Share

Bab 34

last update Last Updated: 2022-02-20 14:45:27

    Setelah makan malam yang begitu mencekam untuk Reni karena keputusan tanggal pertunangan mereka yang belum ditentukan, Reni dan Arjuna diberikan waktu untuk berdua. Arjuna mengajak Reni untuk ke lantai tiga seperti beberapa waktu yang lalu. Arjuna tau Reni sangat menyukai suasana di lantai tiga. Maka untuk menghilangkan kegugupan Reni, Arjuna mengajaknya ke sana.

Reni menyapu pandang ke hamparan lampu yang terlihat berkelap-kelip. Ia menutup matanya saat angin menerpa wajahnya. Tiba-tiba punggungnya ditutup sesuatu. Reni membuka matanya. Sebuah jaket menutupi punggungnya. Ia menoleh ke arah Arjuna yang sudah berada di sebelahnya.

“Di sini dingin. Nanti kamu masuk angin kalau nggak pakai jaket.” Ujarnya sambil menatap pemandangan di depannya.

“Kamu yakin?” tanya Reni tiba-tiba membuat Arjuna menatap heran ke arahnya.

Arjuna mendekat dan berdiri tepat di samping Reni. “Yakin apa?”

Reni mendengus. Ia t

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Garis Pikat Sang Arsitek   Bab 35

    Pagi-pagi benar Reni sudah keluar dari kamarnya. Mamanya yang sedang menyiapkan sarapan melihatnya dan menghampirinya. Reni segera duduk di ruang tamu dan mengenakan sepatunya.“Kamu mau ke mana? Kok pagi-pagi udah keluar? Ini hari Minggu lho,” seru Mamanya. Takut jika putrinya lupa bahwa ini adalah hari Minggu.“Reni mau ke taman, Ma. Reni nggak lupa kok kalo ini hari Minggu. Reni pengen gambar di sana.” Jawabnya dengan masih berkutat dengan sepatunya.“Kamu nggak sarapan dulu?”“Nanti aja. Keburu siang!” pekiknya kemudian berlari ke luar.Ketika Reni sudah beberapa menit pergi Santi baru ingat sesuatu.“Oh iya, Arjuna kan mau ke sini.” Santi menepuk keningnya merutuki sifat pelupanya.***Reni meletakkan tasnya di sebelahnya. Ia segera duduk di rerumputan dekat lapangan basket mini dan menghadap ke Timur. Matahari baru saja terbit dan Reni segera memind

    Last Updated : 2022-02-21
  • Garis Pikat Sang Arsitek   Bab 36

    Keduanya pulang ke rumah Reni saat matahari sudah tinggi. Ryo yang sedang bersantai di ruang tengah memandangi mereka berdua.“Habis olahraga? Bukannya tadi elo katanya mau gambar di taman, dek?” tanya Ryo pada Reni yang terlihat berkeringat“Tadinya emang ngegambar sih, Kak. Tapi karena ada orang yang meragukan kemampuan gue soal basket, akhirnya gue main basket deh sebentar!” Reni melirik ke arah Arjuna yang terlihat menatapnya tajamRyo yang memahami hal itu hanya tersenyum. “Ya udah, buruan mandi gih! Ditunggu Papa sama Mama di butik langganannya Mama.“Ngapain?” tanya Reni penasaran“Udah, mandi aja dulu.” Ryo melemparkan handuk pada Arjuna. Tanpa banyak kata keduanya mengikuti perintah dari Ryo**Arjuna dan Reni sudah sampai di butik langganan keluarga Lesmana. Sebenarnya Arjuna heran kenapa keduanya diminta ke sini. Tetapi, demi memenuhi keinginan calon mertua

    Last Updated : 2022-02-21
  • Garis Pikat Sang Arsitek   Bab 37

    Reni berlari sekuat tenaga saat sampai di kampus sembari beberapa kali melirik jam di tangannya. Ia lupa bahwa hari ini ada kuliah pagi. Sedangkan tadi pagi ia bermalas-malasan di tempat tidur sampai akhirnya Nadya mengiriminya pesan bahwa hari ini ada kuliah pagi.Sesampainya di depan kelas, Reni berhenti sembari mengatur napasnya. Dengan perlahan, ia membuka pintu kelasnya. Saat sudah terbuka setengahnya, seisi kelas menoleh ke arahnya. Reni semakin tegang saat dosennya berjalan ke arahnya.“Ada keperluan apa?” tanya laki-laki gendut di depannya dengan perawakan sangar.Reni menelan ludah sebelum akhirnya menjawab, “Saya mahasiswi di kelas ini, Pak.”“Lalu kenapa kamu baru datang sekarang? Kelas saya sudah dimulai tiga puluh dua menit yang lalu.” Seru lelaki tersebut dengan wajah menahan amarah. “Silakan kamu masuk saja ke kelas lain yang belum dimulai!”Reni akhirnya mundur. Sang dose

