Tepat bersamaan dengan Galih Panuraga yang menghembuskan nafas terakhirnya, Saryoni juga terlena jauh ke belakang.
Saryoni sedikit lebih baik dari Galih Panuraga, dia masih bernafas, sekalipun mengalami luka yang parah.
Saryoni dengan cepat mengambil posisi duduk bersila berusaha meredam luka dalamnya.
Sleshhh!!!
"Akhh... "
Namun betapa terkejutnya Saryoni saat bilah pedang menusuk punggung belakangnya.
"Jaka Waruga, apa yang kau lakukan?"
"Maafkan aku, Saryoni. Kau terlalu berbahaya Saryoni, kau harus di lenyapkan agar tidak menjadi halangan dan batu sandungan untukku di masa depan," ucap Jaka Waruga.
Saryoni bak tersambar petir dan tersedak ludahnya sendiri. Jaka Waruga menghianatinya setelah semua bantuan yang telah di berikannya dan pula Perguruan Cakra Dewa.
"Kau akan menyesal, Jaka. Perguruan Cakra Dewa tidak akan tinggal diam dengan kematianku ini," tegas Saryoni, bersama dengan itu pula mulutnya mengeluarkan darah kehitaman.
"Itu tidak akan terjadi, karena tidak akan ada yang melaporkan jika kau mati di tanganku, Ketua Rangga Reksa hanya tahu kau gugur dalam peperangan," ucap Jaka Waruga, "Kau bisa mati dengan tenang, karena aku akan memberikan banyak sumber daya untuk Perguruan Cakra Dewa ... "
Sorot mata Saryoni menatap Jaka Waruga dengan penuh kebencanaan, dia tidak pernah menduga jika Jaka Waruga akan menusuknya dari belakang. Apalagi saat ini Saryoni jelas dapat merasakan jika Jaka Waruga sudah membaluri pedangnya itu dengar racun, sehingga kecil kemungkinannya Saryoni akan selamat, sekalipun ada yang berusaha menolongnya.
"Dengarlah sumpahku, Jaka. Akan ada seseorang yang datang dan membunuhmu dengan keji ... Kau tidak akan bertahta dalam waktu yang lama, Jaka!!!" Saryoni bersumpah.
Goarrr!!!
Goarrr!!!
Bersamaan dengan itu pula, halilintar menyambar bumi, petir bergemuruh dengan keras di atas langit, langit seolah mendengar sumpah yang di ucapkan oleh Saryoni.
Jaka Waruga berhasil di buat ketakutan oleh sampah Saryoni. Jaka Waruga dengan cepat menarik pedangnya, sebelum menusukkannya lebih dalam lagi, agar Saryoni segera mati.
"Hanya seorang pengecut yang membunuh temannya sendiri untuk kepentingan ambisinya, hanya sampah yang melakukan sikap seorang pengecut." Setelah itu, Saryoni menghembuskan nafas terakhirnya.
Senyum puas terkambang di wajahnya Jaka Waruga. Apalagi matanya juga menemukan Patih Almatama juga telah gugur.
"Cepat masuk ke dalam, dan temukan Sri Pramudita dan keponakanku, Banyu Aji." Perintah Jaka Waruga kepada orang-orangnya.
Para prajurit yang di berikannya perintah itu langsung bergegas masuk ke dalam keraton. Tidak ada yang menghalangi langkah mereka, karena semua prajurit Keraton Kerajaan Sungaisari sedang di sibukkan dengan lawan mereka masing-masing.
Para prajurit itu langsung menyebar ke segala penjuru mencari keberadaan Sri Pramudita dan Banyu Aji. Namun, setelah melakukan pencarian dan pengeledahan, keberadaan dari Sri Pramudita dan Banyu Aji tidak di temukan di dalam keraton itu.
"Gusti, permaisuri Sri Pramudita dan Pangeran Banyu Aji tidak ada di dalam keraton. Kami sudah menggeledah semua tempat, tapi mereka tetap tidak di temukan... " Lapor prajurit itu.
Plak!!!
Satu tamparan keras mendarat di wajah prajurit itu. Laporan yang di sampaikan prajurit itu tidak membuat Jaka Waruga puas.
"Tidak becus, bagai bisa mereka lolos!!!"
"Mohon ampun, Gusti. Kemungkinan mereka sudah melarikan diri sebelum kita tiba di Keraton... " Ucap prajurit itu sekali lagi, sambil menahan rasa sakitnya.
Jaka Waruga menghela nafasnya dengan berat, dia jelas menjadi sangat khawatir jika keponakan Sri Pramudita berhasil lari bersama Banyu Aji, ketakutannya jelas di masa depan nanti mereka akan kembali untuk merebut apa yang sudah di rebutnya saat ini.
