"Siapa yang mengetuk pintu?" Sandra bicara pelan. Arya hanya menggelengkan kepalanya.
Pria itu merapikan rambutnya dan juga pakaiannya. Ia meminta Sandra untuk melakukan hal yang sama."Kenakan pakaianmu dan bersembunyilah di dalam kamar mandi!"Sandra dengan gugup meraih pakaiannya dan bersembunyi ke dalam kamar mandi. Sementara itu, Arya membuka pintu kamar dengan perlahan.Ia menghembuskan nafas lega ketika melihat Mbok Sukra yang berdiri di depan kamar."Mbok Sukra? Ada apa ke sini, malam malam?""Saya ke sini mau antar makanan. Saya tadi nggak sengaja lihat waktu makan malam, kok Pak Arya nggak ikut makan. Jadi saya siapkan makanan.""Oh begitu. Terima kasih. Saya terima makanannya." Arya mengambil nampan yang dibawa oleh Mbok Sukra.Perempuan tua itu secara sekilas menangkap pemandangan yang ada di dalam kamar. Ia melihat ada nampan yang berisi banyak makanan di meja dekat tempat tidur Arya."Lho Bapak sudah ambil makanan?" tanyanya ingin tahu."Ehm! Iya tadi. Saya ambil. Tapi belum sempat saya makan. Punya Mbok Sukra, akan saya makan sekalian." Arya tersenyum.Mbok Sukra juga tersenyum. Ia berlalu dari sana. Arya bernafas lega dan buru buru menutup pintu kamar."Hufft! Aku pikir siapa yang ketuk pintu!"Arya menaruh makanan di atas meja lain. Lalu mengetuk pintu kamar mandi."Bukalah pintunya. Yang datang barusan adalah pembantu di villa ini."Sandra membuka pintu kamar mandi. Arya menerobos masuk ke dalam kamar mandi.Ia tanpa banyak bicara langsung menautkan bibirnya ke arah bibir Sandra. Tangannya memainkan gundukan bukit bulat."Mas," ucap Sandra yang masih trauma dengan pengalamannya saat bercinta dengan sang suami."Ya sayang, ada apa? Apa kau masih belum siap?""Aku takut merasakan nyeri di bagian sana.""Tentu tidak. Aku akan membuatmu merasa melayang di udara." Arya berbisik.Pipi Sandra mulai memerah. Ia mengangguk pelan. Arya menyalakan shower. Air dari shower mengguyur tubuh mereka berdua."Angkat salah satu kakimu."Sandra melakukan apa yang diminta oleh Arya. Ia mengangkat salah satu kakinya. Arya mulai menikmati goa yang tersuguhkan di depan matanya. Si empunya hanya merintih pelan.Akhirnya tongkat pusaka Arya menerobos pintu masuk goa. Keduanya menikmati permainan panas mereka. Terlebih lagi Sandra yang belum pernah merasakan bagaimana indahnya surga dunia yang biasanya memabukkan sepasang kekasih.Sandra mencapai klimaks dengan cukup mudah. Dinding goa yang bergetar membuat tongkat pusaka Arya turut mencapai puncaknya. Keduanya bernafas dengan cepat dan saling melemparkan senyuman."Baru kali ini, aku merasakan permainan yang benar benar membuatku terbang melayang." Sandra mengungkapkan isi hatinya."Kau terlalu memujiku." Arya tersenyum.Keduanya membersihkan diri di dalam kamar mandi. Setelah itu, mereka berdua menyantap makanan bersama sama."Aku mencintaimu. Sejak awal pertama kali aku melihatmu. Dan tak pernah berubah hingga hari ini."Ucapan Arya membuat Sandra membeku di tempat."Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?""Tidak secara langsung sampai kau bertamu ke rumahku dengan anak anakmu dan juga Rayhan. Pertemuan pertama kita, adalah saat aku datang berkunjung ke rumah kalian. Saat itu, kau dan Rayhan baru saja menikah. Aku datang bersama dengan teman temanku yang lain." Arya menjelaskan."Kau menyukaiku sejak saat itu?" Sandra bertanya lagi karena penasaran."Hmmmh! Entahlah. Aku tahu itu aneh. Dan aku sudah mencoba melupakanmu berkali kali. Tapi selalu saja gagal. Selalu ada alasan, untuk kita bisa bertemu lagi."Sandra terdiam beberapa saat."Maaf Mas, aku harus kembali ke dalam kamarku. Aku takut Mas Rayhan bangun.""Ya tentu saja." Arya mengangguk.Sandra berjalan menuju ke arah pintu. Tiba tiba Arya menghentikannya."Tunggu dulu!" Arya mendatangi Sandra. Ia memeluk Sandra dari arah belakang."Mas, lepaskan aku. Jangan kau bilang kalau kau ingin melakukan olahraga panas lagi untuk ronde kedua!"Ucapan Sandra membuat Arya tergelak."Tentu saja tidak, sayang. Aku memelukmu agar wangi tubuhmu tersimpan