    Last Updated : 2022-02-23
  • Garis Pikat Sang Arsitek   Bab 38

    Pukul sembilan pagi Juna baru saja tiba di ruangannya. Hari ini memang tidak ada janji dengan klien sehingga ia bisa datang lebih siang dari biasanya. Ia segera menyalakan laptopnya sembari mengecek beberapa berkas yang ada di mejanya. Fina sudah memilah-milah berkas tersebut diurut dari yang paling penting. Sedari awal Fina bekerja, Arjuna memang sudah memberitahunya banyak hal. Termasuk salah satunya adalah mengurutkan dokumen dari yang paling penting dan harus segera ditanda tangani. Ia tidak mau sampai kecolongan melewatkan hal penting hanya gara-gara berkasnya ditumpuk begitu saja. Selanjutnya, Juna segera tenggelam ke dalam pekerjaannya. Sembari mendengarkan alunan musik klasik, Juna memeriksa berkas-berkas yang ada di mejanya dengan cepat dan menandatanganinya.Baru satu jam ia berkutat dengan pekerjaannya, tiba-tiba ponselnya berdering keras. Ia segera merogoh saku celananya dan memeriksa apa yang membuat ponsel tersebut berdering. S

    Last Updated : 2022-02-23
  • Garis Pikat Sang Arsitek   Bab 39

    Arjuna menepikan mobilnya di kompleks perumahan yang terlihat sepi. Ia sengaja mencari tempat yang tak ramai agar tak memicu emosinya. Emosi Arjuna mudah terpancing ketika suasanya bising.Reni duduk dengan tegang. Napasnya mulai tak teratur. Padahal ia tak tahu apa yang akan dibicarakan oleh Arjuna. Tetapi entah mengapa ia begitu ketakutan setelah melihat ekspresi Arjuna yang tampak marah tadi.“Kenapa kamu nutup mata?” suara Arjuna memecahkan keheningan.Ternyata tanpa disadari, Reni menutup matanya dengan kuat karena gugup. Ia segera membuka matanya dan menatap Arjuna dengan takut-takut. Tapi, tatapan Arjuna tak setegas tadi. Tatapan Arjuna sudah melunak padanya.“Takut!” seru Reni singkat kemudian mengalihkan pandangannya ke luar. “Kamu tau darimana aku di tempat itu tadi?”Arjuna menghela napas. “Ada seseorang yang mengirim gambar kamu dan cowok itu tadi. Dia juga mengirim lokasi. Meski a

    Last Updated : 2022-02-24
  • Garis Pikat Sang Arsitek   Bab 40

    Setelah Arjuna yang diikuti oleh Reni masuk ke dalam ruangannya, Fina mencak-mencak di tempatnya. Rinda yang sedang asyik menyantap sandwich buatan Mamanya menoleh. "Ngapain lo mencak-mencak gitu?" tanya Rinda seraya menelan potongan terakhir sandwichnya. Fina menghempaskan tubuhnya di kursi. Ia kesal bukan main. "Kenapa sih, Pak Arjuna tuh nggak pernah gitu ngelirik gue sedikit pun? Padahal gue juga selalu ada buat dia." Fina menghela napas panjang. "Padahal juga kenalnya baru sama tuh bocah, tapi yang kayak udah sehidup semati aja!" Rinda menggelengkan kepala. Ia benar-benar tidak habis pikir kenapa temannya ini bisa begitu terobsesi pada atasannya. Padahal sedari awal Rinda bekerja di sini, Arjuna sudah menampakkan sifat aslinya. Ia bukanlah laki-laki yang suka tebar pesona. Ia akan berbicara dan tertawa seperlunya dengan para karyawan, tanpa berniat ingin menunjukkan ketampanannya.

