Share

(50) Kesepakatan Rana dan Arhan

Author: SyasaRanni
last update Last Updated: 2024-10-05 23:20:25

"Pagi, Bu."

"Pagi."

"Semangat pagi."

Dan sapaan lainnya yang terdengar dan terima, senyuman simpul dan kepala sedikit tertunduk saat berpapasan menjadi awal pagi yang cukup canggung. Ada apa dengan para manusia hari ini? Pikir wanita bersetelan formal itu.

Mengangkat kedua tangan untuk mengencangkan ikatan rambut bermodel ekor kuda, membiarkan rambut panjangnya terikat rapi dan mengayun pada setiap langkah kaki menghentak. Tersenyum kecil wanita bernama Kirana Zendaya itu pada timnya, "Pagi," sapanya yang cepat mendapat sahutan ramah.

"Bu, Pak Arhan sudah di ru ...."

"Iya tahu, balik kerja dan fokus," titah wanita yang akrab disapa Rana itu memotong ucapan anggotanya, anggota yang tak jarang menjadi teman namun juga menjadi asisten saat tugas luar. Kehebatan seorang Rana yang juga gaya menyebalkannya adalah dapat memposisikan diri pada tempat dan situasi, meski cara saat memposisikan diri bisa mendadak dan berubah semaunya.

Tok ... tok ... Cklek!

Dua kali Rana mengetuk pintu ruang ker
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (51) 11.00

    "Aku bisa minta tolong buat pada saat tertentu jangan bersikap dan berbincang formal," ucap Rana memulai kesepakatan dengan sikap yang lebih santai dan ringan."Bisa," jawab Arhan santai, sikap santai yang mulai terlihat dengan pria itu bersandar di sofa dan tersenyum simpul, "tapi saya agak kurang ajar dan tidak punya batas khusus saat harus bersikap santai.""Selagi bukan melecehkan dan merendahkan, terserah," sahut si Kepala Humas itu sedikit tersenyum miring, "setelah ini, diam saja dulu. Saya masih mau mengamati isi paket selanjutnya dan informasi tambahan dari yang lain.""Oke," tukas Arhan acuh tak acuh, "sudah?"Mengangguk Rana menjawab pria yang kini menjadi teman sekaligus rekan kerjanya, "aku pamit saja kalau begitu, istirahat dulu sebelum rapat.""Kenapa harus istirahat dulu?" sahut Rana cepat mengikuti Arhan yang hendak keluar dari ruangannya."Memangnya kamu doang yang capek tiap dengar kata rapat? Ciap-ciap kayak anak ayam dan belum tentu didengar," tutur Arhan ketus ya

    Last Updated : 2024-10-07
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (52) Informasi

    "Aku enggak mau banyak basa-basi, karena ini sudah mepet jam istirahat dan makan siang. Kalian tahu tentang paket misteriusku, aku mau dimulai dari Kak Jess dulu, beritahu yang kami enggak tahu," ujar Rana menyiratkan bahwa dirinya memberi perintah.'"Buat apa?" tanya Nifa cepat, sebelum Jess memberi respon atau mulai berucap."Setelah kita semua tahu informasi satu sama lain, kita buat dan diskusikan rencananya. Kurang kehadiran Pak Arhan di sini, tapi dia tadi bilang akan ikut saja keputusan mayoritas," jawab Rana mengungkit sedikit tentang ajakan dan kehadiran Arhan di antara mereka, "alasan aku ajak Arhan karena Nifa bilang, Arhan cukup baik dan siap membantu tanpa keberatan.""Oke," jawab Kalil membuat Rana cepat berdeham heran, sebab tidak ada yang mengajaknya berbicara sedari tadi."Silakan, Kak." Rana mengizinkan kakaknya untuk mulai berbicara dengan formal, yang semata-mata untuk mempertahankan jati dirinya yang terbentuk di kantor, terutama kini ada Kalil si mantan karyawan

    Last Updated : 2024-10-08
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (53) "Aku ikut kalian."

    "Selidik gimana?" tanya wanita bersetelan formal yang berada di pojok ruang kerjanya pada seseorang dalam sambungan telepon, rasa heran semakin menyelimutinya.Mana yang harus dipercaya? Mana yang harus dihindari? Dan mana yang harus dijebak balik?Tomi Uraga seorang pria yang sudah jelas menyakiti, menipu, mempermainkan, memanipulasi, membohongi, dan menduakan kakaknya. Namun kini, seorang pria lainnya mengatakan bahwa Tomi juga sedang menyelidiki sesuatu tentang Fafa, menyelidiki sosok yang sama dengannya. Haruskah diajak bekerja sama?Tapi ... Pria yang mengatakan hal tentang kakak iparnya adalah pria asing, pria yang baru dikenalnya belum ada enam bulan, pria yang berawal dari kontrak kerja sama di satu perusahaan pusat, dan pria yang berakhir dengan niat membantu. Bagaimana mungkin harus dipercaya, jika niat membantunya saja masih cukup dipertanyakan?"Oh oke," ucap wanita bernama Kirana Zendaya itu setelah terdiam hampir tidak menyimak jawaban dari lawan bicaranya di telepon, "

    Last Updated : 2024-10-12
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (54) Seberapa Yakin Aku?

    "Jadi selidik gimana? Jelasin ulang dong, penjelasan tadi siang putus-putus, kendala sinyal kayaknya," ujar seorang wanita sambil mengaduk mi yang dipesannya, netra terfokus pada mi yang tidak hanya menggoda dengan aroma namun juga tekstur yang terlihat seolah sedang menjahili mata."Tadi siang aku lihat Tom lagi pantau Fafa dari jauh, menguntit gitu," jawab pria muda yang sedang memainkan sumpitnya, bersiap menyuap mi yang menurutnya lebih nikmat disantap hangat sedikit panas, selera yang berbanding terbalik dengan wanita di hadapannya."Lihat di ....""Swalayan," sambung pria itu menyambut ucapan menggantung dari lawan bicaranya, "kelihatan aneh saja gitu gelagatnya, terutama pas lihat Fafa ternyata ketemu sama cowok lain.""Hah ... Kalil?" kata wanita bernama Kirana Zendaya itu dengan cepat, "enggak sih pasti, tadi siang saja Kalil ikut kumpul.""Iya tahu, pagi tadi kamu sudah kasih tahu kalau Kalil juga diajak," tukas pria muda di hadapan Rana, "aku enggak tahu pasti, tapi yang je

    Last Updated : 2024-10-21
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (55) Ketemu?

    "Gue muak banget sama Fafa!" tukas seorang pria muda setelah diam sejak awal kedatangannya.Berkumpul lengkap lagi setelah lebih dari satu pekan tidak berkumpul, saling disibukkan dengan segala urusan yang tak jarang terasa membosankan, "kenapa dia?" tanya pria hampir botak yang sedari tadi cukup santai menanggapi berbagai obrolan."Gue enggak sengaja ketemu dia di swalayan dekat sini, kita tegur sapa biasa saja sampai dia tiba-tiba nanya, berapa satu malam sama Rana," ujar pria berkulit cokelat itu dengan menggebu."Hah?""Gimana gimana?""Fafa tiba-tiba nanya, berapa ribu semalaman sama Rana? Arah pertanyaannya lo pada pasti paham," jawab pria bernama Denandra Jamali, pria yang memang siang tadi bertemu dengan Fafa di swalayan, pertemuan yang jelas terlihat tidak baik sebab pertanyaan lanjutan yang menyakitkan."Harusnya Rana enggak sih yang nanya gitu?" sahut pria hampir botak bernama Damar Junaldi, "sudah hampir tiga bulan sama Kalil saja, Rana serius menerapkan kontrak mereka. Lo

    Last Updated : 2024-10-22
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (56) Tangisan Rana

    "Kamu habis ketemu sama Tomi, enggak?" "Oh iya ... Denandra bilang, kalau tadi siang dia ketemu sama Fafa di pasar swalayan," tukas Kalil tanpa menjawab pertanyaan Rana, namun perkataannya cukup jelas memberi tanggapan pada sang istri. "Hah?" sambut Rana terkejut, "Denandra yang jualan roti itu, bukan? Teman kamu tapi juga kakak tingkat masa kuliahku?" lanjutnya bingung. "Iya," jawab pria itu tersenyum kecut, kecantikan dan kecerdasan seorang Rana memang selalu terhalang dengan sikap apatis yang dimiliki, "dia juga bukan jualan roti, tapi keluarganya punya bisnis roti." "Sama saja," sahut Rana acuh tak acuh, "terus gimana tadi?" "Ah ...." Terhela napas Kalil melihat ekspresi Rana yang begitu antusias, ketertarikan yang ternyata cukup membuat tenaga Kalil terkuras oleh kebingungan, "ya sudah dia ketemu saja, memangnya mau apa?" kata Kalil merahasiakan hal-hal yang ditanyakan Fafa pada Denandra. "Bukannya mereka kayak enggak akrab gitu, ya? Berarti semi bertengkar dalam perdebatan,

    Last Updated : 2024-10-23
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (57) Pengakuan

    "Kayaknya sudah sering banget bilang aku-kamu, kenapa?" kata Rana menyambut pertanyaan penuh tekanan dari Kal, bagi Rana selagi bukan sosok yang harus dihormati, maka tidak perlu dipedulikan dengan maksimal."Ck," decak Kalil menatap istrinya dengan malas, tersenyum kecut ia saat melihat Rana mengangkat sedikit kepala mengisyaratkan jawaban cepat, "salah?"Mengernyit Rana lalu mengalihkan pandangan sejenak, "kagak sih, tapi aneh saja," jawabnya sambil mengusap mata dan pipi, menghapus jejak air mata hampir mengering akibat tangis menyesakkan."Jadi kenapa kamu nangis tadi?" tanya Kal lagi, yang cepat mendapat gelengan kepala dari Rana, "oh enggak mau cerita?" katanya bertanya lagi, dan mendapat gelengan kepala lagi sebagai jawaban."Aku sudah biasa sendiri dan bisa sendiri," ucap Rana pelan sembari membelakangi Kalil, "keluar sana, jangan lupa matikan lagi lampunya," lanjut wanita karir itu dengan jelas menunjukkan bahwa ia mengusir sang suami."Ah ... oke," desah Kalil pasrah kemudia

    Last Updated : 2024-10-24
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (58) 3 tahun lalu [Revisi]

    [3 tahun yang lalu] Menarikan jemari dengan lincah di atas papan ketik, wajah serius dengan bibir mungil itu mengerucut dan kening yang mengernyit. Tidak bisa dibohongi dan tidak bisa pula disembunyikan, wanita di meja kafe nomor 04 itu sedang berkutat dengan hal penting di laptopnya, sesekali menyeruput cokelat panas yang di pesannya sekitar lima menit lalu. Keseriusan yang disertai pemikiran bahwa tidak ada gunanya peduli pada sesama, membuat wanita itu benar-benar berada di dalam dunianya, seolah menetap dengan nyaman dan damai dalam relung pikiran tak terbatas bersama imajinasi yang luas. Teralihkan kepalanya menoleh keluar kafe, melihat lalu lalang kendaraan dengan kecepatan aman dan stabil, mengerjakan laporan pekerjaan dari kepala bidang yang layaknya racun, memang akan selalu membuat siapapun terasa seperti kepala diputar 180°. Keseriusan dan keasikan berada di dunia sendiri, jelas membuat wanita itu tidak menyadari betapa menyenangkannya seorang pria mengamati dari meja

    Last Updated : 2024-10-25

Latest chapter

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (100) Kisah semuanya

    "Terus karena aku risih ya, banyak kerjaan tapi harus menanggapi dua tua bangka bau tanah itu. Padahal ada anak kesayangan mereka yang sudah nikah, belum beranak pinak, tapi aku yang dikejar buat nikah dan cepat beranak, apa enggak gila?" oceh Rana yang sudah mulai terpancing emosinya, umpan kecil Den berhasil dimakan walau belum terkena kail, "akhirnya aku cari orang yang mau nikah tapi cuma untuk formalitas sampai kakakku hamil, jadi aku enggak akan berperan sebagai istri dan dia juga enggak akan berperan sebagai suami. Enggak ada istilah hak dan kewajiban suami istri, kita cuma seatap karena sudah satu kartu keluarga dan tercatat sebagai pasangan.""Terus dia mau?" kata Den menunjuk Kalil yang cukup peka untuk segera membuka matanya, menatap tajam Den yang hanya tersenyum mengejek."Saat itu aku dan Kalil baru menyelesaikan satu proyek konflik perusahaan, aku sebagai Kepala Humas butuh berkas lama dan proses pemberkasan baru, kebetulan juga Kalil punya posisi sebagai Kepala Arsip,

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (99) Indekos Den

    [Masa Kini]Rumah susun yang banyak disewakan pemilik atau sekadar dikosongkan untuk investasi, membuat gedung dengan sepuluh lantai itu terlihat seperti indekos tanpa ibu kos. Karena setiap penghuni membayar pada pemilik yang berbeda, walau ada beberapa yang benar-benar dihuni keluarga kecil, tapi kesan bahwa rumah susun itu indekos murah di pusat kota tidak bisa hilang begitu saja."Ini sebenarnya rumah susun yang diperuntukkan pekerja jarak jauh, biar enggak ada yang terlambat lagi, biasalah perusahaan besar pusat kota," ujar seorang pria yang kini berbadan cukup gempal, dengan rambut yang berantakan, "tapi para pemilik yang bisa beli dengan potong gaji, lebih pilih buat kosongkan tempatnya buat investasi atau disewakan jadi indekos," lanjut pria yang kini berusia 27 tahun, dua tahun lebih tua dari sang istri tapi tak jarang lebih kekanakkan dari pada sosok yang seharusnya ia pimpin dan jaga."Iya, tahu kok," jawab sang istri bernama Kirana Zendaya, wanita yang lahir besar sebagai

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   Rencana lagi dan lagi

    "Ran," panggil sebuah suara dari seorang pria mengetuk pintu kamarnya, "jangan aneh-aneh, Ran. Kamu sudah dua jam di kamar, belum mandi atau makan," lanjut pria itu terdengar khawatir.Kekhawatiran yang haruskah dipertanyakan? Pria yang tinggal seatap dalam jalinan pernikahan, jalinan yang juga dimulai dengan kepalsuan demi tujuan masing-masing dan kesepakatan bermaterai resmi depan notaris, jalinan yang sudah berjalan lebih dari satu tahun tanpa kewajiban dan hak masing-masing sebagaimana suami istri. Kepalsuan macam apa yang bisa bertahan lebih dari satu tahun? Kepalsuan macam apa yang secara aneh penuh kesialan, kini satu persatu kesepakatan dilanggar dengan dalih peduli?"Iya!" serunya menjawab singkat.Dua jam untuk berdebat dengan hati dan pikiran terbilang sangat singkat, bukan? Namun, kenapa dikhawatirkan? Apa yang harus dikhawatirkan?Dua bulan pertama pernikahan, semua berjalan dengan tidak warasnya. Suami dipecat secara tidak hormat bersamaan dengan SP-3, setelah berulang k

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (97) Keputusan Akhir

    Entah.Tidak tahu.Tidak paham.Tidak mengerti.Tidak memahami.Tidak lagi berharap.Tidak ingin melihatnya.Terpejam mata Rana setelah menutup kotak itu perlahan, dan usai ia berteriak memanggil sang suami dengan nama lengkap. Terseok-seok langkah Rana terasa berat untuk sekadar menuju gerbang rumahnya, melihat Kalil yang berlari untuk membuka gembok dan gerbang rumah, "kok sudah pulang? Enggak kasih kabar? Kan bisa aku jemput."Terdiam membisu Rana tanpa sedikitpun melirik ke suaminya, pria yang masih ia pikirkan untuk menerima ke dalam hati, pria yang masih dipertimbangkan untuk tetap bersama dengan membuka hati, dan pria yang sedikit-banyak mengetahui dirinya selama di rumah. Tapi kini, pria itu juga yang sudah mengecewakan bahkan sebelum hati ini dibuka. Lantas, benarkah tidak ada lelaki yang bisa dipercaya?"Kamu ada masalah, Ran?" kata Kalil bertanya setelah terdengar gerbang kembali digembok, langkah cepatnya mengejar sang istri yang terli

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (96) Jawaban kotak

    Tak pernah dalam hidup Rana dikenalkan arti dari permintaan maaf sesungguhnya, tak pernah pula dalam hidup Rana dikenalkan arti merendah untuk menebus rasa bersalah, atau mungkin hidupnya tak pernah dikenalkan arti dari rasa bersalah yang mendekam di benak. Saling terdiam satu sama lain tanpa mengikat diri dalam kontak mata, rasa bersalah menjalar dalam diri Rana dengan cepat karena mengambil kesimpulan hanya dari cerita Fafa.Di sisi lain, rasa muak dan lelah bersama malu kembali mendekap Nifa dalam kegelapan diri yang telah lama tak datang. Pernyataan tenaga ahli yang berkata bahwa Nifa sudah pulih dari trauma, dan mampu memaafkan keadaan, ternyata tidak dapat membuat semuanya tetap stabil saat hal buruk itu kembali diceritakan."Kamu pucat, ke pusat kesehatan kantor dulu saja," ucap Rana menyadari berkurangnya kesegaran di wajah Nifa, walau terlihat wanita itu hanya diam dan celingak-celinguk, tapi Rana tahu, tangan Nifa sedang bermain di bawah meja untuk menyembunyikan k

