Tepat bersamaan dengan Galih Panuraga yang menghembuskan nafas terakhirnya, Saryoni juga terlena jauh ke belakang.
Saryoni sedikit lebih baik dari Galih Panuraga, dia masih bernafas, sekalipun mengalami luka yang parah.
Saryoni dengan cepat mengambil posisi duduk bersila berusaha meredam luka dalamnya.
Sleshhh!!!
"Akhh... "
Namun betapa terkejutnya Saryoni saat bilah pedang menusuk punggung belakangnya.
"Jaka Waruga, apa yang kau lakukan?"
"Maafkan aku, Saryoni. Kau terlalu berbahaya Saryoni, kau harus di lenyapkan agar tidak menjadi halangan dan batu sandungan untukku di masa depan," ucap Jaka Waruga.
Saryoni bak tersambar petir dan tersedak ludahnya sendiri. Jaka Waruga menghianatinya setelah semua bantuan yang telah di berikannya dan pula Perguruan Cakra Dewa.
"Kau akan menyesal, Jaka. Perguruan Cakra Dewa tidak akan tinggal diam dengan kematianku ini," tegas Saryoni, bersama dengan itu pula mulutnya mengeluarkan darah kehitaman.
"Itu tidak akan terjadi, karena tidak akan ada yang melaporkan jika kau mati di tanganku, Ketua Rangga Reksa hanya tahu kau gugur dalam peperangan," ucap Jaka Waruga, "Kau bisa mati dengan tenang, karena aku akan memberikan banyak sumber daya untuk Perguruan Cakra Dewa ... "
Sorot mata Saryoni menatap Jaka Waruga dengan penuh kebencanaan, dia tidak pernah menduga jika Jaka Waruga akan menusuknya dari belakang. Apalagi saat ini Saryoni jelas dapat merasakan jika Jaka Waruga sudah membaluri pedangnya itu dengar racun, sehingga kecil kemungkinannya Saryoni akan selamat, sekalipun ada yang berusaha menolongnya.
"Dengarlah sumpahku, Jaka. Akan ada seseorang yang datang dan membunuhmu dengan keji ... Kau tidak akan bertahta dalam waktu yang lama, Jaka!!!" Saryoni bersumpah.
Goarrr!!!
Goarrr!!!
Bersamaan dengan itu pula, halilintar menyambar bumi, petir bergemuruh dengan keras di atas langit, langit seolah mendengar sumpah yang di ucapkan oleh Saryoni.
Jaka Waruga berhasil di buat ketakutan oleh sampah Saryoni. Jaka Waruga dengan cepat menarik pedangnya, sebelum menusukkannya lebih dalam lagi, agar Saryoni segera mati.
"Hanya seorang pengecut yang membunuh temannya sendiri untuk kepentingan ambisinya, hanya sampah yang melakukan sikap seorang pengecut." Setelah itu, Saryoni menghembuskan nafas terakhirnya.
Senyum puas terkambang di wajahnya Jaka Waruga. Apalagi matanya juga menemukan Patih Almatama juga telah gugur.
"Cepat masuk ke dalam, dan temukan Sri Pramudita dan keponakanku, Banyu Aji." Perintah Jaka Waruga kepada orang-orangnya.
Para prajurit yang di berikannya perintah itu langsung bergegas masuk ke dalam keraton. Tidak ada yang menghalangi langkah mereka, karena semua prajurit Keraton Kerajaan Sungaisari sedang di sibukkan dengan lawan mereka masing-masing.
Para prajurit itu langsung menyebar ke segala penjuru mencari keberadaan Sri Pramudita dan Banyu Aji. Namun, setelah melakukan pencarian dan pengeledahan, keberadaan dari Sri Pramudita dan Banyu Aji tidak di temukan di dalam keraton itu.
"Gusti, permaisuri Sri Pramudita dan Pangeran Banyu Aji tidak ada di dalam keraton. Kami sudah menggeledah semua tempat, tapi mereka tetap tidak di temukan... " Lapor prajurit itu.
Plak!!!
Satu tamparan keras mendarat di wajah prajurit itu. Laporan yang di sampaikan prajurit itu tidak membuat Jaka Waruga puas.
"Tidak becus, bagai bisa mereka lolos!!!"
