Perjodohan yang dilakukan oleh orang tua Keina dan juga Alden membuat pernikahan mereka bagai di neraka. Keina mencintai Alden, namun Alden selalu membencinya dan menganggap bahwa pernikahan mereka yang membuat hancur kehidupan cintanya bersama Shiren. Hingga di suatu waktu, Shiren Athalia kembali.
View More"Shirenn... Ah, kau sangat menggairahkan Sayang. Kau sangat nikmat."
Keina hanya bisa memberikan tatapan datar pada pria yang tengah berada di atasnya yang mulai menyebut nama lain di sela-sela mereka bercinta. Bukan sekali dua kali ini Alden Nathaniel Syarakar selalu menyebut nama lain saat pria itu sudah sampai pada puncaknya. Ingin sekali Keina berteriak dan menampar wajah Alden sekuat tenaga. Dia bukan Shiren, dia adalah Keina, Keina Nayara! Tidakkah pria itu sadar siapa yang tengah ia sentuh sekarang?Hunjaman yang dilakukan Alden berkali-kali di sana hanya menyisakan getir-getir luka baru di dalam hatinya. Ia bahkan tidak dapat menikmati sentuhan-sentuhan ini karena ia tahu Alden saat ini tidak memandangnya, ia tengah berilusi bahwa dirinya adalah wanita lain, wanita lain bernama Shiren Athalia.Keina meringis, ia memalingkan wajahnya enggan menampilkan perasaan terluka yang selalu ia rasakan saat Alden menyentuhnya hanya untuk sebuah pelampiasan. Pelampiasan saat dirinya merindukan Shiren, mantan kekasih yang ia tinggalkan karena terhalang sebuah restu."Shiren..." Pria itu seketika mengerjap, seolah berusaha menyadarkan sisa-sisa kesadaran dalam kepalanya, "Ah, maksudku.. Keina, terimakasih untuk pelayananmu hari ini,"Keina mendengus saat pria itu mulai sadar siapa yang tadi ia gagahi. Ia menarik dressnya yang berada di lantai karena Alden memelorotkan pakaiannya begitu saja tanpa aba-aba. Ia tahu persis bagi Alden, Keina hanyalah alat pelampiasan untuk segala hasratnya yang tidak sampai pada Shiren. Alden begitu menggilai Shiren, hingga sampai pernikahan mereka menginjak satu tahun pun Alden tidak pernah menganggap keberadaan Keina. Pernikahan mereka yang diatur setelah Alden mengenalkan Shiren kepada orang tuanya membuat Alden merasa Keina hanyalah seorang penghalang bagi kebahagiaannya. Padahal Keina mencintai Aiden, padahal Keina hanya memandang Alden selama beberapa tahun terakhir. Sungguh ironis!Keina dan Alden adalah dua manusia yang sejak dulu sudah diikat oleh kedua orang tua mereka. Perjodohan mereka sudah diatur bahkan saat mereka masih menari di dalam rahim ibundanya masing-masing. Klise memang, tapi itulah perjanjian konyol antara Reymand Syarakar juga Handika Nayara yang awalnya hanya sebuah keisengan yang mereka lakukan saat mengetahui para istrinya hamil dalam kurun waktu hampir bersamaan. Perjanjian konyol itu lama kelamaan berubah menjadi perjodohan yang begitu serius dan mengikat diantara dua keluarga.Sialnya, Keina jatuh cinta pada proses pengenalannya pada Alden. Ia tidak pernah merencanakannya, pun ia tidak pernah mengatur hatinya untuk jatuh pada pesona pria itu. Ia hanya tahu hatinya telah memilih pria itu saat mereka menginjak usia dewasa. Alden yang sejatinya merupakan teman terbaiknya berubah menjadi cinta pertama dan cinta terakhir dalam hidupnya. Sayangnya selama setahun pernikahan mereka, bahkan selama mengenal Keina, Alden tidak merasa begitu. Alden mungkin tidak menganggap dirinya seorang wanita. Hingga akhirnya hatinya terkurung pada Shiren yang