"Bawa prajuritmu, cari mereka ke seluruh penjuru negri, aku ingin mereka di temukan. Kau mengerti!!!" Perintah Jaka Waruga.
"Aku mengerti, Gusti,"
Rasa takut segera menjalar di kepala Jaka Waruga, sumpah yang di ucapkan oleh Saryoni terngiang di kepalanya, dan di tambah ucapan Galih Panuraga tentang suatu hari akan ada orang yang merebut kembali tahtanya.
Jaka Waruga berusaha mengusir rasa khawatir dan takutnya, dia ingin fokus menyelesaikan pertempuran dan peperangan ini.
Pasukan yang di milikinya sudah mengendalikannya pertempuran. Hampir semua kekuatan yang di miliki keraton berhasil di taklukkan. Namun wajah Jaka Waruga mengernyit, saat menyadari tidak adanya Senopati Arya yang terlibat dalam pertempuran dan peperangan.
"Gandrik!!! Aku kecolongan, jadi Senopati Arya yang pergi menjaga Sri Pramudita dan Banyu Aji dalam pelarian!!!" Jaka Waruga menggeram.
Dia sungguh tidak mendapatkan informasi mengenai hal ini dari telik sandinya yang disusupkan di dalam keraton selama beberapa purnama terakhir.
"Aku masih kalah cerdik dari Galih, bisa-bisanya aku tidak mendapatkan informasi mengenai hal ini," Jaka Waruga menggepalkan tangannya.
Jaka Waruga kali ini berkonsentrasi untuk menyelesaikan pertempuran ini dan mendeklarasikan dirinya sebagai Raja baru Kerajaan Sungaisari.
***
"Hiya ... "
Kereta kuda bergerak cepat membelah hutan belantara itu. Di belakang kereta kuda itu terdapat dua kuda lainnya yang mengawal kerata kuda itu.
Tidak jauh dari itu, tiga kuda lainnya bergerak sangat cepat mengejar kereta kuda itu.
Tidak membutuhkan waktu lama, tiga kuda itu sudah berhasil menghadang laju kereta kuda itu.
"Sogara, aku tidak menduga jika selama ini kau telah menghianati Gusti Prabu," ucap Senopati Arya sambil melompat turun dari kereta kuda.
"Haha... Gusti Prabu tidak pernah memberikan apa yang aku inginkan, Arya," balas Segoro, "Sejak lama aku menginginkan posisi Senopati, tapi dia malah memilih dirimu menjadi Senopati setelah Sempat Yuda memilih mundur," tambah Segoro.
"Jadi hanya alasan kedudukan? Kenapa kau tidak berterus terang, Segaro. Aku akan dengan leguwo memberikan posisi Senopati untukmu, bukan dengan cara berkhianat seperti ini," Senopati Arya menggelengkan kepalanya.
Segoro tertawa lepas, "Tidak usah terlalu banyak bicara, Arya. Hari ini aku akan menghabisimu, lengkap dengan Ratu dan pangeran, maka aku akan kembali ke keraton dan mendapatkan posisi Senopati... "
Seorang menarik pedangnya, sebelum menyerang, Segoro memberi perintah kepada dua anak buahnya untuk mengamankan Sri Pramudita dan Banyu Aji.
Namun, belum sempat dua orang itu bergerak ke arah tenda, dua orang lainnya sudah menghadang jalan mereka.
"Segoro, jika melenyapkanmu adalah jalan untuk menyelamatkan Gusti Ratu, maka aku tidak akan pernah menahan diri... "
Senopati Arya melesat maju menyongsong serangan yang di lakukan oleh Segoro. Pertarungan dua orang teman lama itu akhirnya terjadi.
Segoro bertarung dengan hasrat akan kedudukannya di bawah perintah Jaka Waruga, sementara Senopati Arya dengan hasrat kesetiaan pada keluarga Galih Panuraga pewaris sah Kerajaan Sungaisari, serta bukti pengabdian dan sumpah setianya.
Dua kepentingan itu akhirnya menjadikan pertarungan mereka berdua begitu menarik nan seru. Di tambah pula, keduanya sama-sama mengetahui kelebihan dan kekurangan satu sama lainnya.