"Mohon ampun, Gusti. Kemungkinan mereka sudah melarikan diri sebelum kita tiba di Keraton... " Ucap prajurit itu sekali lagi, sambil menahan rasa sakitnya.
Jaka Waruga menghela nafasnya dengan berat, dia jelas menjadi sangat khawatir jika keponakan Sri Pramudita berhasil lari bersama Banyu Aji, ketakutannya jelas di masa depan nanti mereka akan kembali untuk merebut apa yang sudah di rebutnya saat ini.
"Bawa prajuritmu, cari mereka ke seluruh penjuru negri, aku ingin mereka di temukan. Kau mengerti!!!" Perintah Jaka Waruga.
"Aku mengerti, Gusti,"
Rasa takut segera menjalar di kepala Jaka Waruga, sumpah yang di ucapkan oleh Saryoni terngiang di kepalanya, dan di tambah ucapan Galih Panuraga tentang suatu hari akan ada orang yang merebut kembali tahtanya.
Jaka Waruga berusaha mengusir rasa khawatir dan takutnya, dia ingin fokus menyelesaikan pertempuran dan peperangan ini.
Pasukan yang di milikinya sudah mengendalikannya pertempuran. Hampir semua kekuatan yang di miliki keraton berhasil di taklukkan. Namun wajah Jaka Waruga mengernyit, saat menyadari tidak adanya Senopati Arya yang terlibat dalam pertempuran dan peperangan.
"Gandrik!!! Aku kecolongan, jadi Senopati Arya yang pergi menjaga Sri Pramudita dan Banyu Aji dalam pelarian!!!" Jaka Waruga menggeram.
Dia sungguh tidak mendapatkan informasi mengenai hal ini dari telik sandinya yang disusupkan di dalam keraton selama beberapa purnama terakhir.
"Aku masih kalah cerdik dari Galih, bisa-bisanya aku tidak mendapatkan informasi mengenai hal ini," Jaka Waruga menggepalkan tangannya.
Jaka Waruga kali ini berkonsentrasi untuk menyelesaikan pertempuran ini dan mendeklarasikan dirinya sebagai Raja baru Kerajaan Sungaisari.
***
"Hiya ... "
Kereta kuda bergerak cepat membelah hutan belantara itu. Di belakang kereta kuda itu terdapat dua kuda lainnya yang mengawal kerata kuda itu.
Tidak jauh dari itu, tiga kuda lainnya bergerak sangat cepat mengejar kereta kuda itu.
Tidak membutuhkan waktu lama, tiga kuda itu sudah berhasil menghadang laju kereta kuda itu.
"Sogara, aku tidak menduga jika selama ini kau telah menghianati Gusti Prabu," ucap Senopati Arya sambil melompat turun dari kereta kuda.
"Haha... Gusti Prabu tidak pernah memberikan apa yang aku inginkan, Arya," balas Segoro, "Sejak lama aku menginginkan posisi Senopati, tapi dia malah memilih dirimu menjadi Senopati setelah Sempat Yuda memilih mundur," tambah Segoro.
"Jadi hanya alasan kedudukan? Kenapa kau tidak berterus terang, Segaro. Aku akan dengan leguwo memberikan posisi Senopati untukmu, bukan dengan cara berkhianat seperti ini," Senopati Arya menggelengkan kepalanya.
Segoro tertawa lepas, "Tidak usah terlalu banyak bicara, Arya. Hari ini aku akan menghabisimu, lengkap dengan Ratu dan pangeran, maka aku akan kembali ke keraton dan mendapatkan posisi Senopati... "
Seorang menarik pedangnya, sebelum menyerang, Segoro memberi perintah kepada dua anak buahnya untuk mengamankan Sri Pramudita dan Banyu Aji.
Namun, belum sempat dua orang itu bergerak ke arah tenda, dua orang lainnya sudah menghadang jalan mereka.
"Segoro, jika melenyapkanmu adalah jalan untuk menyelamatkan Gusti Ratu, maka aku tidak akan pernah menahan diri... "
Senopati Arya melesat maju menyongsong serangan yang di lakukan oleh Segoro. Pertarungan dua orang teman lama itu akhirnya terjadi.
Segoro bertarung dengan hasrat akan kedudukannya di bawah perintah Jaka Waruga, sementara Senopati Arya dengan hasrat kesetiaan pada keluarga Galih Panuraga pewaris sah Kerajaan Sungaisari, serta bukti pengabdian dan sumpah setianya.
