, karena semua prajurit Keraton Kerajaan Sungaisari sedang di sibukkan dengan lawan mereka masing-masing.

Para prajurit itu langsung menyebar ke segala penjuru mencari keberadaan Sri Pramudita dan Banyu Aji. Namun, setelah melakukan pencarian dan pengeledahan, keberadaan dari Sri Pramudita dan Banyu Aji tidak di temukan di dalam keraton itu.

"Gusti, permaisuri Sri Pramudita dan Pangeran Banyu Aji tidak ada di dalam keraton. Kami sudah menggeledah semua tempat, tapi mereka tetap tidak di temukan... " Lapor prajurit itu.

Plak!!!

Satu tamparan keras mendarat di wajah prajurit itu. Laporan yang di sampaikan prajurit itu tidak membuat Jaka Waruga puas.

"Tidak becus, bagai bisa mereka lolos!!!"

"Mohon ampun, Gusti. Kemungkinan mereka sudah melarikan diri sebelum kita tiba di Keraton... " Ucap prajurit itu sekali lagi, sambil menahan rasa sakitnya.

Jaka Waruga menghela nafasnya dengan berat, dia jelas menjadi sangat khawatir jika keponakan Sri Pramudita berhasil lari bersama Banyu Aji, ketakutannya jelas di masa depan nanti mereka akan kembali untuk merebut apa yang sudah di rebutnya saat ini.

"Bawa prajuritmu, cari mereka ke seluruh penjuru negri, aku ingin mereka di temukan. Kau mengerti!!!" Perintah Jaka Waruga.

"Aku mengerti, Gusti," 

Rasa takut segera menjalar di kepala Jaka Waruga, sumpah yang di ucapkan oleh Saryoni terngiang di kepalanya, dan di tambah ucapan Galih Panuraga tentang suatu hari akan ada orang yang merebut kembali tahtanya.

Jaka Waruga berusaha mengusir rasa khawatir dan takutnya, dia ingin fokus menyelesaikan pertempuran dan peperangan ini.

Pasukan yang di milikinya sudah mengendalikannya pertempuran. Hampir semua kekuatan yang di miliki keraton berhasil di taklukkan. Namun wajah Jaka Waruga mengernyit, saat menyadari tidak adanya Senopati Arya yang terlibat dalam pertempuran dan peperangan.

"Gandrik!!! Aku kecolongan, jadi Senopati Arya yang pergi menjaga Sri Pramudita dan Banyu Aji dalam pelarian!!!" Jaka Waruga menggeram.

Dia sungguh tidak mendapatkan informasi mengenai hal ini dari telik sandinya yang disusupkan di dalam keraton selama beberapa purnama terakhir.

"Aku masih kalah cerdik dari Galih, bisa-bisanya aku tidak mendapatkan informasi mengenai hal ini," Jaka Waruga menggepalkan tangannya.

Jaka Waruga kali ini berkonsentrasi untuk menyelesaikan pertempuran ini dan mendeklarasikan dirinya sebagai Raja baru Kerajaan Sungaisari.

***

"Hiya ... "

Kereta kuda bergerak cepat membelah hutan belantara itu. Di belakang kereta kuda itu terdapat dua kuda lainnya yang mengawal kerata kuda itu.

Tidak jauh dari itu, tiga kuda lainnya bergerak sangat cepat mengejar kereta kuda itu.

Tidak membutuhkan waktu lama, tiga kuda itu sudah berhasil menghadang laju kereta kuda itu.

"Sogara, aku tidak menduga jika selama ini kau telah menghianati Gusti Prabu," ucap Senopati Arya sambil melompat turun dari kereta kuda.

"Haha... Gusti Prabu tidak pernah memberikan apa yang aku inginkan, Arya," balas Segoro, "Sejak lama aku menginginkan posisi Senopati, tapi dia malah memilih dirimu menjadi Senopati setelah Sempat Yuda memilih mundur," tambah Segoro.

"Jadi hanya alasan kedudukan? Kenapa kau tidak berterus terang, Segaro. Aku akan dengan leguwo memberikan posisi Senopati untukmu, bukan dengan cara berkhianat seperti ini," Senopati Arya menggelengkan kepalanya.

Segoro tertawa lepas, "Tidak usah terlalu banyak bicara, Arya. Hari ini aku akan menghabisimu, lengkap dengan Ratu dan pangeran, maka aku akan kembali ke keraton dan mendapatkan posisi Senopati... "

Seorang menarik pedangnya, sebelum menyerang, Segoro memberi perintah kepada dua anak buahnya untuk mengamankan Sri Pramudita dan Banyu Aji.

Namun, belum sempat dua orang itu bergerak ke arah tenda, dua orang lainnya sudah menghadang jalan mereka.

"Segoro, jika melenyapkanmu adalah jalan untuk menyelamatkan Gusti Ratu, maka aku tidak akan pernah menahan diri... "

Senopati Arya melesat maju menyongsong serangan yang di lakukan oleh Segoro. Pertarungan dua orang teman lama itu akhirnya terjadi.

Segoro bertarung dengan hasrat akan kedudukannya di bawah perintah Jaka Waruga, sementara Senopati Arya dengan hasrat kesetiaan pada keluarga Galih Panuraga pewaris sah Kerajaan Sungaisari, serta bukti pengabdian dan sumpah setianya.

Dua kepentingan itu akhirnya menjadikan pertarungan mereka berdua begitu menarik nan seru. Di tambah pula, keduanya sama-sama mengetahui kelebihan dan kekurangan satu sama lainnya.

"Terkadang seseorang yang sangat baikpun, bisa menjadi seorang iblis jika dia mengikuti nafsu dan ambisinya untuk mengejar kedudukan tinggi... "

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status