Rayhan memegangi tangan Arya. Ia mencengkeram tangan sahabatnya dengan erat sembari menatap dalam.
"Jauhkan tanganmu dari wajah istriku!" Rayhan memberikan peringatan tegas."Aku hanya membantunya saja. Kalau kau memang peduli, harusnya kau yang membantunya!" sahut Arya.Arya kembali duduk. Rayhan dan Arya sama sama terlihat mengatur nafas mereka agar tak tersulut emosi. Makan siang kembali dilanjutkan. Arya mencoba sebaik mungkin untuk mencairkan suasana yang sempat memanas.*****Setelah selesai berkunjung dan makan siang bersama di rumah Arya, Rayhan dan keluarganya melanjutkan perjalanan menuju ke Danau Blue Bell.Sandra duduk di samping Rayhan yang memegang kendali mobil. Netranya memandang jauh ke depan.Ia terhanyut dalam lamunannya sendiri, sepanjang perjalanan. Bayangan Arya mulai muncul dalam benaknya. Bagaimana mereka berkenalan dan cara Arya menawarkan minum, membuat wanita ini terkesan.Raut wajahnya yang cantik, mengembangkan senyum. Hal ini tak sengaja dilihat oleh Rayhan, suaminya."Eh kenapa senyum - senyum sendiri?" tanya Rayhan sambil menaikkan kedua alisnya."Apa sih Mas? Aku hanya mengingat perjalanan pernikahan kita yang sudah sejauh ini.""Ehmmm! Aku ingin tahu pendapatmu tentang Arya?" tanya Rayhan lagi kepada istrinya."Arya? Menurut aku dia lelaki baik. Wajahnya polos dan terlihat sabar."Rayhan yang mendengar jawaban itu, langsung berceloteh."Benar. Tepat sekali. Dia lelaki polos yang bodoh dan gampang ditipu. Itu sebabnya dia menjadi duda. Wanita yang mendekati dirinya hanya mau uangnya saja."Sandra yang mendengarkan, merasa terkejut sekaligus heran."Arya sering ditipu oleh wanita? Jadi dia hanya dianggap sebagai ladang penghasil uang oleh wanita?" Sandra penasaran."Itulah sebabnya terlalu baik kepada wanita, tak ada gunanya. Bahkan orang terdekat, mungkin saja melukaimu begitu dalam!" Rayhan menjelaskan.Sandra merasa tersindir. Dia hanya bisa diam. Dan kembali duduk termenung dan melamun. Sandra memejamkan mata, ternyata wajah Arya begitu lekat dalam ingatannya."Menilai tentang kehidupan orang lain adalah perkara yang sangat mudah. Tapi untuk mengakui kelalaian yang ada pada diri sendiri, butuh hati yang lapang dada, Mas," ucap Sandra dalam hati.Sandra tertidur sejenak, pikirannya lelah. Mengingat kenangan pahit yang banyak menggores luka. Pengalaman manis dalam hidup Sandra saat ini adalah saat mengenang pertemuan pertamanya dengan Arya."Ah perasaan apakah ini?"Levin kemudian menepuk bahu sang Ibunda."Mama! Bangun Ma! Kita sudah sampai di Villa.""Kemana Papa?" tanya Sandra yang baru saja membuka matanya."Itu!" jawab Levin seraya menunjuk ke arah pintu depan Villa.Villa Dayara Resort adalah Villa langganan keluarga Rayhan. Berada tepat di sisi Danau Blue Bell. Kanan dan kirinya terdapat pohon Pinus. Udaranya sejuk karena berada di lereng gunung.Mereka sekeluarga turun dari mobil. Menuju kamar masing-masing. Seperti biasanya, Levin memilih kamar dengan jendela yang langsung menghadap ke Danau."Ana tidur sama aku saja ya Ma? Please!" Si kecil memohon sambil mengatupkan kedua tangannya."Tapi ada syaratnya. Kalian tidak boleh bermain sampai larut. Tidak ada handphone selama disini. Tidak ada yang bermain game online!""Lalu kami main apa Ma?" tanya keduanya kompak."Mama sudah bawa banyak sekali mainan kalian. Kalian bisa main itu saja." Sandra menjelaskan kepada kedua anaknya sembari menenteng tas berisi penuh dengan mainan.Sandra menutup pintu kamar