Dua kepentingan itu akhirnya menjadikan pertarungan mereka berdua begitu menarik nan seru. Di tambah pula, keduanya sama-sama mengetahui kelebihan dan kekurangan satu sama lainnya.
"Terkadang seseorang yang sangat baikpun, bisa menjadi seorang iblis jika dia mengikuti nafsu dan ambisinya untuk mengejar kedudukan tinggi... "
Hutan yang menjadi wilayah pertarungan antara Senopati Arya dan Segoro dengan cepat menjadi medan pertarungan untuk menciptakan banyak kerusakan.Dalam waktu singkat, banyak pepohonan mulai tumbang akibat dari serangan salah sasaran dari dua orang tersebut.Hanya dalam hitungan menit, Senopati Arya dan Segoro sudah bertukar belasan serangan yang dahsyat. Kecepatan ke-duanya dalam membangun serangan menunjukkan jika keduanya sudah malang melintang di dunia persilatan dalam waktu yang lama.Senopati Arya dengan aliran pedang lembut mampu memberikan perlawanan sengit dengan Segoro yang lebih pada aliran pedang lentur. Meskipun ke-dua aliran ini di katakan sama, tetapi keduanya saling bertolak belakang satu sama lain.Tring!!!Tring!!!Dua pedang itu bertemu dan menghasilkan dentingan suara yang memekakkan telinga. Tidak ada yang mendominasi serangan dalam rentan waktu yang lama, lebih tepatnya mereka saling bergantian mendominasi pertarungan.Senopati Arya yang memilih konsentrasi tingka
8. Banyu Aji10 tahun sudah berlalu pasca pemberontakan yang di lakukan oleh Jaka Waruga dan kelompoknya. Seorang anak manusia berdiri di tengah tanah lapang sedang memainkan pedang kayu sejak pagi tadi.Anak itu berusia 10 tahun, memiliki fisik yang berisi dan rambut yang panjang. Anak itu bernama Banyu Aji, putra dari mendiang Galih Panuraga yang telah tewas dalam pemberontakan yang di lakukan oleh Jaka Waruga."Banyu, kemarilah," seorang laki-laki paruh baya berambut putih memanggil anak itu.Banyu Aji langsung menghentikan kegiatannya dan berlari ke arah laki-laki paruh baya itu."Iya, kek? Ada apa?" Tanya Banyu Aji.Laki-laki paruh baya itu bernama Whira Bumi, Ketua Perguruan Tirta Kencana. Dia adalah orang yang merawat sosok Banyu Aji sejak bayi setelah di titipkan oleh Sri Pramudita.Whira Bumi ingat betul kala itu ketika waktu menjelang malam, satu kereta kencana datang ke perguruannya."Arya, siapa yang kau bawa?" Tanya Whira Bumi.Senopati Arya melompat dari atas kereta kuda
9. Mewarisi Bakat Yang Hebat Whira Bumi mengelus pucuk rambut Banyu Aji. Selama lima tahun terakhir Banyu Aji terus berlatih di bawah bimbingan langsung Whira Bumi.Selama itu pula Banyu Aji terus menunjukkan perkembangan yang pesat. Bahkan, di usia yang baru mencapainya 10 tahun, Banyu Aji sudah menikah fisik yang berisi layaknya anak usia 15 tahun."Kakek, kenapa kau memanggilku tadi?" Tanya Banyu Aji."Kakek hanya ingin kau istirahat, sudah sejak pagi tadi kau berlatih, apa kau tidak merasa letih?" Whira Bumi balik bertanya.Banyu Aji menggelengkan kepalanya dengan cepat, "Aku tidak merasa letih, aku harus cepat menjadi kuat, agar kakek mau mengajarkanku ilmu yang kakek miliki,"Whira Bumi tersenyum, dia merasa tidak salah mengangkat Banyu Aji menjadi murid dan cucunya. Membesarkan seorang pewaris dari Kerajaan Sungaisari yang saat ini sedang di duduki oleh orang yang serakah adalah sebuah kebanggaan bagi Whira Bumi."Tapi tetap saja kau harus menjaga kesehatanmu itu," ucap Whira
