13. Problematika Dunia Persilatan Kedatangan Wakra Buana ke dalam Keraton Kerajaan Sungaisari di sambut hangat oleh Jaka Waruga."Selamat datang di keraton, Ketua. Sudah lama sekali ketua tidak datang berkunjung," sambut Jaka Waruga dengan senyum di wajahnya.Wakra Buana hanya tersenyum, sambutan yang di berikan oleh Jaka Waruga sedikit meredam emosi dan amarahnya. Sambutan yang begitu mewah biasanya hanya di berikan kepada tamu kehormatan keraton.Wakra Buana mengambil posisi duduk di salah satu kursi yang di balut emas itu berhadap-hadapan dengan Jaka Waruga."Ketua, ada keperluan apa ketua datang secara mendadak ke keraton, tidak biasanya," ucap Jaka Waruga."Gusti Prabu tentu sudah tahu maksud kedatanganku kemari mengenai titah dari Gusti... " Wakra Buana tanpa menutupi satu perkara pun menjelaskan jika titah itu sama halnya dengan Jaka Waruga ingin menyingkirkan posisi Kalandia sebagai seorang Mahapatih Agung Keraton Kerajaan Sungaisari.Jaka Waruga yang menderanya menganggukkan
14. Kecurigaan Junggo dan Khawatiran Jaka Waruga Perguruan Tirta Kencana akhirnya benar-benar mendeklarasikan kembalinya mereka ke dunia persilatan. Hal ini membuat nama mereka menjadi bahan perbincangan yang sangat hangat. Apalagi perguruan ini masih berada di bawah kendali Whira Bumi, salah satu pendekar hebat di masanya.Terobosan pertama yang di lakukan oleh Tirta Kencana adalah meringkus para perompak yang berkeliaran di sekitar hutan belantara yang menjadi wilayah berdirinya Perguruan Tirta Kencana, di bawah pimpinan langsung Sejagad Lanang mereka membebaskan banyak penduduk dari perbudakan sindikat penjualan manusia.Dalam waktu singkat, nama Sejagat Lanang dan Tirta Kencana menggaung dan terdengar di telinga masyarakat pada umum. Mereka begitu di puja sebagai pahlawan yang menyelamatkan mereka dari amukan Angkara Murka.Nama Tirta Kencana juga dengan cepat menyeruak masuk ke dalam ruang lingkungan keraton."Perguruan Tirta Kencana? Bukankah mereka sudah tidak ingin bersentuha
15. Perjalanan Di Mulai Perguruan Api Suci adalah salah satunya perguruan silat yang menentang pemerintahan Kerajaan Sungaisari di bawah pimpinan Jaka Waruga. Dengan kekuatan dan pengaruh mereka, membuat perguruan ini sulit untuk di sentuh oleh pihak keraton.Sejak beberapa tahun terakhir, mereka berusaha untuk membangun aliansi dengan mengajak banyak perguruan aliran putih untuk berkerja sama menentang Jaka Waruga, karena sudah terlalu zalim.Wirat Agung bahkan sampai turun langsung agar memastikan aliansi ini terbentuk. Wirat Agung juga tidak lupa menyebar beberapa orangnya untuk mencari tahu keberadaan dari putra semata wayangnya Galih Panuraga yang di yakini masih hidup.Mendengar Perguruan Tirta Kencana kembali ke dunia persilatan, membuat Wirat Agung bergerak cepat berkunjung. Selain itu menjalin silaturahmi, Wirat Agung juga berencana mengajak mereka bergabung untuk sama-sama melawan rezim yang berusaha di bangun oleh Jaka Waruga."Mengenai hal itu, kami tidak terlalu memperha