rapi di dalam ingatanku!" Arya mencium rambut Sandra.Sandra berbalik dan mengusap wajah Arya. Ia mencium pipi kanan Arya."Aku harus kembali." Sandra keluar dari kamar Arya. Ia berjalan dengan cara berjinjit ke dalam kamar.Namun meskipun begitu, langkah kakinya yang pelan masih terdengar oleh Rayhan."Darimana saja kau? Kenapa masuk ke dalam kamar seperti pencuri? Dan kenapa rambutmu basah seperti orang yang baru saja selesai mandi?" Rayhan tiba tiba bangkit berdiri dan menanyakan banyak hal pada Sandra.Sandra yang tak pandai berbohong, hanya bisa diam tak menjawab."Apa yang harus aku katakan sekarang?" Sandra gemetaran. Ia takut jika kebohongannya akan terbongkar."Ta tadi di luar hujan. Aku bermain air hujan sebentar." Sandra berbohong."Hujan?" Rayhan mengerutkan keningnya. Sementara Sandra bergegas menuju ke kamar mandi, sebelum suaminya memberikan pertanyaan lebih banyak lagi.Sesampainya di dalam kamar mandi, Sandra merendam dan membasuh tubuhnya. Ia mengingat moment dimana dirinya dan Arya bercumbu untuk pertama kali."Hal gila apa yang sudah aku lakukan tadi? Kenapa rasanya begitu tak terlupakan. Biasanya aku akan kesakitan setelah olahraga malam. Tapi kali ini, aku malah menikmati." Sandra bicara sendirian.Saat sedang asyik mandi, pintu kamar mandi dibuka oleh sang suami. Rayhan menatap aneh ke arah tubuh istrinya yang tanpa busana."Kau bermain air hujan di tengah malam seperti ini? Kenapa?" Rayhan memberikan pertanyaan lagi."A aku merasa gerah mas. Dan beberapa artikel mengatakan, bermain air hujan dapat menghilangkan stress." Sandra beralasan."Kau merasa stres? Kenap
"Mbok Sukra, ada apa Mbok?" tanya Arya dengan suara terbata."Nggak Pak. Saya cuma mau bilang, kalau Pak Rayhan melupakan jam tangannya. Tadi saat sarapan, ia melepaskan jam tangannya di atas meja makan." Mbok Sukra menyerahkan jam tangan milik Rayhan kepada Sandra.Sandra menerima jam tangan itu. Tapi ia masih memegangi tangan Mbok Sukra."Mbok, tolong ikut saya sebentar." Sandra meminta Mbok Sukra masuk ke dalam kamar. Ia akan mengobrol empat mata dengan wanita tua itu. Arya segera pergi dari sana. "Ada apa Non?" Mbok Sukra bertanya dengan nada gemetar namun sorot matanya menatap tajam."Mbok tadi lihat apa yang saya lakukan dengan Arya kan?"Mbok Sukra terdiam. Ia tak berani menjawab ya ataupun tidak."Mbok! Saya mohon, jangan katakan apapun pada Rayhan." Sandra mengatupkan kedua tangannya."Saya tidak berani mengadu Non. Saya sadar betul kalau saya hanya orang miskin. Mana berani saya mencampuri kehidupan o
Arya menyodorkan selembar tissue kepada Sandra."Kenapa hal sederhana seperti ini saja sampai membuatmu menitikkan air mata? Kita akan ke rumah Ibumu. Jika Rayhan marah, aku yang akan menghadapinya!" seru Arya dengan nada tegas.Akhirnya mereka semua menuju ke Desa Sawahan. Letaknya di balik Bukit Duri yang mengelilingi Danau Blue Bell. Jarak tempuh yang diperlukan hanya sekitar satu jam saja.Tak perlu waktu lama, mereka pun tiba di Desa Sawahan. Di kanan dan kiri jalan, banyak terdapat kebun warga setempat, yang ditanami jagung dan juga bawang.Sungai kecil di pinggir sawah, banyak ditumbuhi bunga Marigold. Terlihat cantik dan asri khas suasana alam pedesaan.Mobil berhenti tepat di depan rumah berbentuk joglo. Mereka sampai di rumah Ibu. Mobil Arya terparkir tepat di halaman rumah yang penuh dengan gabah. Gabah gabah itu sedang melalui tahap pengeringan, menggunakan sinar matahari. Terhampar lepas di halaman rumah beralaskan kain mota
"Kamu kok kelihatan ketakutan begitu? Apa kamu nggak minta izin sama suami kamu?" "Izin kok Bu.""Lalu kenapa Rayhan sampai menelepon?""Ya mana aku tahu. Mas Rayhan kan orangnya memang begitu. Suka mencari kesalahan aku.""Mbok Darti, sini Mbok! Katakan apa yang dibicarakan oleh Rayhan di telepon barusan?""Anu Bu. Pak Ray cuma tanya Non Sandra ke sini dengan siapa. Itu saja.""Hmmm. Ya nggak apa apa lah. Dia hanya tanya seperti itu saja kan? Nggak teriak teriak kan kalau tanya?""Nggak Bu. Cuma nada suaranya nggak enak didengar.""Hmmmh! Sudah terlanjur seperti ini. Mau bagaimana lagi? Biar Ibu yang jelaskan kalau misalkan Ray bertanya nanti." Ibunda Sandra menyelesaikan makan malamnya. Ia pergi masuk ke dalam kamar.Wanita paruh baya itu duduk di pojokan ranjang. Matanya menatap ke arah langit langit rumah.Semua hal yang terjadi hari ini, membuatnya mengingat akan masa lalunya se