"Terkadang seseorang yang sangat baikpun, bisa menjadi seorang iblis jika dia mengikuti nafsu dan ambisinya untuk mengejar kedudukan tinggi... "
Hutan yang menjadi wilayah pertarungan antara Senopati Arya dan Segoro dengan cepat menjadi medan pertarungan untuk menciptakan banyak kerusakan.Dalam waktu singkat, banyak pepohonan mulai tumbang akibat dari serangan salah sasaran dari dua orang tersebut.Hanya dalam hitungan menit, Senopati Arya dan Segoro sudah bertukar belasan serangan yang dahsyat. Kecepatan ke-duanya dalam membangun serangan menunjukkan jika keduanya sudah malang melintang di dunia persilatan dalam waktu yang lama.Senopati Arya dengan aliran pedang lembut mampu memberikan perlawanan sengit dengan Segoro yang lebih pada aliran pedang lentur. Meskipun ke-dua aliran ini di katakan sama, tetapi keduanya saling bertolak belakang satu sama lain.Tring!!!Tring!!!Dua pedang itu bertemu dan menghasilkan dentingan suara yang memekakkan telinga. Tidak ada yang mendominasi serangan dalam rentan waktu yang lama, lebih tepatnya mereka saling bergantian mendominasi pertarungan.Senopati Arya yang memilih konsentrasi tingka
8. Banyu Aji10 tahun sudah berlalu pasca pemberontakan yang di lakukan oleh Jaka Waruga dan kelompoknya. Seorang anak manusia berdiri di tengah tanah lapang sedang memainkan pedang kayu sejak pagi tadi.Anak itu berusia 10 tahun, memiliki fisik yang berisi dan rambut yang panjang. Anak itu bernama Banyu Aji, putra dari mendiang Galih Panuraga yang telah tewas dalam pemberontakan yang di lakukan oleh Jaka Waruga."Banyu, kemarilah," seorang laki-laki paruh baya berambut putih memanggil anak itu.Banyu Aji langsung menghentikan kegiatannya dan berlari ke arah laki-laki paruh baya itu."Iya, kek? Ada apa?" Tanya Banyu Aji.Laki-laki paruh baya itu bernama Whira Bumi, Ketua Perguruan Tirta Kencana. Dia adalah orang yang merawat sosok Banyu Aji sejak bayi setelah di titipkan oleh Sri Pramudita.Whira Bumi ingat betul kala itu ketika waktu menjelang malam, satu kereta kencana datang ke perguruannya."Arya, siapa yang kau bawa?" Tanya Whira Bumi.Senopati Arya melompat dari atas kereta kuda
9. Mewarisi Bakat Yang Hebat Whira Bumi mengelus pucuk rambut Banyu Aji. Selama lima tahun terakhir Banyu Aji terus berlatih di bawah bimbingan langsung Whira Bumi.Selama itu pula Banyu Aji terus menunjukkan perkembangan yang pesat. Bahkan, di usia yang baru mencapainya 10 tahun, Banyu Aji sudah menikah fisik yang berisi layaknya anak usia 15 tahun."Kakek, kenapa kau memanggilku tadi?" Tanya Banyu Aji."Kakek hanya ingin kau istirahat, sudah sejak pagi tadi kau berlatih, apa kau tidak merasa letih?" Whira Bumi balik bertanya.Banyu Aji menggelengkan kepalanya dengan cepat, "Aku tidak merasa letih, aku harus cepat menjadi kuat, agar kakek mau mengajarkanku ilmu yang kakek miliki,"Whira Bumi tersenyum, dia merasa tidak salah mengangkat Banyu Aji menjadi murid dan cucunya. Membesarkan seorang pewaris dari Kerajaan Sungaisari yang saat ini sedang di duduki oleh orang yang serakah adalah sebuah kebanggaan bagi Whira Bumi."Tapi tetap saja kau harus menjaga kesehatanmu itu," ucap Whira
10. Pewaris Pedang Naga IblisPertarungan yang melibatkan Ki Ranang Rupo dan Sayuri Geni itu benar-benar hebat. Bukan hanya menggunakan jurus-jurus tingkat tinggi, tetapi juga dengan Ajian yang meledak-ledak dan hanya beberapa pendekar saja yang memilikinya dan mampu menggunakannya.Beberapa pendekar yang memperhatikan pertarungan dua pendekar sepuh itu sudah kehilangan nyawa dengan mengenaskan."Mau sampai kapan kita terus bertarung, Sayuri? Apa kau ingin lembah ini hancur dan menjadi cekungan raksasa?" Tanya Ki Ranang Rupo.Sayuri Geni tersenyum tipis, dia yang bertindak sebagai seorang Biksu memang paling menghindari pertarungan yang akan mencipta kerusakan dan kehancuran, tetapi kali ini posisinya sedikit berbeda. Jika Pedang Naga Iblis itu jatuh ke tangan yang salah, maka dunia akan dalam kehancuran.Sayuri Geni tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama, yaitu memilih bersikap netral sama seperti saat terjadi peperangan antara Galih Panuraga dan Jaka Waruga yang akhirnya di mena