10. Pewaris Pedang Naga IblisPertarungan yang melibatkan Ki Ranang Rupo dan Sayuri Geni itu benar-benar hebat. Bukan hanya menggunakan jurus-jurus tingkat tinggi, tetapi juga dengan Ajian yang meledak-ledak dan hanya beberapa pendekar saja yang memilikinya dan mampu menggunakannya.Beberapa pendekar yang memperhatikan pertarungan dua pendekar sepuh itu sudah kehilangan nyawa dengan mengenaskan."Mau sampai kapan kita terus bertarung, Sayuri? Apa kau ingin lembah ini hancur dan menjadi cekungan raksasa?" Tanya Ki Ranang Rupo.Sayuri Geni tersenyum tipis, dia yang bertindak sebagai seorang Biksu memang paling menghindari pertarungan yang akan mencipta kerusakan dan kehancuran, tetapi kali ini posisinya sedikit berbeda. Jika Pedang Naga Iblis itu jatuh ke tangan yang salah, maka dunia akan dalam kehancuran.Sayuri Geni tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama, yaitu memilih bersikap netral sama seperti saat terjadi peperangan antara Galih Panuraga dan Jaka Waruga yang akhirnya di mena
11. Keputusan Perguruan Tirta Kencana Whira Bumi yang melihat kemunculan Naga Iblis Merah itu tertegun. Dia tidak pernah menduga jika dirinya akan menyaksikan di mana ruh Naga Iblis Merah yang bersemayam di sebilah pusaka itu akhirnya bangkit. Tidak ada yang tidak mengetahui tentang kehebatan pusaka itu, Pedang Naga Iblis adalah satu di antara Pusaka Tanpa Tanding yang ada di dunia persilatan. Setiap yang memiliki pusaka itu niscaya akan menjadikan dirinya tanpa tanding dan menguasai dunia persilatan."Rangga, pastikan semua murid yang masuk ke dalam hutan mencari kayu bakar telah kembali, entah kenapa firasatku buruk," perintah Whira Bumi.Rangga mengangguk pelan, tidak ingin menerima perintah dua kali, Rangga bergegas pergi untuk memastikan semua murid telah kembali.Whira Bumi menghela nafas dengan pelan, entah mengapa ada sesuatu yang mengganjal hatinya."Guru Surya Bumi, apa ini yang kau katakan dahulu, jika gonjang-ganjing dunia persilatan akan terjadi di masa depan," Salah s
12. Tato NagaSetelah mempertimbangkan semuannya secara matang, Banyu Aji akhir memilih untuk kembali menyentuh gagang pedang itu. Berbeda dari sebelumnya, kali ini dia hanya merasakan energi berkumpul besar mengalir ke dalam tubuhnya.Dengan sekuat tenaga, Banyu Aji mencabut pedang itu. Bersamaan dengan itu bumi bergetar hebat. Pedang itu berputar di udara, sebelum masuk ke dalam tubuh Banyu Aji. Bersama dengan itu pula tubuh Banyu Aji terbang dan berputar di atas udara.Tubuh Banyu Aji terasa begitu panas, saat energi api masuk ke dalam tubuhnya. Energi itu seolah mengatur ulang dan membersihkan seluruh organ dalam Banyu Aji, agar mampu menerima energi api yang di berikan oleh Pedang Naga Iblis ini. Aliran darah Banyu Aji menjadi lebih lancar, serta tulang belakangnya menjadi lebih kuat yang akan membuatnya memiliki kekuatan fisik di atas manusia pada umumnya.Proses itu jelas terasa sangat sakit dan menyiksa, Banyu Aji merasakan seluruh tulangnya bak di patah-patahkan, sebelum di
13. Problematika Dunia Persilatan Kedatangan Wakra Buana ke dalam Keraton Kerajaan Sungaisari di sambut hangat oleh Jaka Waruga."Selamat datang di keraton, Ketua. Sudah lama sekali ketua tidak datang berkunjung," sambut Jaka Waruga dengan senyum di wajahnya.Wakra Buana hanya tersenyum, sambutan yang di berikan oleh Jaka Waruga sedikit meredam emosi dan amarahnya. Sambutan yang begitu mewah biasanya hanya di berikan kepada tamu kehormatan keraton.Wakra Buana mengambil posisi duduk di salah satu kursi yang di balut emas itu berhadap-hadapan dengan Jaka Waruga."Ketua, ada keperluan apa ketua datang secara mendadak ke keraton, tidak biasanya," ucap Jaka Waruga."Gusti Prabu tentu sudah tahu maksud kedatanganku kemari mengenai titah dari Gusti... " Wakra Buana tanpa menutupi satu perkara pun menjelaskan jika titah itu sama halnya dengan Jaka Waruga ingin menyingkirkan posisi Kalandia sebagai seorang Mahapatih Agung Keraton Kerajaan Sungaisari.Jaka Waruga yang menderanya menganggukkan