anak anaknya, lalu menuju kamar utama yang terletak di dekat pintu keluar. Sandra merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.Rayhan datang ke kamar, dan berjalan menghampiri istrinya yang sedang tidur terlentang di atas pembaringan."Hari ini aku ingin pelayanan ekstra di atas pembaringan. Buatlah tubuhmu harum. Supaya hasratku makin bergejolak. Hari ini ulang tahun pernikahan kita. Kita akan bersenang-senang." bisik Rayhan kepada istrinya.Sandra melirik ke arah Rayhan dan tak banyak bicara. Ia melakukan semua yang diperintahkan suaminya. Memijat tubuhnya dengan lulur istimewa beraroma mawar.Selesai mandi, ia mengenakan gaun tidur dengan bahan sutra. Duduk menonton televisi di dalam kamar menunggu suaminya datang.Saat Rayhan datang, ia mengecup kening sang istri. Tanpa ada pemanasan, ia langsung menembakkan senjata pamungkasnya ke dalam goa."Sakit." Sandra berbisik lirih sembari memejamkan mata.Ternyata Rayhan tidak peduli dengan ucapan istrinya. Ia hanya memuaskan keinginannya saja.Di bawah dekapan Rayhan, Sandra tidak dapat merasakan kenikmatan selain rasa sakit akibat goresan senjata pamungkas yang begitu kuatnya.Rayhan menggendong Sandra ke atas sofa dan menyerang lagi dengan senjatanya. Sandra hanya bisa menahan sakit."Sedikit lagi!" Rayhan bicara pelan sembari mendorong senjatanya lebih dalam.Akhirnya keluarlah adonan kental berwarna putih, yang sejak tadi tertahan.Usai melakukan olahraga, Rayhan tertidur di atas ranjangnya. Sementara istrinya harus tertatih berjalan ke dalam kamar mandi.Sandra membersihkan tubuhnya, perlahan. Sambil meringis menahan sakit pada area sensitifnya."Aduh.. Perih sekali." Sandra mengeluh.Bertahun tahun menikah, Sandra tidak pernah merasakan keindahan surga dunia itu. Setiap kali selesai berolahraga panas dengan suaminya, yang ada hanya rasa sakit."Aku seorang istri, Aku ibu dari anak anakmu. Tapi bahkan di atas ranjangku sendiri, aku diperlakukan tidak sepantasnya."Sandra merebahkan tubuhnya setelah selesai membersihkan diri, bersiap untuk tidur. Namun tangan suaminya kembali meraba area sensitif istrinya. Rupanya keinginan olahraga Rayhan kembali datang.Namun untuk kali ini, Sandra menepis tangan suaminya."Maaf mas... Aku lelah. Aku ingin tidur."Jawaban Sandra membuat Rayhan marah.Ia memukuli istrinya. Menampar wajahnya. Membanting tubuh istrinya ke arah sofa."Plak...! Plak...! Plak..!""BRAK!""Kenapa kau menolakku!" pekik Rayhan.Sandra menjawab pelan, dengan netra yang dipenuhi air mata."Aku tidak menolak. Hanya ingin istirahat. Karena rasa perihnya masih tertinggal di dalam."Rayhan dengan mata membelalak, meraih pakaian Sandra"Cepat! Tanggalkan bajumu!""Tidak mas. Tolong jangan paksa aku. Aku masih merasa sakit." Sandra sampai harus berlutut di kaki suaminya, memohon dikasihani.Rayhan tidak mempedulikan itu. Ia menarik kencang baju istrinya, hingga robek. Dan kulit lengan istrinya, terkelupas. Tak ayal hal ini membuat Sandra kecewa. Hatinya tersayat.Ia mencucurkan air mata dengan jeritan pilu yang mengiris hati."Nafkah batin adalah hak seorang istri. Sayangnya hak yang satu ini juga kau berikan secara tidak manusiawi."Rayhan mengepalkan tangan mendengarkan kata kata Sandra. Apa yang dibicarakan Sandra adalah kebenaran, namun Rayhan yang angkuh enggan menerima pernyataan istrinya. Apalagi meminta maaf kepada istrinya."BRAK!!"Terdengar suara Rayhan membanting kursi kayu dengan penuh emosi."Cari bajumu dan enyah kau dari