Victor William : Pewaris Tunggal Dari Sebuah Keluarga Mafia

Victor William : Pewaris Tunggal Dari Sebuah Keluarga Mafia

last updateLast Updated : 2024-03-28
By:  Rytíř  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 ratings. 2 reviews
43Chapters
993views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Di hari ulang tahun pernikahannya, Victor menyiapkan cincin sebagai kado untuk istrinya, Emma. Namun sang istri mencampakkan cincin itu di depan Victor, menganggapnya barang palsu. Emma bahkan memamerkan kalung seharga $5.000 yang baru saja dia dapatkan dari seorang pria kaya yang baru saja mentraktirnya makan di sebuah restoran mewah. Sang istri meminta cerai, karena sudah tak tahan hidup mengenaskan bersama suami pecundang sepertinya. Satu hal yang Emma tak tahu, hadiah yang baru saja dia tolak adalah cincin seharga 1 Juta dolar. Begitu mengetahui harga dari cincin itu, sayangnya mereka sudah bercerai. Parahnya, Emma malah mengambil cincin itu tanpa sepengetahuan Victor dan menjualnya kembali. Perselisihan mantan suami istri itu pun mulai memanas dari situ, hingga berujung pada tindakan criminal yang jauh lebih serius, hingga melibatkan banyak mafia berbahaya di Indianapolis.

View More

Latest chapter

Free Preview

001 - Pengantar Piza Yang Tak Bisa Mengantarkan Kebahagiaan

Saat ini musim panas, dan suhu di jalanan yang padat itu sudah mencapai 35,6 derajat (Celcius). Seorang pria mengendari skuter dengan banner sebuah kedai pizza sedang bertugas mengantarkan pesanan.Wajahnya sudah basah oleh keringat, sedikit dekil karena debu jalanan. Namun sekarang dia malah terjebak oleh tumpukan mobil di depan dan belakangnya. Bagaimana pun, pesanan pizza itu harus diantarkan tepat waktu.Ketika dia tiba di lobi sebuah perusahaan farmasi, resepsionis wanita itu tersenyum manis padanya.“Kau terlambat lagi.” Wanita itu diam sesaat untuk melihat jam tangannya. “Ya, 15 detik!” Wanita itu melanjutkan.“Saya tahu saya datang tepat waktu, dan anda sengaja menahanku selama 15 detik,” jawab si pengantar pizza mencoba berdalih.Tiba-tiba, seorang pria berjas hitam rapi lewat. Dia segera mengambil kotak pizza itu dan membawanya ke tempat sampah.“Pergi dari sini. Kami tidak akan membayar pesanan ini,” kata pria tersebut, masih memegang kotak pizza di atas tong sampah.Si pen

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Zoya Dmitrovka
Lanjut, Thor
2024-03-16 07:01:40
2
user avatar
Rytíř
This is shameless author, meninggalkan review untuk buku sendiri. Andai para readers yang budiman menemukan buku ini cukup menarik untuk dibaca, mohon dukungannya dengan meninggalkan review positif dan juga gem, untuk membantu perkembang buku ini. Terima kasih!
2024-03-08 06:41:46
0
43 Chapters

001 - Pengantar Piza Yang Tak Bisa Mengantarkan Kebahagiaan

Saat ini musim panas, dan suhu di jalanan yang padat itu sudah mencapai 35,6 derajat (Celcius). Seorang pria mengendari skuter dengan banner sebuah kedai pizza sedang bertugas mengantarkan pesanan.Wajahnya sudah basah oleh keringat, sedikit dekil karena debu jalanan. Namun sekarang dia malah terjebak oleh tumpukan mobil di depan dan belakangnya. Bagaimana pun, pesanan pizza itu harus diantarkan tepat waktu.Ketika dia tiba di lobi sebuah perusahaan farmasi, resepsionis wanita itu tersenyum manis padanya.“Kau terlambat lagi.” Wanita itu diam sesaat untuk melihat jam tangannya. “Ya, 15 detik!” Wanita itu melanjutkan.“Saya tahu saya datang tepat waktu, dan anda sengaja menahanku selama 15 detik,” jawab si pengantar pizza mencoba berdalih.Tiba-tiba, seorang pria berjas hitam rapi lewat. Dia segera mengambil kotak pizza itu dan membawanya ke tempat sampah.“Pergi dari sini. Kami tidak akan membayar pesanan ini,” kata pria tersebut, masih memegang kotak pizza di atas tong sampah.Si pen
Read more

002 - Barang 1 Juta Dolar Palsu

Emma mendorong Victor menjauh, sehingga dia bisa masuk ke dalam rumah.Victor terdiam, merasa kecewa. Setelah apa yang sudah dia lalui dan persiapkan untuk ulang tahun pernikahan mereka, justru hinaan yang tiba di wajahnya. Meski begitu, ia berusaha menahan diri, karena ia tahu Emma hanya sedang mabuk saat ini.Begitu sampai di dalam, Emma terdiam melihat apa yang telah disiapkan Victor untuknya. Semuanya tampak dipersiapkan dengan sangat sempurna. Tapi entah kenapa, dia justru terlihat jijik.Victor, yang berdiri di belakangnya, tersenyum dengan sebuah kesalahpahaman. Ia tidak sabar menunggu reaksi istrinya, berpikir bahwa Emma pasti sangat terharu dengan kejutan yang ia siapkan.Tanpa Victor sadari, Emma baru saja menghabiskan makan malam bersama pria lain di sebuah restoran mewah. Betapapun baiknya meja itu ditata oleh Victor, Emma tidak bisa membayangkan meja itu sebanding dengan apa yang baru saja dia dapatkan dari pria kaya yang baru saja menemaninya di luar.Dia melihat segala
Read more

003 - Kenapa?

Dia mengumpulkan semuanya dan membawa keluar. Dan di sana dia menemukan seorang wanita tua dari rumah sebelah, yang baru saja membuka pintu dan menyambutnya dengan sapaan hangat. “Apakah kamu baik-baik saja, Victor?” dia bertanya. “Ah, maaf, Bu Greta. Aku pasti mengganggu tidurmu selarut ini,” jawab Victor. “Tidak apa-apa. Terkadang di situlah enaknya hidup bertetangga. Apakah semua baik-baik saja?” “Itu, si Emma! Kami sedang mengadakan pesta ulang tahun pernikahan, dan dia mabuk karena terlalu banyak minum anggur. Tidak ada yang serius sama sekali.” Wanita tua itu hanya mengangguk lembut dan tersenyum. Sebenarnya, dia telah mendengar segalanya dan tahu bahwa Victor hanya berusaha menyembunyikannya. Setelah membuang semuanya ke tempat sampah, Victor kembali menyapa wanita tua itu dan mengucapkan selamat malam. Tapi wanita itu menghentikannya sejenak. “Victor!” “Iya, Bu?” “Wajar jika sebuah keluarga bertengkar sesekali. Tidak ada keluarga tanpa pertengkaran. Kamu hanya perlu m
Read more

004 - Berlian Sintetis Yang Cacat

Victor menarik napas dalam-dalam. Lehernya terlihat membengkak menahan amarah dengan frustasi yang memuncak.“Tuntutanmu tidak masuk akal. Kamulah yang harus mengembalikan mahar yang kuberikan padamu sebelum kita menikah. Karena kamulah yang meminta cerai, kamu wajib mengembalikannya kepadaku. Tapi kamu malah tidak memasukkannya ke dalam dokumen-dokumen ini,” bantah Victor.“Kamu ingin bercerai dan berniat mengeruk hartaku? Oke saja! Aku akan segera membawa masalah ini ke pengadilan!”Victor langsung menuju kamarnya. Dia hanya mencuci muka, lalu menelepon untuk memesan taksi.Dia keluar dari kamar, masih dengan amarah memenuhi hatinya. Langkahnya begitu tegap dan kaku dengan kepalan tangan terkepal. Jika Emma laki-laki, dia pasti akan menghajar wajahnya. Tapi dia masih mampu menahan amarahnya dan masih bisa berbicara dengan tenang dengannya.“Aku sudah memesan taksi! Kita akan menyelesaikan masalah ini secepatnya.”Namun Emma masih berdiri di sana dengan tangan disilangkan di depan da
Read more

005 - Arti Dari Sebuah Nama

Victor segera mengakhiri telepon itu dengan dingin, seakan tak ingin mendengarkan ceramah wanita itu lebih lama lagi. Ketika dia tiba di tempat tujuannya, dia keluar dan tetap membayar sopir taksi itu dua kali lipat meskipun sopir taksi itu tidak berhenti mengoceh di perjalanan. “Semoga harimu menyenangkan,” kata pengemudi dengan ekspresi merendahkan di wajahnya. “Aku harap kau masih memiliki lebih banyak uang untuk menggunakan taksiku di kemudian hari.” Lucas yang kebetulan berdiri di samping Victor kini tertawa mendengar perkataan lelaki tua itu, seolah tahu maksud hinaan tersebut. Victor mengabaikannya dan segera berbalik menuju kantor firma hukum tersebut. Dia tidak tahu berapa lama waktu yang akan dibutuhkan untuk menyelesaikan semuanya. Namun, karena dia dan Emma sudah sepakat untuk bercerai, dia berpikir itu tidak akan terlalu lama. Namun, begitu mereka membawa masalah ini ke hadapan arbitrator, ternyata masalahnya tidak sesederhana yang dipikirkan Victor. Memang benar, ha
Read more

006 - Belum Terbiasa Kaya

Emma tenggelam dalam pikirannya yang dalam, mencoba mencerna kata-kata Lucas. Harus dia akui tadi itu Victor terlihat begitu kelam, murung, dan begitu tak bersemangat saat wanita itu membawanya ke dalam limousine.Namun begitu, dia masih begitu sulit menerima kenyataan kalau Victor adalah seorang gigolo. Dia mungkin menilai Victor rendah, tapi tidak sampai menganggapnya serendah itu juga.Dan sekarang, Lucas malah tak bisa menahan tawanya melihat Emma yang masih kebingungan itu.“Coba pikirkan lagi, apakah ada kemungkinan lain yang masuk akal. Dilihat dari gayanya saja, jelas sekali wanita itu adalah wanita kelas atas yang angkuh dan suka merendahkan orang. Wanita-wanita yang seperti ini kebanyakan belum menikah. Mereka memandang laki-laki lebih sebagai mainan, karena mereka lebih mementingkan karir dan uang. Soal kehangatan di malam hari, mereka bisa membayar seorang gigolo tanpa harus hidup terikat.”Emma tertegun mendengar penjelasan seperti itu. Masalahnya, perkataan Lucas tersebu
Read more

007 - Sebuah Nasihat Sederhana

Victor mencoba mengabaikannya. Tapi setelah dia keluar, dia menahan pintu mobil untuk berbicara dengan Viona sejenak.“Kalau bisa nanti pakai mobil biasa saja. Limousine hanya membuatku menjadi pusat perhatian. Jujur, aku sama sekali tidak nyaman dengan itu.”“Lah, kenapa? Apakah bekerja terlalu lama sebagai pengantar pizza membuatmu tidak nyaman lagi menjadi orang kaya?” tanya Viona dengan sedikit senyum konyol.“Bukan itu! Tapi, Limousine?” bantah Victor tampak tak terima. “Apa perlu menjemputku dengan limousine segala?”“Kenapa tidak? Aku tahu kamu sedang ada urusan perceraian dengan si lampir itu,” jawab Viona berceletuk. “Aku justru menggunakan Limousine ini untuk pamer di depannya, karena aku tahu dia pasti mencampakkanmu dengan memandang rendah dirimu.”“Terserah apapun itu!” Victor mengibaskan tangannya sambil memalingkan wajah. “Aku hanya tidak ingin pergi ke kantor dengan menggunakan Limousine ini lagi.”“Kamu tidak perlu khawatir. Kami telah menyiapkan mobil lain untukmu di
Read more

008 - Kapten Amatir

Tentu Oliver tahu kalau Victor pasti tak senang dengan itu. Tapi dia kemudian menepuk bahunya lagi dengan tersenyum enteng, sebelum benar-benar meninggalkan kamar kecil tersebut.“Sampai jumpa lagi,” ucapnya.“Tentu saja!” balas Victor dengan nada penuh percaya diri.Laki-laki itu kembali terkekeh mendapat balasan seperti itu dari Victor, merasa sangat puas karena berhasil mengejek dan merendahkannya.Dia bahkan mulai memikirkan ide untuk mengejek Victor lagi, nanti saat mereka bertemu lagi, karena dia yakin Victor bekerja di perusahaan itu hanya sebagai seorang office boy yang bisa dia suruh-suruh.Victor tidak begitu tersinggung dengan kata-kata nasihat dari Oliver, karena nasihatnya itu benar. Meski begitu, dia masih sedikit tersinggung dengan cara Oliver mengusapkan tangannya yang basah ke bahunya.Setelah ia selesai bermain-main dengan hand dryer itu, Victor segera menelpon Viona untuk menanyakan arah.[Naik saja lift dan pergi ke lantai paling atas]“Lantai paling atas?”[Ya, la
Read more

009 - Meminta Saran

Namun, ia langsung menahannya, karena takut akan pengaruh besar dari seorang Charles William.Meski begitu, tetap saja ia merasa kesal, karena merasa telah menyia-nyiakan waktunya di perusahaan itu selama 5 tahun ini.“Lima tahun! Kau menyia-nyiakan 5 tahunku dengan memberikan kapal ini kepada seorang kapten amatir yang bahkan…”“Berbicara dengan tema bajak laut sekarang, huh?” Viona memotong kata-katanya. “Jika Anda keberatan, Anda boleh meninggalkan kapal, Tuan Camilo. Dengan senang hati aku akan menyiapkan sekoci untuk membawamu ke pelabuhan terdekat.”Pria bernama Camilo itu kini menggerutu, berusaha menahan amarahnya. Pada akhirnya, dia pun pergi dengan kedua tangan terkepal.“Tidak perlu! Aku tahu ke mana harus pergi!”Setelah menunggu beberapa saat, Viona bertanya pada yang lain apakah masih ada yang ingin keluar dari ruang rapat. Ia bahkan memberikan peringatan kepada mereka yang memutuskan untuk tetap tinggal.“Charles tidak akan keberatan jika ada yang memilih untuk pergi. N
Read more

010 - Ah, sial!

Victor meninggalkan rapat. Tak satu pun dari para eksekutif tersebut yang menyuarakan keberatan mereka. Kecuali Viona yang langsung bergegas menyusul Victor ke ruangan sebelah.“Hei, Victor! Mau ke mana kau?”Victor menjawabnya sambil terus berjalan keluar ruangan dan menuju lift. “Maaf, aku punya masalah yang harus segera aku selesaikan. Jika tidak, Tuan Benigno akan marah kepadaku. Meskipun hanya pemilik toko pizza, ada yang bilang dia punya hubungan dengan mafia.”Namun kemudian, Victor berhenti sejenak setelah dia menyentuh tombol di lift, menyadari bahwa dia tidak punya cukup uang untuk membayar utangnya kepada Tuan Benigno.Dia memiliki dua rekening bank. Satu yang ia gunakan sejak kuliah, yaitu uang yang ia kumpulkan sendiri. Sedangkan rekening bank lainnya merupakan tabungan dari uang yang ia peroleh semata-mata dari ayahnya sejak kecil, William Charles, salah satu pengusaha terkaya di Amerika.Dia telah menyimpan begitu banyak uang karena jarang menggunakannya di masa lalu. N
Read more
DMCA.com Protection Status