14. Kecurigaan Junggo dan Khawatiran Jaka Waruga Perguruan Tirta Kencana akhirnya benar-benar mendeklarasikan kembalinya mereka ke dunia persilatan. Hal ini membuat nama mereka menjadi bahan perbincangan yang sangat hangat. Apalagi perguruan ini masih berada di bawah kendali Whira Bumi, salah satu pendekar hebat di masanya.Terobosan pertama yang di lakukan oleh Tirta Kencana adalah meringkus para perompak yang berkeliaran di sekitar hutan belantara yang menjadi wilayah berdirinya Perguruan Tirta Kencana, di bawah pimpinan langsung Sejagad Lanang mereka membebaskan banyak penduduk dari perbudakan sindikat penjualan manusia.Dalam waktu singkat, nama Sejagat Lanang dan Tirta Kencana menggaung dan terdengar di telinga masyarakat pada umum. Mereka begitu di puja sebagai pahlawan yang menyelamatkan mereka dari amukan Angkara Murka.Nama Tirta Kencana juga dengan cepat menyeruak masuk ke dalam ruang lingkungan keraton."Perguruan Tirta Kencana? Bukankah mereka sudah tidak ingin bersentuha
81. Janayo Yang Tangguh Jurenggo menarik nafas panjang, dia jelas paling menyadari jika pertarungan dengan Janayo akan berjalan alot. Tidak ada jaminan untuk dirinya akan memenangkan pertarungan kali ini.Di tambah lagi, Jurenggo tidak mengetahui sekuat apa kemampuan yang di miliki Janayo saat ini."Sial, aku tidak memiliki gambaran seberapa kuat kemampuan yang di miliki oleh Janayo saat ini," umpat Jurenggo.Janayo tersenyum tipis, dia yang sudah lama menghilang dari dunia persilatan jelas akan membuat lawan tidak mengetahui batasan kekuatan yang di milikinya. Hal ini jelas menjadi suatu keuntungan untuknya di dalam pertarungan hidup mati seperti saat ini.Janayo mengalirkan tenaga dalam ke pedangnya, dalam satu tarikan nafas dia sudah berpindah tempat dan melesatkan serangan pembuka kepala Jurenggo.Jurenggo dengan cekatan menyilangkan pedangnya menangkis setiap serangan yang di buat oleh Janayo. Kecepatan hujan serangan yang di buat oleh Janayo masih mampu untuk di imbangi dan di
80. Jurenggo Vs Yudha Wardhana Banyu Aji langsung bergerak cepat menuju gerbang masuk desa Suba. Dia melompat ke bangunan paling tinggi, berusaha untuk melihat apa yang sebenernya terjadi, sehingga perseteruan antar para pendekar berhenti seketika.Banyu Aji dengan cepat dapat menyimpulkan jika perseteruan itu terhenti karena kedatangan sekelompok pendekar yang menggunakan jubah yang sama."Jubah itu milik Tengkorak Iblis, jadi mereka benar-benar ingin menghapus Harimau Putih dengan menggerakkan para pendekar yang mereka miliki sebanyak ini," gumam Banyu Aji.Banyu Aji memilih untuk menjadi penonton, dia tidak ingin terlibat terlalu dalam pada konflik yang sedang terjadi di bawah sana, tentu karena dia tidak tahu apa yang menjadi penyebab terjadinya pertempuran besar itu.***Yudha Wardhana tersenyum tipis, dia tidak ingin meladeni basa-basi Jurenggo lebih jauh, Yudha Wardhana mengalirkan tenaga dalam ke pedangnya, sebelum berpindah tempat ke hadapan Jurenggo.Tebasan dan tusukan ped