11. Keputusan Perguruan Tirta Kencana Whira Bumi yang melihat kemunculan Naga Iblis Merah itu tertegun. Dia tidak pernah menduga jika dirinya akan menyaksikan di mana ruh Naga Iblis Merah yang bersemayam di sebilah pusaka itu akhirnya bangkit. Tidak ada yang tidak mengetahui tentang kehebatan pusaka itu, Pedang Naga Iblis adalah satu di antara Pusaka Tanpa Tanding yang ada di dunia persilatan. Setiap yang memiliki pusaka itu niscaya akan menjadikan dirinya tanpa tanding dan menguasai dunia persilatan."Rangga, pastikan semua murid yang masuk ke dalam hutan mencari kayu bakar telah kembali, entah kenapa firasatku buruk," perintah Whira Bumi.Rangga mengangguk pelan, tidak ingin menerima perintah dua kali, Rangga bergegas pergi untuk memastikan semua murid telah kembali.Whira Bumi menghela nafas dengan pelan, entah mengapa ada sesuatu yang mengganjal hatinya."Guru Surya Bumi, apa ini yang kau katakan dahulu, jika gonjang-ganjing dunia persilatan akan terjadi di masa depan," Salah s
Banyu Aji adalah putra pertama dari pasangan Prabu Galih Panuraga dan Sri Pramudita.Kelahiran sosok Banyu Aji di ramalkan akan membawa kejayaan dan kemakmuran di seluruh penjuru negeri. Bahkan salah seorang tabib yang memeriksa tubuh Banyu Aji ketika baru lahir di buat begitu terkejut, karena sosok ini memiliki tubuh spesial dan di takdirkan menjadi seorang pendekar yang tangguh dan perkasa di masa depan nantinya."Anakmu sangat berbakat Gusti Prabu... " Ucap tabib itu.Galih Panuraga tersenyum, dirinya dibelah menemukan sosok yang akan menjadi penerusnya di masa, putra pertamanya, BANYU AJI.Kelahiran Banyu Aji semakin membuat kebahagiaan keluarganya semakin lengkap, dia akan bertekad mencarikan guru yang hebat untuk mendidik Banyu Aji menjadi sosok pendekar yang tangguh dan di takuti lawan nan di segani oleh kawan.Perkembangan Banyu Aji bisa di katakan sangat luar biasa, di usianya yang ketiga bulan saja dia sudah mampu berjalan seorang diri, seolah kembali menunjukkan jika diriny
"Patih apakah semua pasukan sudah siap?" Tanya Galih Panuraga yang sudah siap dengan jubah tempurnya dan pusaka kebanggaannya yang menjadi saksi pengembaraannya saat muda dulu."Semua prajurit sudah siap gusti, hanya tinggal menunggu perintah dari Gusti Prabu," jawab Patih Almatama.Galih Panuraga mengangguk pelan, dia sudah sedikit lega karena Sri Pramudita dan putranya Banyu Aji sudah bergerak meninggalkan keraton menuju salah satu Perguruan Silat."Dengarkan aku, pemberontakan yang di lakukan Jaka Waruga adalah penghinaan nama besar Kerajaan Sungaisari. Mereka harus mendapatkan hukuman atas tindakan mereka ini, jika sudah berani datang ke Kotaraja, maka tidak ada tempat untuk mereka kembali, kecuali kematian... " Galih Panuraga orasi membakar semangat tempur prajuritnya.Semangat prajurit menggelora mendengar orasi dari Galih Panuraga. Mereka jelas terbakar semangatnya, menyaksikan semangat raja mereka yang juga akan turun ke medan tempur. Atas nama kehormatan Kerajaan Sungaisari d
ka Waruga harus menelan dalam-dalam ludahnya karena terlalu meremehkan Galih Panuraga. "Apa paman pikir selama ini aku tidak pernah lagi melatih kemampuanku? Kau salah paman, aku sudah memperhitungkan jika suatu hari nanti akan terjadi pemberontakan, tapi aku tidak pernah menduga jika pemberontakan itu di lakukan oleh orang yang sudah ku tolong dan ku berikan posisi Adipati," ucap Galih Panuraga."Haha kau terlalu mudah memberikan kepercayaan kepada orang lain, Galih. Tanpa kau sadari jika orang lain itu tidak akan puas dengan posisi yang telah kau berikan, bagiku menjadi Raja Kerajaan Sungaisari adalah puncak impianku selama ini," balas Jaka Waruga.Galih Panuraga menggeleng pelan, sebenarnya Galih masih memiliki belas kasih kepada Jaka Waruga, jika dia berhasil memenangkan pertempuran ini, Galih Parunurga hanya ingin memasukkan Jaka Waruga ke penjara tahanan bawah tanah, tetapi setelah melihat ambisi besarnya, membuat Galih Panuraga berubah pikiran."Maaf paman, aku tidak bisa memb