bekerja sebagai karyawan di kantornya. Shiren yang ditolak kehadirannya oleh keluarga Syarakar menghilang entah kemana dan Alden yang merasa frustasi menyetujui perjodohan mereka dan menjadikan Keina sebagai pelampiasan amarahnya. Seperti sekarang, hanya dalam beberapa kali dalam setahun Alden menyentuhnya, tapi hanya untuk menggaungkan nama Shiren Athalia di tiap permainan mereka. Pria itu bahkan tidak peduli jika Keina terluka dalam tiap prosesnya.Keina ingat saat pertama kali disentuh pria itu dan ia merasa sangat bahagia karena Alden sudah menjadikannya seorang istri sesungguhnya. Alden malah berkata sesuatu yang kejam, "Kau hanyalah pengganti Shiren, jangan bermimpi untuk mendapatkan hatiku, Keina,"Hingga sampai sekarang kata-kata itu Keina pegang teguh. Sepuas apapun Alden menyentuhnya, sedahsyat apapun Alden bercinta dengannya, Alden tidak akan pernah menganggap dirinya. Tubuhnya hanya dianggap sebagai pengganti untuk Shiren."Jadi, kau merindukan perempuan itu lagi, begitu? Kau datang padaku dalam keadaan mabuk lalu berkhayal tentang dia lagi?" sinis Keina sambil mengikat kembali tali dressnya yang berantakan.Alden hanya mendengus, ia menyambar kemejanya yang tergeletak di lantai, "Bukan urusanmu. Kau harusnya bersyukur aku mau menyentuhmu lagi, Keina."Keina hanya menghela nafas, ia menatap Alden tidak senang, "Baiklah, jadi apa aku harus berterimakasih atas pelayananmu ini?""Terserah!" balas Alden sambil mengangkat tangannya enggan berdebat. Saat ini kepalanya terasa hampir pecah oleh alkohol yang ia tenggak semalaman.Alden terlihat hendak beranjak dari kamar tidur mereka. Keina kembali mendengus. Lihatlah pria itu, setelah hasratnya sudah tersampaikan, pria itu akan pergi seolah tidak ada yang terjadi diantara mereka.Keina segera membuka suaranya kembali sebelum Alden benar-benar meninggalkan kamar itu. Meski biasanya tidak ada hal yang berarti yang bisa mereka bicarakan. Ada hal penting yang harus ia katakan kepada pria itu hari ini."Kau tidak lupa bukan? Besok adalah hari ulang tahun pernikahan kita, Alden,"Langkah Alden terhenti mendengar ucapan Keina, ia kembali membalikkan tubuhnya kemudian memiringkan wajah, "Lalu?""Jangan membuat masalah besok, mereka akan membuat acara besar-besaran untuk kita, Alden. Jangan mempermalukan aku di depan keluarga,"Alden terlihat membuang nafas, meski Keina tidak menjelaskannya, ia tahu persis siapa mereka yang Keina maksudkan. Siapa lagi kalau bukan orang tua mereka."Akan ku usahakan," ujar Alden lalu kemudian kembali berbalik. Ia melangkahkan kakinya meninggalkan Keina yang kembali meratapi nasibnya. Sampai kapan mereka akan berada dibawah atap yang sama, tapi saling bertolak belakang seperti ini?*****"Sayang, tebak apa yang aku bawa untukmu!"Keina tersenyum saat melihat Alden datang membawa sebuah kotak kecil dengan pita berwarna di sana. Alden langsung memberikan pelukan untuknya lalu mendaratkan sebuah kecupan mesra di pipinya. Keina kembali tersenyum getir, selain pintar berbisnis, ada satu keahlian lagi yang dimiliki oleh Alden. Dia pintar memainkan sebuah peran, peran yang menampilkan seorang suami yang sangat mencintai istrinya. Awalnya Keina selalu heran dengan sandiwara ini, namun sekarang ia sudah terbiasa. Selama setahun ini mereka tampil sebagai pasangan yang saling mencintai di depan khalayak. Menyembunyikan segala borok pernikahan