hadapanku sekarang! Emosiku sedang ada pada puncaknya! "Rayhan mencengkeram leher istrinya."Kau tahu... Jika aku marah aku bahkan mampu membunuh dirimu." Rayhan mengancam.Sandra bergegas mengenakan baju. Ia keluar dari kamar dengan kondisi yang tidak baik. Ia terisak isak dalam diam, menahan suara tangisan. Agar anak anaknya tak mendengar suara sedih ibunya.Wanita itu berdiri sendirian di dekat jendela ruang tamu. Rambutnya masih terlihat acak - acakan. Matanya sembab. Ia meratapi kepedihan hidup yang kerap dialami."Ma, Mama kenapa? Kok Mama menangis?" Levin tiba tiba datang menghampiri Ibunya.Sandra dengan cepat mengusap air mata yang dari tadi membasahi pipinya."Mama bertengkar sama Papa ya? Kok baju Mama sobek?" Levin mengajukan pertanyaan lagi."Masuk ke dalam kamar!" Suara melengking terdengar.Rayhan berdiri di depan kamar sambil melotot."Kalau aku bilang masuk! Artinya kau harus masuk!" Rayhan kembali berteriak.Levin diam mematung. Sandra mengikuti perintah Rayhan dan Rayhan sendiri berjalan dengan marah ke arah Levin."Ampun Pa!" Levin ketakutan."Masuk ke kamar. Lupakan yang kau lihat barusan. Papa menyayangimu!" Rayhan memeluk Levin.Meskipun begitu, jantung Levin masih berdegup kencang. Bocah kecil itu masih ketakutan melihat kondisi Ibunya yang tak baik. Levin masuk ke dalam kamar. Lalu menarik selimut dan bersembunyi di dalamnya. Rayhan juga masuk ke kamar. Ia melirik Sandra yang sudah memejamkan mata. *****Keesokan paginya, anak anak bangun lebih dulu. Mereka berlarian mengelilingi ruang tamu. Sandra keluar dari kamar. Wanita itu tersenyum melihat tingkah kedua anaknya."Mama baru bangun ya?" tanya Ana."Ya sayang. Mama akan mandi sebentar lalu membuat sarapan untuk kalian." Sandra kembali masuk ke dalam kamar.Saat ia menoleh ke arah tempat tidur, ternyata suaminya juga sudah bangun."Apa kah kau masih sakit?" Rayhan bertanya.Sandra menatap kosong ke arah jendela kamar, tanpa menjawab sepatah katapun."Kau tahu sifatku. Tapi kau tetap melakukan kesalahan. Ini semua salahmu sendiri. Bukan salahku." Seperti biasanya,
Rayhan duduk di dalam kamarnya. Mukanya pucat pasi, degup jantungnya terasa makin kencang ketika teringat istri dan anak anaknya menaiki perahu bersama pria lain.Kepalan tangan Rayhan meninju lemari kaca."Prang!"Suaranya kencang sekali hingga membuat tangannya terluka dan berdarah. Ia kembali memukul meja di dekatnya. Melemparkan seluruh barang yang ada di kamar. Kertakan giginya terdengar, urat urat tipis yang ada di dahinya keluar."Apa - apaan ini! Aaarrrrrggghhh!" pekik Rayhan."Awas kau Sandra. Malam nanti aku akan membuatmu menyesal," ucap Rayhan pelan, ia menyeringai dengan tatapan penuh amarah.****Di atas perahu, Sandra yang mulai resah menatap kosong ke arah Danau. Ia hafal betul dengan sikap Rayhan yang pemarah."Rayhan pasti marah denganku," ucap Sandra.Arya menoleh ke arahnya. "Kenapa dia harus marah? Dia kan yang menyuruh kita berangkat duluan.""Dia teman yang baik sekaligus ayah yang baik. Aku melihatnya begitu mencintai anak anaknya." Arya mencoba menenangkan."P