16. Menghadang Utusan Keraton Pasca peristiwa perebutan kekuasaan, Desa Sandayu mengalami banyak perubahan. Desa yang dulu di kenal asri dan tentram, kini telah berubah menjadi desa yang di penuhi kesengsaraan.Banyu Aji merasakan jika para pengemis yang memenuhi jalanan adalah penduduk yang kehilangan pekerjaan akibat pemerintahan yang lalim dan zalim yang di jalankan oleh Jaka Waruga selama ini.Banyu Aji yang melihatnya merasa begitu teriris hatinya, dia sungguh tidak bisa melihat kehidupan seperti ini."Ah, paman," panggil Banyu Aji ketika salah seorang melintas di depannya."Kisanak memanggilku?" Tanya pemuda itu."Benar, paman. Aku hanya ingin bertanya, apa yang terjadi di desa ini? Bukankah menurut cerita desa ini sangat asri dan tentram?" Pemuda itu nampak tidak terlalu terkejut mendengar pertanyaan dari Banyu Aji, seolah dia sudah sering mendengar pertanyaan yang sama seperti yang di lontarkan oleh Banyu Aji."Kisanak tidak salah, dulunya desa kami ini sangat asri dan tentr
17. Menghadang Prajurit Keraton Banyu Aji memang berencana memberikan pelajaran dan teguran keras kepada pihak Keraton agar tidak memenangkan pertarungan tanpa menggunakan pedang. Selain itu, dia juga tidak ingin terlalu menarik perhatian dunia persilatan."Kau terlalu meremehkanku dengan tidak menggunakan pedangmu, aku akan pastikan jika kau akan menyesali tindakanmu ini," ucap panglima itu.Banyu Aji yang mendengarnya hanya tertawa kecil, "Jangan terlalu percaya diri dan jangan terlalu sering membual... "Panglima itu tertawa lepas dan kembali bergerak maju. Ayunan pedangnya dengan cepat menggempur Banyu Aji, panglima itu menggunakan segenap kemampuannya untuk segera mengalahkan Banyu Aji.Panglima itu awalnya sangat percaya diri dengan kemampuan yang di milikinya, Banyu Aji jelas bukan lawan yang sebanding dengannya. Namun, seiring berjalannya waktu dan bertukar beberapa serangan, membuat panglima itu sadar jika Banyu Aji bukan pemuda sembarangan."Siapa kau sebenarnya, dan ada ma
18. NadiraPanglima dan para prajurit menyaksikan Sunojoli meregang nyawa hanya bisa menghela nafas. Mereka jelas sudah kehilangan harapan untuk memenangkan pertarungan, di mana sosok Sunojoli yang mereka tahu memiliki kemampuan tinggi saja takluk."Dengarkan aku, tidak ada jalan untuk kita kembali. Jika ingin selamat, maka habisi dia!!!" Panglima itu menunjuk Banyu Aji, "Aku yakin dia tidak memiliki kekuatan lagi setelah mengalahkan Sunojoli,"Para prajurit yang mendengarnya, langsung menaikkan semangat tempur mereka. Para prajurit itu menarik pedangnya, sesuai dengan perintah dari Panglima tersebut dan bergerak maju menyerang.Banyu Aji yang melihatnya, hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia bergerak maju menyambut kedatangan para prajurit itu. Perbedaan kekuatan di antara mereka membuat Banyu Aji tidak mengalami kesulitan memberikan serangan-serangan telak kepada para prajurit itu.Banyu Aji tanpa belas kasih membabat habis para prajurit itu, para prajurit itu harus gugur dengan s
19. Gagak IblisSetelah keduanya saling mengenal satu sama lain, di tambah keduanya juga sudah menjadi guru dan murid membuat perjalanannya menjadi jauh lebih menyenangkan.Suara semilir angin, di tambah siulan dari kicauan burung membuat suasana terasa begitu asri nan sejuk.Nadira belajar banyak hal tentang seputar dunia persilatan dengan Banyu Aji. Beberapa gerakan dasar sudah mampu di kuasainya, entah itu tendangan ataupun pukulan dasar.Dalam perjalanan itu pula, Banyu Aji selalu memberikan banyak masukan dan pesan tentang jati diri seorang pendekar adalah untuk memegang prinsip keadilan dan memperjuangkan kebenaran."Tetapi kau harus ingat, jika sudah memiliki kemampuan, kau harus menggunakan untuk melindungi orang-orang lemah, bukan untuk memiliki kekuasaan," pesan Banyu Aji.Nadira mengangguk dengan pelan, dia jelas akan selalu mengingat hal itu. Tujuan utamanya belajar silat untuk membela kebenaran, "Aku tidak akan pernah melupakan dual hal itu, keadilan dan kebajikan... "Ba