mereka secara rapat. Sudah ia bilang, meski Alden tidak memberikan cinta untuknya, Alden adalah pria yang ia cintai. Ia tidak akan menyerah pada pria itu sekalipun itu akan sangat menyakitinya. Katakan ia bodoh, tapi mau bagaimana lagi? Keina hanya mengikuti keinginan hatinya."Kalian ini, selalu saja tidak tahu tempat kalau mengumbar kemesraan," ujar Reymand.Keina hanya tersenyum tipis sedangkan Alden terkekeh kecil mendengar ucapan ayahnya."Buka kadonya Sayang, Mama ingin tahu apa yang diberikan oleh menantu Mama," balas Tiana, ibundanya.Keina mengangguk lalu terpana saat melihat kalung permata yang sangat cantik bertengger disana. Sinarnya begitu menyilaukan saat ditempa cahaya."Kau mau aku memakaikannya?"Keina mengangguk mendengar ucapan Alden, ia membiarkan Alden mengambil alih kalung itu lalu menempatkannya di leher jenjang Keina.Tenggorokan Keina terasa tercekat, ia merasa sangat bahagia sampai melupakan hal yang penting untuk kesehatan hatinya. Sialnya, Keina kembali terbawa atas seluruh sandiwara yang tengah dimainkan oleh Alden."Kau benar-benar akan pergi sekarang? Tanpa melihat pernikahanku terlebih dulu?" rengek Keina kepada Adrian. Hari ini adalah hari dimana Adrian memutuskan untuk melanjutkan perjalanan seperti yang ia sudah ia rencanakan sedari awal. Karena keadaan Alden sudah stabil, ia merasa cukup tenang meninggalkan Keina sendirian sekarang."Bukankah sudah ku bilang, aku tidak akan mau menanggung resiko menangis di hari itu."Keina membrenggutkan wajahnya, ia segera merentangkan tangannya di depan Adrian, "Kalau begitu aku akan memelukmu saja."Adrian tersenyum kecil mendengar ucapan itu, ia segera memeluk Keina dengan erat."Apa aku patung di sini?" timpal Alden yang sedari tadi hanya mengawasi tingkah Adrian dan juga Keina. Matanya menatap tajam ke arah mereka yang malah asyik berpelukan. Sebal melihatnya, Alden segera menarik tubuh mungil Keina untuk menjauh dari jangkauan Adrian, "Sudah hentikan, jika kau terus memeluknya seperti itu, ia akan mengurungkan niatnya kembali untuk pergi.""Astaga
Saat mengetahui bahwa Alden yang datang menjenguk dirinya hari ini, raut wajah Clara seketika berubah cerah, ia segera merangsek maju dengan antusias saat sampai di ruang tunggu para tamu."Alden, akhirnya kau menemuiku, bagaimana keadaanmu? Aku sungguh minta maaf karena membuat dirimu celaka tempo hari. Itu karena Keina–""Kau sedang membicarakan aku, Clara?"Kata-kata Clara seketika tergantung begitu saja saat melihat Keina yang ternyata mengikuti langkah Alden dari belakang."Kenapa diam? Lanjutkan saja perkataanmu." ujar Keina dengan tatapan tajam."Dia yang sudah membuat kita seperti ini, Alden. Kau harus mengeluarkan aku dari sini, aku sama sekali tidak bersalah, dia mencoba memisahkan kita.""Astaga wanita ini benar-benar gila." dengus Keina tidak percaya. Setelah semua yang ia lakukan, Clara sama sekali tidak merasa bersalah."Alden katakan sesuatu!" Jerit Clara dengan kesal karena melihat Alden yang hanya terdiam."Kau ingin aku mengatakan sesuatu?"Clara mengangguk kecil, "K