Suara berisik membuat Sandra berlari masuk ke dalam kamarnya. Untungnya saat ia masuk ke dalam kamar, Rayhan sudah tertidur.Keesokan paginya, Sandra menyiapkan sarapan di atas meja. Menata makanan dengan apik agar saat semua anggota keluarga bangun, makanan sudah siap santap. Mbok Sukra juga membantu sejak pagi.Diam - diam, Arya mengamati Sandra dari kejauhan. Irama jantungnya berdegup kencang."Kenapa selalu seperti ini, saat menatap istri sahabatku? Gelora rasa yang tak biasa. Ia seperti permata, kilauannya saja mampu menggetarkan dada. Apa jadinya jika permata seperti dirinya, menjadi bagian dari hidupku?""Apa - apaan pikiranku! Pagi ini setelah sarapan, aku harus mengirimkan laporan instalasi menara." Arya bicara sambil menepuk dahinya sendiri.Arya berjalan mendekati Sandra dan menyapanya."Hai selamat pagi! Bagaimana tidurmu semalam?" Arya tersenyum menatap wanita pujaannya.Sandra tidak menjawab. Ia menatap nanar kearah Arya."Ada apa?"Belum sempat Arya melanjutkan pertanya
Sandra yang refleks memeluk Arya, segera melepaskan pelukannya. Pipinya memerah, ia jadi salah tingkah."Maaf, aku tidak seharusnya melakukan ini."Jari telunjuk Arya menyentuh bibir Sandra dengan lembut."Ssstt! Jangan katakan apapun. Aku mencintaimu. Aku mencoba berkali kali menepis perasaan ini. Tapi aku tidak bisa."Austin berlutut di depan Sandra. Ia mengulurkan tangannya, mirip seperti seseorang yang akan melamar kekasihnya."Aku ingin ada dalam hidupmu. Biarkan aku menjadi bagian dari hatimu. Apa kau mengizinkannya?"Sandra jadi membeku. Ia tak menyangka, jika Arya akan meminta hal seperti ini."Kenapa diam? Jangan palingkan wajahmu. Aku di sini menunggu jawabanmu."Sandra masih saja diam. Ia merasa dilema. Namun, ia tak bisa menyangkal, jika dirinya merasa nyaman di dekat lelaki itu."Kenapa kau ciptakan sekat di antara kita?Seakan kau tahu, jika sekat itu dilepas, air bukan hanya akan mengalir deras tapi mampu merobohkan dinding bendungan yang ada." Arya melanjutkan ucapannya.
Rayhan melepaskan tangan Sandra. Ia membuang wajahnya. Terlihat raut wajahnya yang kesal tapi ia berusaha untuk menahan emosi."Begitu banyak bunga 1 gerobak penuh. Untuk apa bunga bunga itu dibawa ke sini?" Rayhan bertanya sembari menatap sinis ke arah bunga bunga itu."Yang pasti, untuk ditanam. Tidak mungkin untuk kita makan. Karena kita bukan kambing." Arya mencoba untuk mencairkan suasana yang sempat memanas.Rayhan yang mendengar jawaban tersebut, tersenyum kecil."Konyol sekali jawabanmu itu!" Mereka menata bunga di seluruh penjuru taman yang ada di Villa. Kakek penjual bunga juga sudah berpamitan pulang. Hanya ada mereka bertiga di taman.Rayhan mendekati Sandra, mencoba menyentuh lengan istrinya. Tapi sebelum berhasil disentuh, Sandra pergi menghindari suaminya."Maaf aku permisi dulu. Aku ingin mandi. Badanku terasa kotor." Sandra bicara kepada dua lelaki di depannya."Tentu." Arya dan Rayhan, menjawa
"Siapa yang mengetuk pintu?" Sandra bicara pelan. Arya hanya menggelengkan kepalanya. Pria itu merapikan rambutnya dan juga pakaiannya. Ia meminta Sandra untuk melakukan hal yang sama."Kenakan pakaianmu dan bersembunyilah di dalam kamar mandi!" Sandra dengan gugup meraih pakaiannya dan bersembunyi ke dalam kamar mandi. Sementara itu, Arya membuka pintu kamar dengan perlahan.Ia menghembuskan nafas lega ketika melihat Mbok Sukra yang berdiri di depan kamar."Mbok Sukra? Ada apa ke sini, malam malam?" "Saya ke sini mau antar makanan. Saya tadi nggak sengaja lihat waktu makan malam, kok Pak Arya nggak ikut makan. Jadi saya siapkan makanan." "Oh begitu. Terima kasih. Saya terima makanannya." Arya mengambil nampan yang dibawa oleh Mbok Sukra.Perempuan tua itu secara sekilas menangkap pemandangan yang ada di dalam kamar. Ia melihat ada nampan yang berisi banyak makanan di meja dekat tempat tidur Arya."
