Share

Melarikan Diri

Author: Ameymey
last update Last Updated: 2024-08-29 10:50:21

Zelia terbangun dengan kepala yang berat dan pandangan yang kabur. Saat kesadarannya kembali, ia menyadari bahwa dirinya terbaring tanpa busana di tempat tidur yang asing.

Panik!

Zelia menoleh dan melihat pria asing masih tertidur di sebelahnya. Tanpa berpikir panjang, Zelia segera bangkit, mengumpulkan pakaiannya yang berserakan di lantai, dan bergegas keluar dari kamar itu.

Dengan hati yang sesak dan hancur, Zelia pulang ke rumah. Namun, penderitaannya seakan bertambah dengan kehadiran pamannya yang hanya bisa menghardik dan yang ada di otaknya hanya uang. "Zelia, kamu harus bekerja lebih keras! Kita butuh uang untuk membayar utang-utang ini!" teriak pamannya dengan kasar.

Zelia hanya bisa mengangguk, menahan rasa sakit dan kelelahan yang semakin menumpuk. Ia merasa terjebak dalam lingkaran penderitaan yang tak berujung, tanpa tahu bagaimana cara keluar dari semua ini.

Di kamarnya, Zelia duduk di tepi tempat tidur, menatap kosong ke arah cermin. Air mata mengalir tanpa henti di pipinya. "Bagaimana bisa aku melakukan ini?" bisiknya pada dirinya sendiri. “Aku hanya ingin melupakan rasa sakit, tapi malah kehilangan mahkota yang selama ini aku jaga." Zelia menyadari mabuk bukanlah solusi.

Zelia menutup matanya, berharap semua ini hanyalah mimpi buruk. "Tolong, biarkan ini semua hanya mimpi," katanya dengan suara serak. Namun, saat ia membuka matanya, kenyataan yang pahit kembali menghantamnya. Ia merasa tertampar oleh kenyataan yang tak bisa dihindari.

"Daniel, kenapa kamu harus menghancurkan hatiku seperti ini?" Zelia meratap, suaranya penuh dengan kesedihan dan kekecewaan. "Aku mencintaimu dengan sepenuh hati, tapi kamu memilih untuk meninggalkanku demi dia. Apa aku tidak cukup baik?"

Ia meremas seprai tempat tidurnya, mencoba menahan rasa sakit yang begitu dalam. "Dan sekarang, aku malah terjebak dalam situasi yang lebih buruk. Aku kehilangan diriku sendiri, kehilangan harga diriku. Apa yang harus aku lakukan sekarang?"

Zelia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Aku harus kuat. Aku tidak bisa terus seperti ini. Aku harus menemukan cara untuk keluar dari semua ini, untuk melanjutkan hidupku."

Dengan tekad yang baru, Zelia bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan ke kamar mandi. Ia membersihkan diri, mencoba menghapus semua jejak malam yang kelam itu. Meskipun rasanya sangat berat, ia tahu bahwa ia harus menghadapi hari ini.

Setelah membersihkan diri di kamar mandi, Zelia bersiap untuk pergi ke kantor. Rasanya sangat berat karena harus melihat Daniel, sang mantan, yang telah menghancurkan hatinya.

Dengan hati yang masih berdebar, Zelia tiba di kantornya. Namun, hari itu tidak menjadi lebih baik. Di ruang kerjanya, Daniel dan calon istrinya, Theana, sedang membagikan undangan pernikahan mereka. Ketika Zelia masuk, Theana tersenyum sinis dan menyerahkan undangan itu langsung ke tangannya.

"Jangan lupa datang, Zelia. Kami ingin semua teman-teman hadir," kata Theana dengan nada mengejek. Theana sudah lama menginginkan Daniel tapi sayang Daniel malah memilih Zelia sebagai kekasihnya, tapi takdir berpihak padanya, lewat keluarga Theana merengek pada sang ayah untuk menjodohkan mereka, dan sekarang berhasil, Theana sebentar lagi mendapatkan Daniel seutuhnya.

Daniel hanya berdiri di sampingnya, tidak menunjukkan sedikit pun rasa bersalah.

Teman-teman kantor yang lain menatap Zelia dengan tatapan kasihan, tetapi ada juga yang mengejeknya karena dari dulu iri. “Theana memang lebih setara dengan Daniel. Kamu seharusnya tahu diri, Zelia,” ucapnya dengan terang-terangan di hadapan Zelia, Theana merasa semakin puas, dia bahkan bergelayut manja di lengan Daniel.

Sakit! Itu yang dirasakan Zelia.

Zelia menahan air matanya, berusaha tetap tegar di depan semua orang.

"Aku pasti datang!” ucap Zelia dengan penuh keyakinan.

***

Zelia baru saja tiba di rumah setelah hari yang panjang dan penuh penghinaan di kantor. Ia berharap bisa menemukan sedikit ketenangan, tetapi harapan itu segera pupus ketika pamannya menghadangnya di pintu masuk.

"Zelia, kamu dari mana saja? Aku butuh uang!" teriak pamannya dengan nada arogan, wajahnya memerah karena marah.