"Tentu saja bodoh! Aku mengingat semuanya, semuanya termasuk rencana pernikahan kita sebelumnya."Keina membekap mulutnya, merasa sangat terharu dengan seluruh keajaiban ini, ia sungguh tidak menyangka akhirnya hari ini datang juga, hari dimana Alden akan kembali mengingat cinta mereka, "Astaga!""Tadi kau bilang apa? Kau mau menjauh dariku setelah ini? Dua kali aku hampir mati untukmu, tapi kau malah mau meninggalkan aku. Kau pikir siapa–"Alden tersentak saat tiba-tiba merasakan bibir Keina yang mengecupnya. Matanya mengerjap sempurna, merasa tidak percaya jika Keina akan melakukan ini.Setelah mengecup bibir Alden selama beberapa menit, Keina menjauhkan dirinya, "Aku senang kau selamat, aku senang kau mengingatku lagi, Alden." ujar Keina dengan berurai air mata. Penantiannya kali ini ternyata mendapat sambutan hangat, Alden akhirnya dapat mengingat dirinya.Alden tersenyum mendengar ucapan Keina, ia mengusap air mata Keina yang masih mengalir, "Aku minta maaf karena membuatmu kesuli
Puas menumpahkan semuanya di dalam bilik toilet, Keina segera bangkit. Perlahan Keina kembali ke ruangan Alden. Keina tersentak saat melihat Audrey dan juga Handika sudah ada di sana, raut wajah bersalah kembali memenuhi hatinya. Keina segera berlari ke arah Audrey hendak menjatuhkan diri untuk berlutut di hadapan kedua figur yang sudah ia anggap sebagai orang tuanya sendiri."Maafkan Keina Ma, sungguh maafkan Keina.""Bangun Keina, apa yang kamu lakukan?"Keina hanya bisa tergugu, ia bangkit dengan air mata yang masih mengalir tiada henti."Keina selalu membuat Alden seperti ini, maafkan Keina.""Sudahlah Sayang, Dokter sudah menangani Alden, kita berdoa saja yang terbaik untuknya. Kamu juga terluka saat ini."Keina mengangkat wajahnya merasa tidak percaya jika Audrey tidak menyalahkan dirinya, Audrey bahkan terlihat lebih tegar dibandingkan dengan saat Alden mengalami kecelakaan saat itu."Mama tidak marah padaku?""Untuk Mama marah? Mama marah pun tidak akan membuat Alden sembuh le
"Hentikan!!"Keina yang hampir frustasi dengan keadaannya segera mengangkat wajah saat mendengar teriakan itu. Harapan segera terlihat di sudut matanya, akhirnya Tuhan menjawab do'anya, Alden ada di sana mendobrak pintu gudang dengan tatapan nyalang yang ia berikan.Clara terlihat terkejut, ia tidak menduga akan kehadiran Alden yang berada di sini. Padahal ia sudah melakukan rencana serapi mungkin, tapi kenapa Alden ada di sini?Alden terhenyak melihat keadaan Keina, amarahnya segera naik ke ubun-ubun melihat beberapa pria tengah melecehkan Keina di sana. Baju Keina terlihat sudah compang-camping, dengan amarah yang teramat besar Alden segera menerjang maju ke arah mereka. Pukulan demi pukulan Alden layangkan, merasa tidak terima melihat orang lain menyentuh Keina sesuka hati. Mendengar tangisan Keina yang begitu menyayat membuat bara api di dalam hatinya semakin menyala-nyala. Berani sekali! Berani sekali mereka menyentuh Keina!"Kurang ajar kalian! Kurang ajar! Berani sekali kalian m
Tepat saat Alden merasa sangat frustasi dengan keadaan yang menimpa Keina, ponselnya berdering dengan nyaring. Alden segera mengangkat panggilan itu ternyata itu dari Erik."Bagaimana Erik? Kau menemukan jejak Keina di lokasi terakhir yang aku kirimkan?""Ya Pak, saya juga menemukan mobil yang membawa Nona Keina. Saya akan segera mengirim lokasi terakhir mobil itu ditemukan dengan bantuan orang-orang profesional kita."Mendengar hal itu Alden kembali memantapkan pemikirannya, Alden segera menyalakan mesin mobilnya lalu melihat ke arah pesan Erik. Keningnya berkerut dalam melihat lokasi pesan itu, lokasinya mengarah kepada tempat dimana pabrik makanan yang sudah terbengkalai. Pasti Keina ada di sana. Mata Alden segera berubah dengan yakin, ia harus bisa menemukan Keina secepatnya.****Keina mengerjapkan matanya saat kesadarannya mulai kembali. Ia terhenyak saat matanya menangkap pemandangan di hadapannya. Ruangan tempat ia berada sepertinya merupakan bangunan tua. Rasa pengap dan deb