"Ta tadi di luar hujan. Aku bermain air hujan sebentar." Sandra berbohong."Hujan?" Rayhan mengerutkan keningnya. Sementara Sandra bergegas menuju ke kamar mandi, sebelum suaminya memberikan pertanyaan lebih banyak lagi.Sesampainya di dalam kamar mandi, Sandra merendam dan membasuh tubuhnya. Ia mengingat moment dimana dirinya dan Arya bercumbu untuk pertama kali."Hal gila apa yang sudah aku lakukan tadi? Kenapa rasanya begitu tak terlupakan. Biasanya aku akan kesakitan setelah olahraga malam. Tapi kali ini, aku malah menikmati." Sandra bicara sendirian.Saat sedang asyik mandi, pintu kamar mandi dibuka oleh sang suami. Rayhan menatap aneh ke arah tubuh istrinya yang tanpa busana."Kau bermain air hujan di tengah malam seperti ini? Kenapa?" Rayhan memberikan pertanyaan lagi."A aku merasa gerah mas. Dan beberapa artikel mengatakan, bermain air hujan dapat menghilangkan stress." Sandra beralasan."Kau merasa stres? Kenap
"Mbok Sukra, ada apa Mbok?" tanya Arya dengan suara terbata."Nggak Pak. Saya cuma mau bilang, kalau Pak Rayhan melupakan jam tangannya. Tadi saat sarapan, ia melepaskan jam tangannya di atas meja makan." Mbok Sukra menyerahkan jam tangan milik Rayhan kepada Sandra.Sandra menerima jam tangan itu. Tapi ia masih memegangi tangan Mbok Sukra."Mbok, tolong ikut saya sebentar." Sandra meminta Mbok Sukra masuk ke dalam kamar. Ia akan mengobrol empat mata dengan wanita tua itu. Arya segera pergi dari sana. "Ada apa Non?" Mbok Sukra bertanya dengan nada gemetar namun sorot matanya menatap tajam."Mbok tadi lihat apa yang saya lakukan dengan Arya kan?"Mbok Sukra terdiam. Ia tak berani menjawab ya ataupun tidak."Mbok! Saya mohon, jangan katakan apapun pada Rayhan." Sandra mengatupkan kedua tangannya."Saya tidak berani mengadu Non. Saya sadar betul kalau saya hanya orang miskin. Mana berani saya mencampuri kehidupan o
"Mau ngomong apa Pa? Yang sebenarnya apa? Emangnya kalau nyari tanaman musti ke toko? Ke hutan kan juga banyak. Papa pikirannya terlalu kotor! Hanya demi Sandra, jadinya Papa nuduh Mama yang bukan bukan!" seru Ayunda sambil meletakkan mangkuk di atas meja. Ayunda keluar dari kamar Wulan begitu saja."Ma, kenapa Mama nyangkutin Sandra ke topik pembicaraan kita! Papa sama sekali nggak membahas soal Sandra!" teriak Dani."Terakhir kali Mama menyakiti aku hanya demi ingin tahu dimana Kak Sandra tinggal, sekarang. Apa memang Mama sudah melakukan sesuatu terhadap Kak Sandra?" batin Wulan.****Arya dan kedua anaknya sudah sampai di depan rumah sakit yang dimaksud oleh Aryo di telepon. Ia menghubungi bagian administrasi dan menanyakan apakah ada pasien bernama Sandra yang dirawat di sana.Setelah mengetahui dimana kamar tempat Sandea dirawat, Arya ke sana dengan wajah tegang."Sandra," ucap Arya seraya membuka pintu kamar.Aryo
"Ti tidak Om." Suara Novi menjawab dengan gemetar."Kau pasti berbohong!" seru Dani."Tapi saya benar benar tidak menemui Sandra." Novi mulai gemetaran."Kau menemuinya!" bentak Dani dengan mata melotot."Papa! Stop! Papa ini apa apaan! Kenapa Papa malah menuduh Novi yang aneh aneh!" Ayunda membela. Ia juga takut kejahatannya akan terbongkar."Siapa yang menuduh? Papa hanya bertanya!""Ya tapi pertanyaan Papa tanpa alasan yang jelas. Lagian untuk apa Novi bertemu Sandra. Novi saja tidak mengenal Sandra.""Bau parfum milik Sandra jelas jelas ada di badan Novi. Parfum itu aku yang belikan. Apa mungkin Novi juga beli parfum yang sama. Ya mungkin saja begitu." Dani bermonolog.Ayunda mengedipkan mata ke arah Novi.Novi ke luar rumah dan duduk di teras. Ia memesan taksi online. Taksi online nya belum datang, tapi Dani sudah menutup pintu rumahnya rapat - rapat."Pa, kok pintunya ditutup? Novi kan masih d