"Harusnya aku yang bertanya padamu! Apa yang kau lakukan di sini! Kenapa kau berani masuk ke ruanganku tanpa izin!" Arnold meneriaki balik wanita tersebut."Maaf Pak." Si wanita segera menutup pintu dengan kasar. Wanita itu adalah sekretaris pribadi Arnold yang sejak lama memendam rasa kepada Arnold namun Arnold enggan untuk menanggapinya."Aku minta maaf padamu. Aku terpengaruh minum minuman ker4s. Ini uang untuk semua gula yang aku ambil dari kiosmu!" Arnold menarik laci meja dan mengambil uang dari sana. Ia menyerahkan uang itu kepada Sulastri.Sulastri tak banyak bicara. Ia hanya mengangguk dan mengambil uang dalam amplop coklat tersebut. Lalu keluar dari ruangan Arnold."Hufft! Untunglah perempuan itu tadi datang tepat waktu. Kalau tidak, maka aku bisa diperk0s@ oleh orang kaya itu!" keluh Sulastri.Sulastri memutuskan untuk pergi ke kios dan menyerahkan uang hasil penjualan gula kepada bosnya.Sesampainya ia di pasar, si bo
"BRak!" Pintu terbuka dan menghantam dinding dengan kencang."Sandra!" Sulastri bersiap untuk mengamuk.Sandra segera berdiri dengan salah satu kakinya yang ia angkat ke atas. "Kalian berdua ngapain di dalam kamar? Kamu kan sudah ada kamar sendiri!" Sulastri menunjuk ke arah wajah Arya."Kaki Sandra tadi keseleo." Sandra menyela."Keseleo?" Sulastri tidak percaya dengan ucapan anaknya."Tadi, aku jatuh di kamar mandi. Terpeleset. Mas Arya datang, menolong." Sulastri mengamati kaki Sandra yang diangkat ke atas. Ia lantas meminta anaknya untuk duduk."Kamu duduk! Ibu yang pijatkan kakimu! Dan kamu, masuk ke dalam kamar! Sudah malam! Sudah waktunya untuk istirahat!" Arya dengan patuh mengikuti ucapan Sulastri. Ia masuk ke dalam kamarnya dan pergi tidur. Sementara Sandra, duduk berduaan dengan Ibunya."Lain kali kalau ada masalah, minta tolong sama Ibu! Nggak bagus kalau orang lain lihat kamu da
Arya turun dan berjalan mendekati Bu Sony. Ia mengulurkan tangannya mengajak wanita paruh baya itu untuk berjabat tangan."Saya Arya. Kakak ipar, Sandra.""Oh Kakak iparnya Sandra! Ibu pikir siapa. Mari silahkan masuk!" Raut wajah Bu Sony berubah drastis setelah Arya menjelaskan siapa dirinya. "Kami ke sini untuk mengantarkan pesanan Pak Sony.""Iya ya! Ayo masuk, minum teh dulu. Kita ngobrol sebentar." Bu Sony berbasa basi."Maaf Bu. Kami terburu buru. Karena kami juga harus segera kembali ke Kota. Libur sekolah anak anak sudah usai." Sandra dengan tegas menolak.Bu Sony mengangguk. Ia meminta pekerjanya untuk menurunkan semua pesanan gula dan beras dari mobil. Setelah itu, ia memberikan sejumlah uang kepada Sandra."Ini uangnya. Makasih ya sudah mau repot repot mengantarkan pesanan ke sini.""Sama sama. Kalau begitu, kami permisi pulang!" Sandra berpamitan.Arya dan Sandra segera meninggalkan rumah P
"Sandra pergi ke lumbung." Sulastri dengan terpaksa berbohong."Dengan Arya?" Rayhan bertanya tegas."Arya sudah pulang!" Sulastri berbohong lagi."Oh ya baguslah! Kalau begitu, saya akan bawa anak anak, untuk pulang!" seru Rayhan."Nah Ray, nggak menginap di sini dulu?" Sulastri menawarkan."Nggak Bu. Nggak bisa. Saya ke sini saja, benar benar menyempatkan waktu. Apa Sandra tidak cerita soal suami adik iparnya yang mengalami kecelakaan?" "Sandra hanya bilang kalau kamu sibuk. Ada kepentingan keluarga.""Hmm! Sekarang, dimana anak anak! Apa Ibu bisa siapkan mereka untuk ikut pulang bersama denganku?""Tentu Nak!" Sulastri dengan cepat pergi ke kamar kedua cucunya.Saat ini, di dalam kamar kedua bocah kecil itu, ada Anita menemani mereka."Anita!" Sulastri melambaikan tangan ke arahnya."Ada apa Budhe?""Gawat! Ada Rayhan datang! Cepat kamu siapkan koper anak anak. Dia mau mem