20. Gagak Iblis IIKedatangan kelompok Gagak Iblis jelas membuat suasana di dalam kedai menjadi memanas. Lelaki berperawakan seram tersenyum licik ke arah Ginggana."Ginggana, jangan terlalu jumawa... Kalian hanya bertiga, sementara kami memiliki jumlah tiga kali lipat lebih banyak," Lelaki itu berseru dengan keras dan lantang."Haha, apakah jumlah menjadi penentu? Aku rasa kau sangat paham, Durgana, jika satu orang pendekar bisa membabat habis 10 orang lawannya jika tidak memiliki kemampuan yang berimbang,"Lelaki yang di panggil Durgana itu melotot dan kepala terasa panas. Perkataan dari Ginggana sudah jelas mengatakan jika dia dan kelompoknya tidak memiliki kekuatan yang memadai untuk memberikan perlawanan."Bedebah!!! Ku bunuh kau!!! Serang!!!"Bersamaan dengan instruksi dari Durgana, segerombolan orang-orang yang menggunakan jubah hitam dan tangan kanan menggenggam pedang menyelinap masuk dan mulai membangun serangan ke arah Ginggana dan dua orang muridnya itu.Pertarungan akhirn
81. Janayo Yang Tangguh Jurenggo menarik nafas panjang, dia jelas paling menyadari jika pertarungan dengan Janayo akan berjalan alot. Tidak ada jaminan untuk dirinya akan memenangkan pertarungan kali ini.Di tambah lagi, Jurenggo tidak mengetahui sekuat apa kemampuan yang di miliki Janayo saat ini."Sial, aku tidak memiliki gambaran seberapa kuat kemampuan yang di miliki oleh Janayo saat ini," umpat Jurenggo.Janayo tersenyum tipis, dia yang sudah lama menghilang dari dunia persilatan jelas akan membuat lawan tidak mengetahui batasan kekuatan yang di milikinya. Hal ini jelas menjadi suatu keuntungan untuknya di dalam pertarungan hidup mati seperti saat ini.Janayo mengalirkan tenaga dalam ke pedangnya, dalam satu tarikan nafas dia sudah berpindah tempat dan melesatkan serangan pembuka kepala Jurenggo.Jurenggo dengan cekatan menyilangkan pedangnya menangkis setiap serangan yang di buat oleh Janayo. Kecepatan hujan serangan yang di buat oleh Janayo masih mampu untuk di imbangi dan di
80. Jurenggo Vs Yudha Wardhana Banyu Aji langsung bergerak cepat menuju gerbang masuk desa Suba. Dia melompat ke bangunan paling tinggi, berusaha untuk melihat apa yang sebenernya terjadi, sehingga perseteruan antar para pendekar berhenti seketika.Banyu Aji dengan cepat dapat menyimpulkan jika perseteruan itu terhenti karena kedatangan sekelompok pendekar yang menggunakan jubah yang sama."Jubah itu milik Tengkorak Iblis, jadi mereka benar-benar ingin menghapus Harimau Putih dengan menggerakkan para pendekar yang mereka miliki sebanyak ini," gumam Banyu Aji.Banyu Aji memilih untuk menjadi penonton, dia tidak ingin terlibat terlalu dalam pada konflik yang sedang terjadi di bawah sana, tentu karena dia tidak tahu apa yang menjadi penyebab terjadinya pertempuran besar itu.***Yudha Wardhana tersenyum tipis, dia tidak ingin meladeni basa-basi Jurenggo lebih jauh, Yudha Wardhana mengalirkan tenaga dalam ke pedangnya, sebelum berpindah tempat ke hadapan Jurenggo.Tebasan dan tusukan ped