    Last Updated : 2022-02-24
  • Garis Pikat Sang Arsitek   Bab 41

    Hari-hari Reni dan Arjuna sudah semakin sibuk. Orang tua mereka memaksa mereka untuk segera menyiapkan semuanya sebelum Arjuna berangkat ke Makassar dan Reni disibukkan dengan pameran dan tugas akhirnya. Reni dan Arjuna harus bolak-balik ke butik langganan Mama Reni karena desainer mereka masih sedikit bimbang dengan pilihan warnanya. Setelah itu, keduanya dipaksa ke toko perhiasan untuk memilih cincin pertunangan mereka sendiri. Reni sebal ketika memasuki toko perhiasan tersebut karena langsung ditanya, “Mau cincin pernikahan yang seperti apa? Kami siap mendesainkan sesuai keinginan Anda.”Arjuna hanya tertawa melihat ekspresi sebal Reni di depan perempuan yang melayani mereka. Ketika perempuan itu permisi sebentar, Reni berkomat-kamit.“Kamu kenapa sih? Kok sewot banget sama dia?” tanya Arjuna akhirnya.Reni ganti menatap Arjuna kesal. “Ya dia sih, tanyanya kok gitu banget? Bukannya seharusnya ditanya cari perhiasan

    Last Updated : 2022-02-25
  • Garis Pikat Sang Arsitek   Bab 42

    Ketika di jalan pulang, Reni tiba-tiba memekik meminta Arjuna menghentikan mobilnya. "Duh, apa-apaan sih kamu? Mendadak banget kalo minta berhenti?" seru Arjuna gusar. Untung saja jalanan sedang sepi sehingga ia tidak perlu mendapat makian dari orang-orang. Reni langsung turun tanpa berniat menjawab pertanyaan Arjuna. Ia menghampiri seorang pedagang arum manis dan membelinya dengan wajah riang. Reni berlari kecil sembari melompat-lompat saat akan memasuki mobil Arjuna. Arjuna yang melihat tingkah Reni benar-benar tidak habis pikir. Reni adalah satu dari sekian banyak perempuan yang pernah dekat dengan Arjuna. Mereka kebanyakan selalu berusaha terlihat dewasa, elegan, dan anggun. Sementara Reni malah kebalikannya. Arjuna benar-benar heran pada dirinya sendiri yang bisa menyukai gadis ini. "Beli apa?" tanya Arjuna saat Reni masuk ke dalam mobil. "Beli arum maniiiss!!"

    Last Updated : 2022-02-25

Latest chapter

  • Garis Pikat Sang Arsitek   Bab 142

    Reni hampir seminggu berada di indekos Rendi. Selama itu pula hanya Nadya yang datang menemaninya. Arjuna, bahkan orang tuanya tidak ke sini. Ia lupa bahwa ponselnya dipegang oleh Ryo. Pagi ini, suasana hati Reni sudah lebih baik. Walaupun masih ada kekecewaan di hatinya, tetapi ia tak serapuh kemarin-kemarin. Hatinya jauh lebih kuat. "Yakin mau pulang sekarang?" tanya Rendi untuk yang kesekian kalinya. Ia yang paling terlihat khawatir akan kestabilan emosi Reni. Reni mengangguk yakin. Setelah satu minggu 'bertapa' di sini, ia memilih untuk berhenti menghindar dan menghadapi semuanya. Walaupun mungkin itu sangat menyakiti perasaannya, ia tak ingin lari lagi. Akhirnya Rendi memilih ikut ke rumah Reni dengan menjadi sopir mobilnya. Rasa kekhawatirannya benar-benar tidak bisa hilang. Reni mengiyakan saja apabila Rendi mau mengantarnya ke rumah. Sesampainya di depan gerbang rumah, Reni meminta untuk memarkir motornya di luar saja. Dengan langkah perlahan, Reni dite

  • Garis Pikat Sang Arsitek   Bab 142

    Pagi ini, Rendi memilih untuk mencuci motornya setelah setiap hari ia gunakan pulang-pergi ke tempat magang yang lumayan jauh. Beberapa kali memang sempat ia cuci. Akan tetapi, setelah sakit ia jadi malas mencuci motornya. Selagi cuaca cerah, Rendi dengan telaten membersihkan motor kesayangannya. Tak lupa, ia juga menjemur helm yang setiap hari ia pakai agar tidak bau apek. Ketika mengelap motornya agar semakin kinclong, sebuah mobil yang Rendi kenali memasuki halaman indekosnya. Keningnya berkerut tatkala pemilik mobil tak jua keluar. Rendi bergegas menghampiri mobil itu. Ia mengetuk kaca jendela mobil. Butuh waktu beberapa menit sebelum akhirnya kaca jendela itu turun dan menampilkan wajah kalut Reni. "Kamu kenapaaa??" Rendi terkejut bukan main melihat mata sembab Reni. *** Ryo menarik napas sedikit lega ketika membuka pesan di ponsel Reni dan ada salah satu temannya yang didatangi. Bahkan, seseorang bernama Rendi itu berani bertaruh nyawanya apabila Reni

  • Garis Pikat Sang Arsitek   Bab 140

    Ketika terdengar keributan di bawah, Tania memeluk Reni erat. Ia tidak ingin adik iparnya ini semakin sedih. "Dia ngapain ke sini sih, Mbak?" bisik Reni menahan isak tangisnya. Tania mengelus punggung Reni. "Udah, nggak usah dipeduliin. Yang terpenting sekarang adalah kondisi kamu. Sesekali egois itu perlu kok!" Tania terus mendekap Reni. Ia berharap mampu menyalurkan energi positifnya pada Reni, agar kesedihan itu setidaknya berkurang. "Mbak, aku mau ke balkon cari angin!" desis Reni, menghapus sisa-sisa air matanya. "Mau mbak temenin nggak?" tawar Tania. Ternyata Reni menggeleng. "Beneran nggak apa-apa sendiri?" "Nggak apa-apa, Mbak. Sebentar aja!" Reni bangkit dari duduknya. Ia menuju wastafel untuk membasuh wajahnya. Setelah itu ia baru keluar setelah meyakinkan Tania bahwa ia baik-baik saja. Tanpa sepengetahuan Tania, Reni sudah mengantongi kunci mobilnya yang kebetulan terparkir di belakang. Reni berniat kabur dari rumah daripada ia harus meli

  • Garis Pikat Sang Arsitek   Bab 139

    Reni bangun ketika jendela kamarnya terbuka. Matanya perih terkena sinar matahari pagi setelah semalaman menangis. Ternyata papanya yang membuka gorden jendela kamar. "Bangun yuk. Udah siang ini!" Lesmana mendekati putrinya. Ia elus rambut putrinya yang berantakan. Reni masih terbaring di kasurnya. Padahal ia baru saja terbangun, tetapi rasanya melelahkan sekali. Ia seperti merasakan lelah yang tak berkesudahan. "Tuh, ada Tania. Kamu temuin dong!" Lesmana mencoba membuat putrinya bersemangat, walaupun ia tahu hal ini mungkin sia-sia. Reni malah melamun. Matanya terlihat sangat sembab setelah menangis sampai tertidur. Ia bahkan tidak sempat mengganti baju tidurnya. Pikirannya kacau, sangat kacau. *** Arjuna pulang dengan perasaan gelisah. Nada bicara Ryo yang penuh amarah semalam membuatnya kelabakan mencari tiket pesawat saat itu juga. Ia sempat beradu argumen dengan Sandra yang berusaha menahannya. "Palingan cuma masalah sepele!" begitu katanya. Arjuna

  • Garis Pikat Sang Arsitek   Bab 138

    Sepanjang jalan pulang, Reni terdiam. Minimnya cahaya dijadikan tameng untuknya menangis tanpa suara. Reni membuang muka menghadap ke jendela mobil agar tangisnya tak terlihat oleh Ryo. Sementara itu, di sebelahnya Ryo berusaha meredam amarah. Apa yang ia lihat di ponsel Reni tadi benar-benar mengejutkannya. Kenapa keadaan tiba-tiba menjadi begitu pelik untuk Reni lalui? Ini adalah masa-masa Reni membutuhkan kestabilan emosional karena ia harus mengerjakan tugas akhirnya. Tetapi keadaan menghempaskan Reni begitu saja. Sesampainya di rumah, tanpa basa-basi Reni langsung berlari ke lantai dua dan masuk ke kamarnya. Santi dan Lesmana yang sedang kedatangan tamu heran dengan sikap Reni. Ketika Ryo masuk, tatapan Santi penuh tanda tanya. Ryo sendiri memilih tetap di luar. Setelah menghabiskan rokoknya ia menelepon sang istri. "Yang, besok pagi bisa ke rumah nggak? Temenin Reni. Dia lagi ada masalah." ujarnya setelah telepon diangkat oleh Tania. Perempuan itu tidak b