79. Tengkorak Iblis Vs Dunia Persilatan Yudha Wardhana dengan cepat dapat melihat kedatangan kelompok Tengkorak Iblis. Dia tersenyum tipis, sejauh ini rencana mereka berjalan dengan baik. Kedatangan pendekat Tengkorak Iblis sesuai dengan perkiraan, tepat ketika suasana desa Suba sedang sangat kacau.Bersama dengan itu pula, Yudha Wardhana memberikan kode kepada rekannya untuk segera memberitahu anggota yang lain, guna melakukan rencana selajutnya. Yaitu, menyebarkan kepada dunia persilatan jika Tengkorak Iblis menggerakkan banyak pendekar untuk menjarah semua hasil lelang yang di adakan Perguruan Harimau Putih."Gusma, jika semua rencanamu berjalan lancar, maka bersiaplah Tengkorak Iblis akan mengalami masalah besar dan dunia persilatan akan melihat Harimau Putih sebagai perguruan besar," gumam Yudha Wardhana.Sementara itu, di desa Suba pertarungan sudah benar-benar pecah. Jurenggo yang baru tiba di buat naik pitam saat salah satu anggotanya membawa berita jika Gelato yang menjadi u
78. Pertempuran di Desa Suba IV"Mundurlah sedikit, tapi jangan terlalu jauh. Karena akan ada bahaya lain yang mengincar dirimu nanti," ucap Banyu Aji sambil bersiap dengan kuda-kuda tarungnya Banyu Aji menarik pedangnya, bergegas menangkis setiap serangan yang di lakukan oleh Lapan. Banyu Aji bukan hanya bertahan, dia juga berbalik menyerang Lapan, bahkan dalam waktu singkat Banyu Aji mendominasi serangan.Lapan tentu tidak terlalu terkejut, mengingat latar belakang Banyu Aji yang merupakan pendekar Perguruan Tirta Kencana tidak mungkin memiliki kemampuan rendahan.Lapan sejak awal pertarungan di mulai langsung menggunakan kemampuan terbaiknya dan berusaha mengakhiri pertarungan dengan singkat. Namun tampaknya hal itu sulit terjadi, karena Banyu Aji bukanlah lawan yang mudah."Kau membuatku kagum, tidak banyak pendekar muda yang memiliki kemampuan seperti dirimu. Tapi sayang, aku harus menghabisimu hari ini... " Kata Lapan.Banyu Aji tertawa dengan pelan, dia tidak ingin terlalu lam
77. Pertempuran Di Desa Suba IIITubuh Rana Jelina berkeringat dingin dan bergetar dengan hebat. Perkataan dari Lapan terngiang-ngiang di kepalanya. Dia jelas tidak pernah rela jika harus mati, akan tetapi lebih tidak rela lagi harus menyerahkan kehormatannya kepada lelaki jelek seperti Lapan.Rana Jelina menarik pedangnya, sekalipun tangannya gemetar dengan hebatnya."Haha, kau ingin memberikan perlawanan? Percuma saja, karena semua itu akan sia-sia... " Ejek Lapan dengan menjilati bibirnya bersiap menerkam Rana Jelina. Di kepalanya jelas sudah tergambar apa yang akan di lewati bersama Rana Jelina.Tubuh Rana Jelina semakin berkeringat dingin. Rasa takut jelas menyelimuti tubuhnya dan hatinya. Tidak pernah terbayangkan jika dia akan mengalami nasib sesial ini, jika saja dia tahu akan berada di posisi seperti saat ini, mungkin dia tidak akan berpikir untuk datang ke desa Suba atau mungkin pula dia akan meminta beberapa orang tetua yang memiliki kekuatan tinggi untuk menjadi pengawalny
76. Pertempuran di Desa Suba IIIRana Jelina yang baru saja keluar dari penginapan tentu merasa sangat terkejut dengan kejadian di desa Suba. Sungguh dia tidak pernah menduga jika sedang terjadi kericuhan hampir di seluruh desa ini."Tetua, apa yang sedang terjadi di desa ini? Di mana para pendekar Harimau Putih? Kenapa tidak ada yang berusaha melerai pertarungan ini?" Tanya Rana Jelina dengan cemas.Tetua itu sama halnya seperti Rana Jelina. Dia pun merasa cukup terkejut melihat situasi di desa Suba. Bahkan dia menemukan beberapa prajuritnya sedang meregang nyawa dengan mengenaskan. Kondisi desa Suba sudah tidak ubahnya seperti area pertempuran. Bangun-bangunan rumah penduduk sudah jebol dan beberapa pula sudah ambruk. "Pendekar Perguruan Cakra Dewa, sepertinya kalian memiliki barang-barang berharga," kata salah seorang dari pendekar yang menggunakan jubah berwarna hitam itu bercorak kepala gagak itu."Lapan, Tetua tertinggi Perguruan Gagak Hitam. Apa maksud perkataanmu itu!!!" Cer
75.Pertempuran Di Desa Suba IISuasana di seluruh penjuru desa benar-benar kacau. Bau anyir darah dengan cepat memenuhi di seluruh penjuru desa. Hampir di setiap tempat terdengar bunyi dua pedang beradu dan teriakan atau jeritan kesakitan dan kematian yang menyayat hati.Desa Suba yang sebelumnya sangat nyaman, sekarang tidak ubahnya lautan mayat manusia yang terus-menerus melakukan pertarungan, sampai mereka mendapatkan apa yang menjadi incarannya itu."Jurang Neraka akan selalu mengingat apa yang sudah kau lakukan Prayogo. Perguruan Bukit Bintang akan merasakan akibat dari kesombonganmu ini," kata Jenata yang murka, karena setengah murid yang di bawahnya meregang nyawa. Yups, mereka semua tewas dalam pertarungan dengan kelompok Prayogo. Satu yang menjadi kesalahan dari Jenata, dia terlalu percaya diri dengan pasukan yang di bawahnya dan nama besar Jurang Neraka sudah lebih dari cukup untuk membungkam banyak lawannya."Aku tidak terlalu peduli, Jenata. Apa kau pikir Jurang Neraka aka
74. Pertempuran Di Desa Suba "Gusma, jika rencana yang kau susun ini berhasil maka Perguruan Tengkorak Iblis akan mendapatkan banyak tamu penting yang mengetuk perguruan mereka setelah ini bukan?" Kata Jaya Wardhana bernada tanya kepada pemuda itu."Benar, Ketua. Para pendekar Tengkorak Iblis sangat terkenal serakah dan arogan, mereka yang berada di bawah lindungan keraton jelas merasa tinggi. Sampai lupa jika keraton bukan ancaman bagi perguruan-perguruan besar persilatan ini," jawab Gusma, tanpa melepas senyum di wajahnya.Gusma Wardhana adalah salah seorang tetua termuda yang di miliki oleh Perguruan Harimau Putih. Namanya mungkin tidak seterkenal Yudha Wardhana di dunia persilatan, karena memang kemampuan utamanya bukan terletak pada ilmu kanuragan dan silatnya, akan tetapi pada kemampuannya dalam meramu siasat, taktik dan strategi untuk menaklukkan lawannya, tanpa harus menguras stamina dan tenaga dalam yang besar.Berkembangnya Perguruan Harimau Putih tentu berkat andil dari Gu
73. Rencana Perguruan Harimau Putih Banyu Aji yang masih berada di desa suba tentu melihat pertarungan antara Ki Ciung Alam dengan Gelato.Dari percakapan keduanya, Banyu Aji dapat menarik kesimpulannya jika Ki Ciung Alam dan Perguruan Pedang Tunggal menaruh rasa benci kepada pemerintahan keraton saat ini. Akan tetapi, dia tentu tidak ingin terlalu cepat menarik kesimpulan karena jika melakukan kesalahan fatal maka semua rencana yang di susunnya akan menjadi sia-sia."Perguruan Pedang Tunggal, sepertinya aku harus berkunjung ke sana. Barulah bisa ku putuskan apakah mereka bisa menjadi sekutu atau tidak nantinya," guman Banyu Aji.Banyu Aji turut menyaksikan pertarungan antara Gelato dan Ki Ciung Alam, dalam beberapa kali pertukaran jurus saja Banyu Aji sudah dapat menebak jika Ki Ciung Alam menang dalam segala hal, akan tetapi lebih kepada menahan diri agar tidak terlalu menarik perhatian para pendekar lainnya.Benar saja, pertarungan di antara mereka di menangkan dengan mudah oleh K