79. Tengkorak Iblis Vs Dunia Persilatan Yudha Wardhana dengan cepat dapat melihat kedatangan kelompok Tengkorak Iblis. Dia tersenyum tipis, sejauh ini rencana mereka berjalan dengan baik. Kedatangan pendekat Tengkorak Iblis sesuai dengan perkiraan, tepat ketika suasana desa Suba sedang sangat kacau.Bersama dengan itu pula, Yudha Wardhana memberikan kode kepada rekannya untuk segera memberitahu anggota yang lain, guna melakukan rencana selajutnya. Yaitu, menyebarkan kepada dunia persilatan jika Tengkorak Iblis menggerakkan banyak pendekar untuk menjarah semua hasil lelang yang di adakan Perguruan Harimau Putih."Gusma, jika semua rencanamu berjalan lancar, maka bersiaplah Tengkorak Iblis akan mengalami masalah besar dan dunia persilatan akan melihat Harimau Putih sebagai perguruan besar," gumam Yudha Wardhana.Sementara itu, di desa Suba pertarungan sudah benar-benar pecah. Jurenggo yang baru tiba di buat naik pitam saat salah satu anggotanya membawa berita jika Gelato yang menjadi u
78. Pertempuran di Desa Suba IV"Mundurlah sedikit, tapi jangan terlalu jauh. Karena akan ada bahaya lain yang mengincar dirimu nanti," ucap Banyu Aji sambil bersiap dengan kuda-kuda tarungnya Banyu Aji menarik pedangnya, bergegas menangkis setiap serangan yang di lakukan oleh Lapan. Banyu Aji bukan hanya bertahan, dia juga berbalik menyerang Lapan, bahkan dalam waktu singkat Banyu Aji mendominasi serangan.Lapan tentu tidak terlalu terkejut, mengingat latar belakang Banyu Aji yang merupakan pendekar Perguruan Tirta Kencana tidak mungkin memiliki kemampuan rendahan.Lapan sejak awal pertarungan di mulai langsung menggunakan kemampuan terbaiknya dan berusaha mengakhiri pertarungan dengan singkat. Namun tampaknya hal itu sulit terjadi, karena Banyu Aji bukanlah lawan yang mudah."Kau membuatku kagum, tidak banyak pendekar muda yang memiliki kemampuan seperti dirimu. Tapi sayang, aku harus menghabisimu hari ini... " Kata Lapan.Banyu Aji tertawa dengan pelan, dia tidak ingin terlalu lam
77. Pertempuran Di Desa Suba IIITubuh Rana Jelina berkeringat dingin dan bergetar dengan hebat. Perkataan dari Lapan terngiang-ngiang di kepalanya. Dia jelas tidak pernah rela jika harus mati, akan tetapi lebih tidak rela lagi harus menyerahkan kehormatannya kepada lelaki jelek seperti Lapan.Rana Jelina menarik pedangnya, sekalipun tangannya gemetar dengan hebatnya."Haha, kau ingin memberikan perlawanan? Percuma saja, karena semua itu akan sia-sia... " Ejek Lapan dengan menjilati bibirnya bersiap menerkam Rana Jelina. Di kepalanya jelas sudah tergambar apa yang akan di lewati bersama Rana Jelina.Tubuh Rana Jelina semakin berkeringat dingin. Rasa takut jelas menyelimuti tubuhnya dan hatinya. Tidak pernah terbayangkan jika dia akan mengalami nasib sesial ini, jika saja dia tahu akan berada di posisi seperti saat ini, mungkin dia tidak akan berpikir untuk datang ke desa Suba atau mungkin pula dia akan meminta beberapa orang tetua yang memiliki kekuatan tinggi untuk menjadi pengawalny
76. Pertempuran di Desa Suba IIIRana Jelina yang baru saja keluar dari penginapan tentu merasa sangat terkejut dengan kejadian di desa Suba. Sungguh dia tidak pernah menduga jika sedang terjadi kericuhan hampir di seluruh desa ini."Tetua, apa yang sedang terjadi di desa ini? Di mana para pendekar Harimau Putih? Kenapa tidak ada yang berusaha melerai pertarungan ini?" Tanya Rana Jelina dengan cemas.Tetua itu sama halnya seperti Rana Jelina. Dia pun merasa cukup terkejut melihat situasi di desa Suba. Bahkan dia menemukan beberapa prajuritnya sedang meregang nyawa dengan mengenaskan. Kondisi desa Suba sudah tidak ubahnya seperti area pertempuran. Bangun-bangunan rumah penduduk sudah jebol dan beberapa pula sudah ambruk. "Pendekar Perguruan Cakra Dewa, sepertinya kalian memiliki barang-barang berharga," kata salah seorang dari pendekar yang menggunakan jubah berwarna hitam itu bercorak kepala gagak itu."Lapan, Tetua tertinggi Perguruan Gagak Hitam. Apa maksud perkataanmu itu!!!" Cer