Keina mengulas senyumnya dengan lebar saat mendapati telepon dari Alden. Ia segera mengangkat panggilan itu lalu menempelkan ponselnya ke arah telinga.Keina berdeham sejenak, mencoba mengendalikan dirinya agar tidak terlalu terlihat antusias."Ya Alden?" Tanyanya dengan nada setenang mungkin."Kau ada di mana?""Aku ada di rumah, kenapa?" jawab Keina enteng."Mau bertemu?"Senyuman lebar kembali terukir di wajahnya saat mendengar pertanyaan yang diberikan oleh Alden, "Ya, boleh. Kapan?""Sekarang. Bisa?"Keina menundukkan wajahnya lalu melirik ke arah tubuhnya yang masih berantakan, "Ah bisa. Tapi, bisa kau beri aku waktu untuk bersiap dulu, tiga puluh menit?""Baiklah, tiga puluh menit, kita bertemu di rumah.""Rumah maksudmu–?""Rumah kita, Keina Nayara. Kita bertemu di sana. Aku rasa di sana tempat paling aman untuk kita bertemu.""Ah, baik."Setelah berkata seperti itu panggilan mereka seketika berhenti. Keina mengulas senyuman kembali lalu melesat ke arah kamar mandi, karena Ald
Meski merasa bingung dengan tindakan Alden, Keina hanya bisa membalas pelukan pria itu. Ia mengusap punggung Alden dengan perlahan, rasanya sudah lama sekali mereka tidak berpelukan seperti ini.Saat Alden melepaskan pelukan mereka, Keina segera bertanya, "Jadi, apa maksudnya?""Sebenarnya aku mengingatmu."Raut wajah Keina seketika berubah cerah mendengar ucapan Alden, ia mencondongkan tubuhnya ke arah pria itu, "Kau mengingatku? Jadi apa yang kau ingat?""Aku ingat dirimu dari masakan yang kau buat. Ku kira itu Clara yang membuatnya.""Astaga, jadi selama ini kau salah paham?""Begitulah,"Keina menggelengkan kepalanya tidak habis pikir, ternyata ia terlalu menganggap remeh Clara Benedict. Bisa-bisanya Clara berbohong pada mereka selama ini."Bahkan dia menyombongkan diri padaku bahwa dia bisa mengambil hatimu, ternyata firasatku benar, dia menipumu." gumam Keina sambil memijat kepalanya.Alden yang mendengar hal itu segera mengambil tangan Keina, merasa sangat bersalah karena ia te
Tepat sebelum Keina membuka mulutnya, ponsel Alden berbunyi dengan nyaring. Keina segera menggeser tubuh pria itu lalu berkata, "Ponselmu, ponselmu berbunyi!" ujarnya dengan gugup.Alden segera mundur, ia mengambil ponsel yang berada di saku jasnya. Sejenak Alden terlihat termenung melihat siapa yang memanggilnya saat ini. Clara."Kau tidak mengangkatnya?" tanya Keina yang melihat Alden hanya terdiam dengan ponsel di tangan.Alden mengangkat wajah lalu mematikan ponselnya dengan cepat, "Sudahlah, tidak penting."Keina yang melihat hal itu mengerutkan dahinya, bukankah itu adalah telepon dari Clara? Kenapa Alden tidak mau mengangkatnya?"Kita lanjutkan saja perjalanan kita, bagaimana kalau kita ke rumah itu?""Maksudmu rumah kita terdahulu?""Ya, mungkin kau benar akan ada sesuatu yang tertinggal di sana. Mungkin aku harus berada di sana sedikit lebih lama."Meski merasa aneh dengan tingkah Alden, Keina mengangguk kecil. Saat ini adalah waktu bersama Alden, ia harus bisa memanfaatkan w
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments