Share

(94) Kebaikan Kalil

Author: SyasaRanni
last update Last Updated: 2025-04-04 15:14:42

"Aku cuma teringat kebodohanku dulu," jawab Kalil lalu memutar kunci mobil, menyalakan kendaraan roda empat dan mendiamkannya sejenak sambil berpangku tangan di setir, menatap lurus ke barisan mobil di seberangnya, "andai aku enggak ikuti perkataan dan ajakan Tomi," lanjutnya menghela napas dan mengatur persneling untuk mulai berkendara.

Terdiam Rana mendengarnya, apa ini yang diartikan sebagai suatu penyesalan? Kenapa terasa aneh? Bagi Rana selama ini, penyesalan bekerja dalam duka dan ketakutan, tapi kenapa Kalil terbilang datar dan membentuk perandaian diri di masa lalu?

"Hm ...," deham Rana bingung untuk menanggapi, walau waktu sudah berlalu dan mungkin jawaban Kalil tadi sudah basi bila mengingat posisi mereka kini berada di antara kemacetan, "yang penting kamu sudah sadar, menyesali itu, dan mau berubah jadi lebih baik, kan?"

Hah? Apa?

Terkatup rapat mata dan bibir Rana usai berucap, seolah jika telinga bisa saja ditutupnya tanpa bantuan tangan seperti mata den
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (95) Masa lalu Nifa

    Satu bulan sudah berlalu sejak obrolan antara Kalil dan Rana di meja makan, sudah lebih dari satu bulan juga sejak Rana bertemu dengan Fafa dan membicarakan banyak hal, dan sudah lebih dari satu bulan sejak tawaran berteman diutarakan melalui sambungan telepon. Obrolan serius dan tawaran yang kini sudah tidak membuatnya merasa lelah, tidak ada lagi hasrat menunggu jawaban dari kotak misterius terakhir, justru cenderung berharap agar tidak ada kotak itu dan Fafa melupakan semuanya."Nifa," panggil Rana melongokan kepalanya, memanggil seorang wanita yang pernah amat dipercaya hingga urusan pribadi, wanita yang juga berkhianat demi sejumlah nominal, tapi wanita ini juga yang masih tetap dipercaya untuk urusan pekerjaan, karena sikap profesionalnya yang mampu membatasi urusan pribadi dengan pekerjaan. Walau masih seringkali canggung dan menghindari kontak mata, tapi antara Rana dan wanita ini memiliki kesamaan dalam membatasi urusan di lingkungan kerja."Iya, bu?""Sini," tu

    Last Updated : 2025-04-05
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (96) Jawaban kotak

    Tak pernah dalam hidup Rana dikenalkan arti dari permintaan maaf sesungguhnya, tak pernah pula dalam hidup Rana dikenalkan arti merendah untuk menebus rasa bersalah, atau mungkin hidupnya tak pernah dikenalkan arti dari rasa bersalah yang mendekam di benak. Saling terdiam satu sama lain tanpa mengikat diri dalam kontak mata, rasa bersalah menjalar dalam diri Rana dengan cepat karena mengambil kesimpulan hanya dari cerita Fafa.Di sisi lain, rasa muak dan lelah bersama malu kembali mendekap Nifa dalam kegelapan diri yang telah lama tak datang. Pernyataan tenaga ahli yang berkata bahwa Nifa sudah pulih dari trauma, dan mampu memaafkan keadaan, ternyata tidak dapat membuat semuanya tetap stabil saat hal buruk itu kembali diceritakan."Kamu pucat, ke pusat kesehatan kantor dulu saja," ucap Rana menyadari berkurangnya kesegaran di wajah Nifa, walau terlihat wanita itu hanya diam dan celingak-celinguk, tapi Rana tahu, tangan Nifa sedang bermain di bawah meja untuk menyembunyikan k

    Last Updated : 2025-04-06
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (97) Keputusan Akhir

    Entah.Tidak tahu.Tidak paham.Tidak mengerti.Tidak memahami.Tidak lagi berharap.Tidak ingin melihatnya.Terpejam mata Rana setelah menutup kotak itu perlahan, dan usai ia berteriak memanggil sang suami dengan nama lengkap. Terseok-seok langkah Rana terasa berat untuk sekadar menuju gerbang rumahnya, melihat Kalil yang berlari untuk membuka gembok dan gerbang rumah, "kok sudah pulang? Enggak kasih kabar? Kan bisa aku jemput."Terdiam membisu Rana tanpa sedikitpun melirik ke suaminya, pria yang masih ia pikirkan untuk menerima ke dalam hati, pria yang masih dipertimbangkan untuk tetap bersama dengan membuka hati, dan pria yang sedikit-banyak mengetahui dirinya selama di rumah. Tapi kini, pria itu juga yang sudah mengecewakan bahkan sebelum hati ini dibuka. Lantas, benarkah tidak ada lelaki yang bisa dipercaya?"Kamu ada masalah, Ran?" kata Kalil bertanya setelah terdengar gerbang kembali digembok, langkah cepatnya mengejar sang istri yang terli

    Last Updated : 2025-04-07
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   Rencana lagi dan lagi

    "Ran," panggil sebuah suara dari seorang pria mengetuk pintu kamarnya, "jangan aneh-aneh, Ran. Kamu sudah dua jam di kamar, belum mandi atau makan," lanjut pria itu terdengar khawatir.Kekhawatiran yang haruskah dipertanyakan? Pria yang tinggal seatap dalam jalinan pernikahan, jalinan yang juga dimulai dengan kepalsuan demi tujuan masing-masing dan kesepakatan bermaterai resmi depan notaris, jalinan yang sudah berjalan lebih dari satu tahun tanpa kewajiban dan hak masing-masing sebagaimana suami istri. Kepalsuan macam apa yang bisa bertahan lebih dari satu tahun? Kepalsuan macam apa yang secara aneh penuh kesialan, kini satu persatu kesepakatan dilanggar dengan dalih peduli?"Iya!" serunya menjawab singkat.Dua jam untuk berdebat dengan hati dan pikiran terbilang sangat singkat, bukan? Namun, kenapa dikhawatirkan? Apa yang harus dikhawatirkan?Dua bulan pertama pernikahan, semua berjalan dengan tidak warasnya. Suami dipecat secara tidak hormat bersamaan dengan SP-3, setelah berulang k

    Last Updated : 2025-04-08
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (99) Indekos Den

    [Masa Kini]Rumah susun yang banyak disewakan pemilik atau sekadar dikosongkan untuk investasi, membuat gedung dengan sepuluh lantai itu terlihat seperti indekos tanpa ibu kos. Karena setiap penghuni membayar pada pemilik yang berbeda, walau ada beberapa yang benar-benar dihuni keluarga kecil, tapi kesan bahwa rumah susun itu indekos murah di pusat kota tidak bisa hilang begitu saja."Ini sebenarnya rumah susun yang diperuntukkan pekerja jarak jauh, biar enggak ada yang terlambat lagi, biasalah perusahaan besar pusat kota," ujar seorang pria yang kini berbadan cukup gempal, dengan rambut yang berantakan, "tapi para pemilik yang bisa beli dengan potong gaji, lebih pilih buat kosongkan tempatnya buat investasi atau disewakan jadi indekos," lanjut pria yang kini berusia 27 tahun, dua tahun lebih tua dari sang istri tapi tak jarang lebih kekanakkan dari pada sosok yang seharusnya ia pimpin dan jaga."Iya, tahu kok," jawab sang istri bernama Kirana Zendaya, wanita yang lahir besar sebagai

    Last Updated : 2025-04-09
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (1) Kesepakatan [Revisi]

    Gedung besar dan tinggi di pusat kota terlihat begitu gagah dan berani, seolah saling beradu untuk segera mencakar langit dan menguasai permukaan. Banyaknya gedung hebat pasti tidak terlepas dari aktivitas manusia di dalamnya, begitu pula dengan kehidupan pusat kota yang tidak terlepas dari hiruk-pikuk para pekerja, yang berlomba untuk saling memenuhi kehidupan masing-masing. Ego, nafsu, amarah, keinginan, dan kebutuhan bersatu dalam tujuan hidup setiap insan di muka bumi. Sama halnya dengan dua insan muda yang kini saling bertukar tatap, ekspresi datar dan raut wajah serius cukup menggambarkan situasi di antara keduanya. "Jadi gimana?" tanya seorang wanita memainkan jemarinya di atas meja, sedikit menenangkan diri dengan segala perkiraan yang tidak menakjubkan baginya. Semakin membisu pria di hadapan wanita cantik berambut hitam lebat itu, terkejut dirinya, tidak menyangka dalam pikiran, dan tidak terduga dalam benak akan diajak menikah oleh seorang wanita, hanya karena dirinya cur

    Last Updated : 2024-05-15
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (2) Setelah Pernikahan [Revisi]

    Kegiatan kantor yang cenderung memuakkan terjadi sepanjang hari secara berulang, tidak melewatkan walau hanya satu pekerjaan dan tidak melupakan satu pun kebiasaan selama bekerja. Andai manusia memiliki remot kontrol otomatis berdasar pada aktivitas harian, Rana yakin basis data pada remot kontrolnya pun muak dengan ini semua. Berjalan santai namun penuh ketegasan dalam setiap langkahnya, sesekali tersenyum simpul membalas sapaan sesama karyawan perusahaan. Kenal atau tidak kenal bukan lagi menjadi prioritas bagi Rana saat berada di lingkungan kerjanya, dalam pikir Rana hanya jika orang itu baik maka harus membalasnya dengan perilaku baik dan berlaku untuk hal sebaliknya. "Berkas sudah dibawa semua?" tanya Rana setelah berada di dalam lif menuju lantai bawah tanah untuk ke parkiran. Selepas makan siang, sisa hari yang seringkali menjadi waktu bermalasan bagi sebagian pekerja. Begitu pula dengan seorang wanita cantik yang berdiri di samping Rana, "sudah," jawab wanita yang akrab d

    Last Updated : 2024-05-17
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (3) SP-2 [Revisi]

    "Apa lagi ini?" tanya seorang wanita mendongakkan kepala saat melihat amplop putih terlempar ke meja di hadapannya, "surat peringatan kedua?" tukas wanita itu setelah membaca tulisan di depan amplop. "Entah, sensitif banget itu perusahaan. Padahal kerjaan gue juga tuntas dan aman, gue juga sudah berusaha lebih baik lagi sejak terima SP-1," jawab pria yang melempar amplop putih ke meja, "bicara dong ke bagian HRD atau langsung ke pimpinan, bantu suami lo ini," lanjutnya melihat wanita yang duduk santai di sofa sambil membuka amplop dan membaca isi surat yang ada. Terdiam wanita cantik yang akrab disapa Rana, mengabaikan ujaran pria yang berstatus sebagai suaminya, status dari hasil kesepakatan dengan segala halangan yang menyebalkan. Bergerak pelan netranya dari kiri ke kanan, membaca dengan cermat setiap huruf terangkai di surat, "bodoh," ucap Rana meletakkan lagi surat itu ke meja sambil menatap kesal suaminya. "Siapa yang bodoh? Gue? Aneh saja lo! Yang penting kan gue sudah selesa

    Last Updated : 2024-05-20

Latest chapter

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (99) Indekos Den

    [Masa Kini]Rumah susun yang banyak disewakan pemilik atau sekadar dikosongkan untuk investasi, membuat gedung dengan sepuluh lantai itu terlihat seperti indekos tanpa ibu kos. Karena setiap penghuni membayar pada pemilik yang berbeda, walau ada beberapa yang benar-benar dihuni keluarga kecil, tapi kesan bahwa rumah susun itu indekos murah di pusat kota tidak bisa hilang begitu saja."Ini sebenarnya rumah susun yang diperuntukkan pekerja jarak jauh, biar enggak ada yang terlambat lagi, biasalah perusahaan besar pusat kota," ujar seorang pria yang kini berbadan cukup gempal, dengan rambut yang berantakan, "tapi para pemilik yang bisa beli dengan potong gaji, lebih pilih buat kosongkan tempatnya buat investasi atau disewakan jadi indekos," lanjut pria yang kini berusia 27 tahun, dua tahun lebih tua dari sang istri tapi tak jarang lebih kekanakkan dari pada sosok yang seharusnya ia pimpin dan jaga."Iya, tahu kok," jawab sang istri bernama Kirana Zendaya, wanita yang lahir besar sebagai

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   Rencana lagi dan lagi

    "Ran," panggil sebuah suara dari seorang pria mengetuk pintu kamarnya, "jangan aneh-aneh, Ran. Kamu sudah dua jam di kamar, belum mandi atau makan," lanjut pria itu terdengar khawatir.Kekhawatiran yang haruskah dipertanyakan? Pria yang tinggal seatap dalam jalinan pernikahan, jalinan yang juga dimulai dengan kepalsuan demi tujuan masing-masing dan kesepakatan bermaterai resmi depan notaris, jalinan yang sudah berjalan lebih dari satu tahun tanpa kewajiban dan hak masing-masing sebagaimana suami istri. Kepalsuan macam apa yang bisa bertahan lebih dari satu tahun? Kepalsuan macam apa yang secara aneh penuh kesialan, kini satu persatu kesepakatan dilanggar dengan dalih peduli?"Iya!" serunya menjawab singkat.Dua jam untuk berdebat dengan hati dan pikiran terbilang sangat singkat, bukan? Namun, kenapa dikhawatirkan? Apa yang harus dikhawatirkan?Dua bulan pertama pernikahan, semua berjalan dengan tidak warasnya. Suami dipecat secara tidak hormat bersamaan dengan SP-3, setelah berulang k

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (97) Keputusan Akhir

    Entah.Tidak tahu.Tidak paham.Tidak mengerti.Tidak memahami.Tidak lagi berharap.Tidak ingin melihatnya.Terpejam mata Rana setelah menutup kotak itu perlahan, dan usai ia berteriak memanggil sang suami dengan nama lengkap. Terseok-seok langkah Rana terasa berat untuk sekadar menuju gerbang rumahnya, melihat Kalil yang berlari untuk membuka gembok dan gerbang rumah, "kok sudah pulang? Enggak kasih kabar? Kan bisa aku jemput."Terdiam membisu Rana tanpa sedikitpun melirik ke suaminya, pria yang masih ia pikirkan untuk menerima ke dalam hati, pria yang masih dipertimbangkan untuk tetap bersama dengan membuka hati, dan pria yang sedikit-banyak mengetahui dirinya selama di rumah. Tapi kini, pria itu juga yang sudah mengecewakan bahkan sebelum hati ini dibuka. Lantas, benarkah tidak ada lelaki yang bisa dipercaya?"Kamu ada masalah, Ran?" kata Kalil bertanya setelah terdengar gerbang kembali digembok, langkah cepatnya mengejar sang istri yang terli

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (96) Jawaban kotak

    Tak pernah dalam hidup Rana dikenalkan arti dari permintaan maaf sesungguhnya, tak pernah pula dalam hidup Rana dikenalkan arti merendah untuk menebus rasa bersalah, atau mungkin hidupnya tak pernah dikenalkan arti dari rasa bersalah yang mendekam di benak. Saling terdiam satu sama lain tanpa mengikat diri dalam kontak mata, rasa bersalah menjalar dalam diri Rana dengan cepat karena mengambil kesimpulan hanya dari cerita Fafa.Di sisi lain, rasa muak dan lelah bersama malu kembali mendekap Nifa dalam kegelapan diri yang telah lama tak datang. Pernyataan tenaga ahli yang berkata bahwa Nifa sudah pulih dari trauma, dan mampu memaafkan keadaan, ternyata tidak dapat membuat semuanya tetap stabil saat hal buruk itu kembali diceritakan."Kamu pucat, ke pusat kesehatan kantor dulu saja," ucap Rana menyadari berkurangnya kesegaran di wajah Nifa, walau terlihat wanita itu hanya diam dan celingak-celinguk, tapi Rana tahu, tangan Nifa sedang bermain di bawah meja untuk menyembunyikan k

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (95) Masa lalu Nifa

    Satu bulan sudah berlalu sejak obrolan antara Kalil dan Rana di meja makan, sudah lebih dari satu bulan juga sejak Rana bertemu dengan Fafa dan membicarakan banyak hal, dan sudah lebih dari satu bulan sejak tawaran berteman diutarakan melalui sambungan telepon. Obrolan serius dan tawaran yang kini sudah tidak membuatnya merasa lelah, tidak ada lagi hasrat menunggu jawaban dari kotak misterius terakhir, justru cenderung berharap agar tidak ada kotak itu dan Fafa melupakan semuanya."Nifa," panggil Rana melongokan kepalanya, memanggil seorang wanita yang pernah amat dipercaya hingga urusan pribadi, wanita yang juga berkhianat demi sejumlah nominal, tapi wanita ini juga yang masih tetap dipercaya untuk urusan pekerjaan, karena sikap profesionalnya yang mampu membatasi urusan pribadi dengan pekerjaan. Walau masih seringkali canggung dan menghindari kontak mata, tapi antara Rana dan wanita ini memiliki kesamaan dalam membatasi urusan di lingkungan kerja."Iya, bu?""Sini," tu

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (94) Kebaikan Kalil

    "Aku cuma teringat kebodohanku dulu," jawab Kalil lalu memutar kunci mobil, menyalakan kendaraan roda empat dan mendiamkannya sejenak sambil berpangku tangan di setir, menatap lurus ke barisan mobil di seberangnya, "andai aku enggak ikuti perkataan dan ajakan Tomi," lanjutnya menghela napas dan mengatur persneling untuk mulai berkendara.Terdiam Rana mendengarnya, apa ini yang diartikan sebagai suatu penyesalan? Kenapa terasa aneh? Bagi Rana selama ini, penyesalan bekerja dalam duka dan ketakutan, tapi kenapa Kalil terbilang datar dan membentuk perandaian diri di masa lalu?"Hm ...," deham Rana bingung untuk menanggapi, walau waktu sudah berlalu dan mungkin jawaban Kalil tadi sudah basi bila mengingat posisi mereka kini berada di antara kemacetan, "yang penting kamu sudah sadar, menyesali itu, dan mau berubah jadi lebih baik, kan?"Hah? Apa?Terkatup rapat mata dan bibir Rana usai berucap, seolah jika telinga bisa saja ditutupnya tanpa bantuan tangan seperti mata den

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (93) Hubungan Membaik

    Waktu demi waktu berlalu, jarum terus berputar tak kenal lelah dan bosan selagi ada daya yang dibutuhkan. Menjalani hari seolah sebagaimana mestinya, meninggalkan suatu lokasi yang menjadi tempat berdiam diri lebih dari setengah hari dengan semilyar tuntutan, keluhan, emosi terpendam, dan tangisan yang gagal diluap."Akhirnya ...," desah seorang wanita dengan leganya, seraya menutup satu map dari dokumen terakhir yang ia urus hari ini.Bersandar secara utuh badan itu di kursi yang dapat berputar 360 derajat, berulang kali napas ditarik dari hidung dan diembus perlahan dari mulut. Penat yang sebenarnya sama sekali tidak berkurang hanya dari embusan napas puluhan kali, tapi cukup untuk mengatur taluan jantung yang mungkin sudah bosan untuk berdetak.Dering dan getar ponsel terdengar jelas, terbuka lagi mata yang sudah terpejam malas dalam lelah, “dunia sibuk banget sih,” gerutunya sambil mengulurkan tangan ke tengah meja kerja, mengambil benda pipih berteknologi yang terus

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (92) Kesepakatan Fafa Tomi

    "Selanjutnya, apa?""Apanya yang selanjutnya?""Aku enggak pahan rencana kamu.""Aku sudah pernah jelaskan loh.""Aku lupa.""Dasar bodoh."Deg!Perdebatan antara seorang wanita dan seorang pria di suatu kafe, mengantarkan rasa sakit hati bagi wanita bersetelan blus hitam itu. Warna pakaian yang menggambarkan suasana hatinya kini, penuh duka dan kecewa sejak dua pria yang ia andalkan memutuskan untuk berfokus pada istri masing-masing. Satu di antara dua pria andalannya, menghilang begitu saja, mengusir saat ditemui dan memblokir semua kontak komunikasi, terlihat seperti tidak pernah saling mengenal satu sama lain, pria jahat yang dengan mudah bertingkah seolah tidak pernah terjadi apapun. Sedangkan seorang pria lainnya, pergi meninggalkan namun membantunya membuat skenario untuk mencari sumber penghasilan baru, tetapi skenario itu terlalu rumit untuk otak payah dengan logika tidak berguna.Pada akhirnya, lagi dan lagi semua harus dikatakan, bahwa mema

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (91) Celoteh Kalil

    "Ran," panggil seorang pria yang sedari tadi terus mengamati wanitanya, melihat ke arah wanita yang hanya menunduk dan menyuap sarapan. Seolah enggan untuk sekadar mengangkat kepala, seolah tak ada rasa penasaran pada hal sekitar, dan mungkin pula seolah makan sendirian tanpa siapapun."Hm?" sahut wanita itu berdeham singkat, lagi dan lagi terlihat seperti tidak ada keinginan untuk sekadar mengangkat kepala atau melirik ke lawan bicara."Kamu kenapa?" tanya pria bernama Kalil Nayaka, pria berusia 27 tahun yang memiliki keinginan untuk menjadi lebih baik, walau semua yang telah dilakukan tidak pantas dimaafkan.Berselingkuh, membawa wanita lain ke kamar sang istri, berulang kali mencoba melanggar kesepakatan pra-nikah, memakai kartu kredit yang sebenarnya ditujukan untuk bisnis keluarga, dan pesta alkohol sampai membuat mobil istri rusak. Bagi Kalil yang paling parah adalah saat memutuskan untuk menikahi Rana, dan membuat wanita itu harus berada dalam lingkaran setan yang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status