75.Pertempuran Di Desa Suba IISuasana di seluruh penjuru desa benar-benar kacau. Bau anyir darah dengan cepat memenuhi di seluruh penjuru desa. Hampir di setiap tempat terdengar bunyi dua pedang beradu dan teriakan atau jeritan kesakitan dan kematian yang menyayat hati.Desa Suba yang sebelumnya sangat nyaman, sekarang tidak ubahnya lautan mayat manusia yang terus-menerus melakukan pertarungan, sampai mereka mendapatkan apa yang menjadi incarannya itu."Jurang Neraka akan selalu mengingat apa yang sudah kau lakukan Prayogo. Perguruan Bukit Bintang akan merasakan akibat dari kesombonganmu ini," kata Jenata yang murka, karena setengah murid yang di bawahnya meregang nyawa. Yups, mereka semua tewas dalam pertarungan dengan kelompok Prayogo. Satu yang menjadi kesalahan dari Jenata, dia terlalu percaya diri dengan pasukan yang di bawahnya dan nama besar Jurang Neraka sudah lebih dari cukup untuk membungkam banyak lawannya."Aku tidak terlalu peduli, Jenata. Apa kau pikir Jurang Neraka aka
74. Pertempuran Di Desa Suba "Gusma, jika rencana yang kau susun ini berhasil maka Perguruan Tengkorak Iblis akan mendapatkan banyak tamu penting yang mengetuk perguruan mereka setelah ini bukan?" Kata Jaya Wardhana bernada tanya kepada pemuda itu."Benar, Ketua. Para pendekar Tengkorak Iblis sangat terkenal serakah dan arogan, mereka yang berada di bawah lindungan keraton jelas merasa tinggi. Sampai lupa jika keraton bukan ancaman bagi perguruan-perguruan besar persilatan ini," jawab Gusma, tanpa melepas senyum di wajahnya.Gusma Wardhana adalah salah seorang tetua termuda yang di miliki oleh Perguruan Harimau Putih. Namanya mungkin tidak seterkenal Yudha Wardhana di dunia persilatan, karena memang kemampuan utamanya bukan terletak pada ilmu kanuragan dan silatnya, akan tetapi pada kemampuannya dalam meramu siasat, taktik dan strategi untuk menaklukkan lawannya, tanpa harus menguras stamina dan tenaga dalam yang besar.Berkembangnya Perguruan Harimau Putih tentu berkat andil dari Gu
73. Rencana Perguruan Harimau Putih Banyu Aji yang masih berada di desa suba tentu melihat pertarungan antara Ki Ciung Alam dengan Gelato.Dari percakapan keduanya, Banyu Aji dapat menarik kesimpulannya jika Ki Ciung Alam dan Perguruan Pedang Tunggal menaruh rasa benci kepada pemerintahan keraton saat ini. Akan tetapi, dia tentu tidak ingin terlalu cepat menarik kesimpulan karena jika melakukan kesalahan fatal maka semua rencana yang di susunnya akan menjadi sia-sia."Perguruan Pedang Tunggal, sepertinya aku harus berkunjung ke sana. Barulah bisa ku putuskan apakah mereka bisa menjadi sekutu atau tidak nantinya," guman Banyu Aji.Banyu Aji turut menyaksikan pertarungan antara Gelato dan Ki Ciung Alam, dalam beberapa kali pertukaran jurus saja Banyu Aji sudah dapat menebak jika Ki Ciung Alam menang dalam segala hal, akan tetapi lebih kepada menahan diri agar tidak terlalu menarik perhatian para pendekar lainnya.Benar saja, pertarungan di antara mereka di menangkan dengan mudah oleh K