  • Garis Pikat Sang Arsitek   Bab 137

    Reni keluar dari galeri dengan wajah lelah tetapi juga tergambar kegembiraan di sana. Ia sangat gembira bisa magang di tempat gurunya yang mengenalkan dunia fotografi padanya. Tadi ketika acara perpisahan, Aldo bahkan memberikan hadiah pada Rendi dan Reni karena menjadi anak magang yang baik sepanjang masa. "Ini oleh-oleh buat kalian. Karena selama aku nerima anak magang, baru kali ini galeri bisa sangat seramai ini. Bahkan ada pengunjung yang bela-belain ke sini setiap hari cuma kepingin di-guide sama Rendi. Ini benar-benar pencapaian besar. Galeri bakalan sangat kehilangan kalian!" ucapan Aldo membuat semua yang ada di ruangan itu mendadak sedih. Lagi pula, siapa yang suka dengan momen perpisahan? "Mau langsung pulang atau kemana gitu?" tawar Rendi sembari menyerahkan helm pada Reni. Perempuan itu segera mengenakan helm. "Pulang dulu, besok aja main. Inget, kamu masih hutang ngajakin aku makan mie yamin yaa?" Rendi tertawa. Beberapa bulan selama magang ini hariny

  • Garis Pikat Sang Arsitek   Bab 136

    Hari ini adalah hari terakhir Reni magang. Semalam, ia sudah menyelesaikan laporan magangnya selama tiga bulan ini. Nanti sepulang dari tempat magang, Ryo berjanji akan mentraktirnya sebagai hadiah karena Reni berhasil menyelesaikan magang tanpa kendala apapun. Selama magang, Reni memang lebih sering di rumah daripada di apartemen. Ini pun atas titah Mamanya, agar beliau tetap bisa memantau Reni. Santi takut apabila magang Reni memilih tinggal di apartemen, ia malah tidak pulang. "Mama lebay!" desisnya saat itu. Santi tidak peduli apapun perkataan putrinya. Yang terpenting adalah kebaikan Reni sekarang. Santi pun juga sudah mendengar tentang renggangnya hubungan Arjuna dengan putrinya. Andini sempat bercerita ketika keduanya bertemu di salah satu butik langganan mereka. "Aku bener-bener minta maaf lho, Jeng. Karena kesibukan Arjuna bikin Reni jadi merasa terabaikan. Jadinya malah mereka bertengkar." Andini menggenggam tangan Santi. Santi mengangguk mafhum.

  • Garis Pikat Sang Arsitek   Bab 135

    Seharian Sandra hanya marah-marah. Ia kesal karena Arjuna mulai sering tidak fokus dan sering menengok ponselnya, meskipun itu sedang meeting penting dengan kontraktor. Sandra sudah memperingatkannya beberapa kali, tetapi nihil. Arjuna masih saja tidak fokus. "Kamu tuh kenapa sih? Ini kita udah hampir sebulan loh di sini! Kita udah jalanin proyek hampir tiga puluh persen dan kamu mulai sering nggak fokus. Kamu mau ngerusak karir kamu sendiri hah?!" pekik Sandra berapi-api ketika keduanya sampai di rumah. Ia sudah tidak bisa menahan diri karena kali ini Arjuna kehilangan profesionalismenya. "Aku nggak bisa konsen karena akhir-akhir ini Reni sering banget ngilang. Dia jadi super sibuk sampai nggak bisa dihubungi." jawab Arjuna enteng. Sandra mengusap wajahnya kasar. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan pernyataan yang Arjuna lontarkan dengan entengnya barusan. "Jadi profesionalisme kamu hilang gara-gara kamu bucin?" nada bicara Sandra sudah tidak mampu ia kontrol.

  • Garis Pikat Sang Arsitek   Bab 134

    Sepanjang perjalanan menuju galeri, Reni mengunci rapat-rapat mulutnya. Ia tidak mengucapkan apapun setelah badannya dibuat panas dingin oleh Rendi. "Kamu kenapa sih? Sariawan?" tanya Rendi saat motornya berhenti di lampu merah. Rendi mengarahkan spionnya tepat ke wajah Reni. Reni sama sekali tidak mengeluarkan suara. Ia hanya menggeleng pelan. Hal ini membuat Rendi gemas. "Ya udah kalau sariawan, nanti aku beliin mie jontor. Katanya ampih buat bikin sembuh sariawan." ujarnya yang kemudian mendapatkan pelototan dari Reni. Ia tidak peduli dan langsung mengegas motornya saat lampu berubah menjadi hijau. Reni menoyor helm Rendi sampai lelaki itu menunduk cukup dalam. "Aduh, aku lagi nyetir ini, Ren! Nanti kalo nabrak gimana?" omel Rendi seraya mengelus hidungnya yang mencium spidometer motor. "Biarin!" Rendi tertawa. Tiba-tiba muncul ide konyol di pikirannya. "Oh, kamu pengen sehidup semati sama aku? Bilang atuh, Ren!" ujarnya sebelum kemudian memperce

DMCA.com Protection Status