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (95) Masa lalu Nifa

    Satu bulan sudah berlalu sejak obrolan antara Kalil dan Rana di meja makan, sudah lebih dari satu bulan juga sejak Rana bertemu dengan Fafa dan membicarakan banyak hal, dan sudah lebih dari satu bulan sejak tawaran berteman diutarakan melalui sambungan telepon. Obrolan serius dan tawaran yang kini sudah tidak membuatnya merasa lelah, tidak ada lagi hasrat menunggu jawaban dari kotak misterius terakhir, justru cenderung berharap agar tidak ada kotak itu dan Fafa melupakan semuanya."Nifa," panggil Rana melongokan kepalanya, memanggil seorang wanita yang pernah amat dipercaya hingga urusan pribadi, wanita yang juga berkhianat demi sejumlah nominal, tapi wanita ini juga yang masih tetap dipercaya untuk urusan pekerjaan, karena sikap profesionalnya yang mampu membatasi urusan pribadi dengan pekerjaan. Walau masih seringkali canggung dan menghindari kontak mata, tapi antara Rana dan wanita ini memiliki kesamaan dalam membatasi urusan di lingkungan kerja."Iya, bu?""Sini," tu

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (94) Kebaikan Kalil

    "Aku cuma teringat kebodohanku dulu," jawab Kalil lalu memutar kunci mobil, menyalakan kendaraan roda empat dan mendiamkannya sejenak sambil berpangku tangan di setir, menatap lurus ke barisan mobil di seberangnya, "andai aku enggak ikuti perkataan dan ajakan Tomi," lanjutnya menghela napas dan mengatur persneling untuk mulai berkendara.Terdiam Rana mendengarnya, apa ini yang diartikan sebagai suatu penyesalan? Kenapa terasa aneh? Bagi Rana selama ini, penyesalan bekerja dalam duka dan ketakutan, tapi kenapa Kalil terbilang datar dan membentuk perandaian diri di masa lalu?"Hm ...," deham Rana bingung untuk menanggapi, walau waktu sudah berlalu dan mungkin jawaban Kalil tadi sudah basi bila mengingat posisi mereka kini berada di antara kemacetan, "yang penting kamu sudah sadar, menyesali itu, dan mau berubah jadi lebih baik, kan?"Hah? Apa?Terkatup rapat mata dan bibir Rana usai berucap, seolah jika telinga bisa saja ditutupnya tanpa bantuan tangan seperti mata den

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (93) Hubungan Membaik

    Waktu demi waktu berlalu, jarum terus berputar tak kenal lelah dan bosan selagi ada daya yang dibutuhkan. Menjalani hari seolah sebagaimana mestinya, meninggalkan suatu lokasi yang menjadi tempat berdiam diri lebih dari setengah hari dengan semilyar tuntutan, keluhan, emosi terpendam, dan tangisan yang gagal diluap."Akhirnya ...," desah seorang wanita dengan leganya, seraya menutup satu map dari dokumen terakhir yang ia urus hari ini.Bersandar secara utuh badan itu di kursi yang dapat berputar 360 derajat, berulang kali napas ditarik dari hidung dan diembus perlahan dari mulut. Penat yang sebenarnya sama sekali tidak berkurang hanya dari embusan napas puluhan kali, tapi cukup untuk mengatur taluan jantung yang mungkin sudah bosan untuk berdetak.Dering dan getar ponsel terdengar jelas, terbuka lagi mata yang sudah terpejam malas dalam lelah, “dunia sibuk banget sih,” gerutunya sambil mengulurkan tangan ke tengah meja kerja, mengambil benda pipih berteknologi yang terus

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (92) Kesepakatan Fafa Tomi

    "Selanjutnya, apa?""Apanya yang selanjutnya?""Aku enggak pahan rencana kamu.""Aku sudah pernah jelaskan loh.""Aku lupa.""Dasar bodoh."Deg!Perdebatan antara seorang wanita dan seorang pria di suatu kafe, mengantarkan rasa sakit hati bagi wanita bersetelan blus hitam itu. Warna pakaian yang menggambarkan suasana hatinya kini, penuh duka dan kecewa sejak dua pria yang ia andalkan memutuskan untuk berfokus pada istri masing-masing. Satu di antara dua pria andalannya, menghilang begitu saja, mengusir saat ditemui dan memblokir semua kontak komunikasi, terlihat seperti tidak pernah saling mengenal satu sama lain, pria jahat yang dengan mudah bertingkah seolah tidak pernah terjadi apapun. Sedangkan seorang pria lainnya, pergi meninggalkan namun membantunya membuat skenario untuk mencari sumber penghasilan baru, tetapi skenario itu terlalu rumit untuk otak payah dengan logika tidak berguna.Pada akhirnya, lagi dan lagi semua harus dikatakan, bahwa mema

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status