"Kakak!" teriak Aryo dengan kencang sembari menggali tanah lebih cepat lagi menggunakan kedua tangannya.Peluh di wajahnya menetes deras diiringi air mata yang ikut mengalir tanpa aba aba. Aryo melihat tubuh Sandra yang kotor penuh tanah tak bernafas. Aryo menangis sesenggukan di tengah hutan. Ia berteriak teriak seperti orang gila."Arrrggghhh Kakak bangun Kak! Bangun!" Aryo memangku tubuh Sandra yang kotor penuh tanah."Kakak." Aryo menangis dan bangkit menggendong tubuh Sandra. Hujan mulai turun membasahi tubuh mereka berdua.Teriakan dan tangisan Aryo yang begitu pilu tak sengaja didengar oleh pengurus hutan yang ada di sana. Pengurus hutan tersebut menolong Aryo dan Sandra. Ia membawa Sandra ke rumah sakit terdekat.Beberapa menit dalam perawatan medis, Sandra siuman. Ia melihat sekelilingnya, sepi tak ada orang.Aryo ada di luar ruang UGD untuk memberikan kabar mengerikan ini kepada Arya.****Setelah mendapat telepon pertama dari Aryo, kekasih Sandra segera menuju Cattleya Posh
"Lepaskan aku!" Sandra berteriak."Hei! Apa kau benar benar mau aku memb*nuh anak anakmu! Jangan berteriak! Jangan membuat kegaduhan!" bentak Novi dengan mata melotot.Sandra berkeringat dingin. Ia melirik ke arah Ayunda."Jika kau menurut, maka semuanya akan jauh lebih mudah. Tapi jika kau berteriak teriak histeris, maka hal yang lebih buruk akan terjadi. Novi, nyalakan mobilnya!" seru Ayunda.Novi mulai menyalakan mesin mobil. Mobil berkendara pelan. Aryo yang sejak tadi mengamati mobil Ayunda, merasa terkejut saat melihat Sandra berada di dalam mobil bersama dengan Ayunda dan Novi."Untuk apa Kak Sandra pergi bersama kedua orang itu?" Aryo bermonolog.Merasa ada yang tidak beres, Aryo segera menggunakan masker hitam dan helm teropong, ia mengikuti arah kemana mobil Ayunda pergi.Detak jantung Aryo semakin kencang, ketika mobil Ayunda menuju ke luar kota." Kemana Ayunda akan membawa Kakak?" gumam Ar
Aryo datang ke apartemen. Ia mengikuti arahan yang diberikan oleh Sandra. Hingga akhirnya mereka dapat bertemu dan mengobrol sebentar."Kakak, maaf jika aku mengganggu waktunya.""Tidak Aryo. Ayo silahkan duduk. Sekarang ceritakan tentang keputusanmu," sahut Sandra."Sebelumnya aku mau ceritakan ketika pertama kali aku pulang ke rumah setelah sekian lama aku terbaring di rumah sakit, aku menemukan puntung rokok di dalam asbak. Menurut Kakak, milik siapa puntung rokok tersebut?" "Entahlah, mungkin milik teman Wulan," jawab Sandra."Lalu yang lebih mengejutkan aku juga melihat kond*m yang tercecer di lantai kamar." Aryo menelan ludah."Bukankah itu hal biasa, jika di dalam kamar pasangan suami istri ditemukan benda itu?""Menurut Kakak, itu hal yang wajar? Tidak kah Wulan sudah menggunakan benda itu dengan lelaki lain?" jawab Aryo."Apa kau tak bisa bedakan, benda itu sudah digunakan atau belum? Jika benda itu su
"DRrrrTtt " Suara pesan teks singkat masuk ke ponsel Sandra.Sandra melihat ponselnya dan dengan segera membaca isi pesan teks tersebut.<<[[Kak... aku ingin bertemu, ada hal yang ingin kubicarakan. Apa boleh aku datang ke rumahmu? ]]>> Aryo Send.Setelah membaca pesan teks singkat dari Aryo, Sandra langsung menghubunginya."Hallo Aryo. Ada apa?""Aku sedang memikirkan hubunganku dengan Wulan. Aku akan mengambil tindakan, tapi aku butuh bantuan dari Kakak.""Bantuan apa?""Aku tak bisa bercerita lewat telepon Kak.""Baiklah datang saja ke Apartemen Cattleya Posh." Sandra memberitahu tempat dimana ia tinggal."Hah?!! Tapi Kak... aku nggak tahu caranya masuk apartemen. Apalagi apartemen semewah itu.""Datang saja. Kau hubungi aku, jika sudah dekat, aku akan menunggumu di lobby."****Hari itu Ana dan Levin sudah masuk sekolah seperti biasanya. Kini ada Pak Man, supir pribadi , A
"BRak!" "BRug!" "PRak!" Rayhan melempari pagar rumah Arya menggunakan bebatuan dan pelepah daun palem. Ia bahkan menendang tong sampah yang ada di depan rumah Arya. Hingga sampah berserakan dimana mana."Buka pintunya! Kalau kau memang lelaki, temui aku! Jangan seperti tikus yang bersembunyi di dalam lubang tanah!" teriak Rayhan, memaki.Meski telah berusaha dengan keras, Rayhan masih tak dapat bertemu dengan Arya. Ia akhirnya memutuskan untuk kembali ke Rumah Besar Lantana.Di Rumah Besar Lantana, Novi masih ada di sana. Ia tengah berbincang dengan Ayunda."Kau masih di sini?" tanya Rayhan."Ya! tentu saja. Aku setiap hari ke sini untuk membantu Mama merawat Wulan," jawab Novi berdalih."Bagaimana, apa kau sudah bertemu dengan Arya?" tanya Ayunda.Rayhan menggelengkan kepalanya."Mereka itu takut, itu sebabnya mereka bersembunyi." "Kau tak perlu khawatir mengena
"Mama lagi bercanda kan!" sahut Rayhan."Bercanda? Untuk apa Mama bercanda! Mama bahkan sempat mengambil foto ketika mereka berdua sedang bermesraan! Sayangnya handphone Mama, rusak.""Dimana Mama melihat mereka berdua?""Mereka sedang makan malam romantis di Memories Hall and Resto.""Br3ng$3k!" Rayhan mengumpat."Mereka berdua punya hubungan spesial. Bukan hanya sekedar berteman. Sudahlah Ray. Biarkan saja mereka berdua. Untuk apa kau pikirkan Sandra? Ceraikan dia secara resmi dan menikahlah dengan Novi," ucap Ayunda seraya melirik ke arah Novi yang tersenyum mendengar ucapan Ayunda.Mendengar ucapan Ayunda, darah Rayhan makin mendidih. Ia masuk ke dalam mobilnya dan dengan secepat mungkin pergi menuju PT Angkasa Glori, tempat dimana Arya bekerja.Ia datang dengan wajahnya yang sudah merah padam. Rayhan menuju resepsionis dan bertanya dimana ruangan Arya."Dimana ruangan bos kalian?" tanya Rayhan dengan wajah
Bocah kecil itu ketakutan tapi ia juga penasaran dengan siapa yang datang bertamu malam malam begini.Namun karena rasa penasarannya jauh lebih besar dan mengalahkan rasa takutnya, ia berjalan mendekati pintu. Lalu mengintip dari lubang kunci.Levin melihat ada seorang laki laki berbadan besar berdiri di depan pintu dan wajah menggunakan topeng.Kali ini, nyali bocah kecil itu menciut. Ia berlari ke kamar Ibunya dan membangunkan Ibunya."Ma! Mama!" teriak Levin sambil mengguncang keras bahu Sandra.Sandra membuka mata. Ia melihat Levin bicara dengan cepat karena panik."Tunggu dulu, apa yang terjadi? Mama tidak paham.""Ada lelaki berbadan besar berdiri di depan pintu! Dia mencoba masuk ke sini!""Ceklek! Ceklek!" Kali ini suara berisik yang berasal dari gagang pintu juga terdengar oleh Sandra. Dan suaranya juga makin kencang."Kita harus melakukan sesuatu!" ucap Sandra.Sandra menelepon petuga