Zelia menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. "Paman, aku belum gajian. Uangku sudah hampir habis," jawabnya dengan suara lelah.

Namun, pamannya tidak peduli. Dengan kasar, ia merampas tas Zelia dan mulai menggeledah isinya. "Aku tahu kamu pasti punya uang! Jangan bohongi aku!" katanya sambil mengeluarkan dompet Zelia dan mengambil uang yang tersisa di dalamnya—uang yang seharusnya digunakan Zelia untuk ongkos pulang pergi ke kantor.

Zelia hanya bisa memandang punggung pamannya yang menjauh, merasa marah dan tak berdaya. "Untung aku sudah tahu kebiasaan pamanku," pikirnya. "Aku sudah menyimpan sebagian uangku di tempat lain."

Zelia hanya bisa menahan rasa muak yang semakin menumpuk. "Andai orang tuaku masih ada, mungkin aku masih punya sedikit kebahagiaan," pikirnya. Rumah yang seharusnya menjadi tempat pulang kini berubah menjadi sumber tekanan yang tak berkesudahan.

Pamannya, yang suka berjudi dan malas bekerja, selalu menekan Zelia, "Kamu harus ingat, aku yang membesarkan mu! Kamu berhutang budi padaku!" katanya dengan nada kasar, kata yang masih terngiang di telinganya. Zelia tahu bahwa pamannya bahkan telah menjadikannya sebagai jaminan hutang di sebuah bar.

Zelia harus hidup berhemat, menahan diri dari keinginan-keinginan kecil demi memenuhi tuntutan pamannya. Rasanya ia sudah muak dengan semua ini. Namun, ada satu alasan yang membuatnya tidak kabur dari rumah itu—bibinya yang terbaring stroke. Bibi yang dulu selalu memanjakannya, memberikan kasih sayang yang tulus.

Zelia tidak setega itu untuk meninggalkan bibinya. "Persetan dengan pamanku," pikirnya. "Aku akan bertahan demi bibi."

Dengan hati yang berat, Zelia berjalan menuju kamarnya. Ia merasa lelah, bukan hanya secara fisik tetapi juga emosional. Setiap hari adalah perjuangan, dan ia harus terus bertahan demi bibinya yang terbaring sakit. "Aku harus kuat," bisiknya pada dirinya sendiri. "Aku tidak bisa menyerah sekarang."

Di dalam kamar, Zelia duduk di tepi tempat tidurnya, mencoba menenangkan diri. Pikirannya melayang ke masa lalu, saat ia masih duduk di bangku SMP. Kecelakaan tragis itu masih terpatri jelas di ingatannya—bus yang ditumpangi kedua orang tuanya jatuh ke jurang, merenggut nyawa mereka seketika. Keluarga satu-satunya yang tersisa hanyalah paman dan bibinya, yang tidak memiliki keturunan sendiri. Mereka membawa Zelia ke rumah mereka, sedangkan rumah peninggalan orang tuanya pun sudah dijual oleh pamannya untuk alasan biaya sekolah.

Bibinya, yang dua tahun terakhir ini mengalami stroke, adalah satu-satunya alasan Zelia tetap bertahan di rumah itu. Zelia sering heran bagaimana bibinya bisa bertahan meskipun mendapatkan kekerasan dari pamannya. “Bibi, kenapa kamu tidak pernah melawan?” pikir Zelia, merasa sedih dan marah sekaligus.

Zelia tahu bahwa hidupnya penuh dengan tantangan, tetapi ia tidak akan membiarkan pamannya menghancurkan semangatnya. Ada harapan di dalam hatinya, meskipun kecil, bahwa suatu hari nanti ia akan menemukan jalan keluar dari semua penderitaan ini.

***

Di tempat lain, di sebuah ruangan mewah yang dipenuhi dengan penjagaan ketat, King duduk di kursi kebesarannya. King, yang dikenal sebagai seorang mafia kejam di kota itu, merasa murka. Wanita yang ia temui tadi malam, telah meninggalkannya begitu saja tanpa sepatah kata pun.

King mengepalkan tangannya, merasakan amarah yang membara di dalam dadanya. “Berani sekali wanita itu,” gumamnya dengan suara rendah namun penuh ancaman. Ia mengingat kembali bagaimana Zelia dengan berani duduk di pangkuannya, hanya untuk menghilang tanpa jejak saat pagi tiba.

"Segera cari wanita itu!" titahnya pada para bawahannya yang segera mengangguk patuh. 

Related chapters

  • Gadis dalam Pelukan Mafia    Dijual

    Zelia menyibukan diri dengan pekerjaannya dan merawat bibinya yang stroke untuk melupakan semua hal yang telah membuatnya sedih dan patah hati beberapa hari ini. Ketika dirinya baru saja memutuskan akan beristirahat di kamarnya, suara keras pintu membuat dirinya tersentak. Rupanya, itu adalah pamannya yang baru saja pulang, entah darimana. Zelia dapat melihat raut wajah pamannya yang nampak gusar dan marah. Dalam benaknya, Zelia berpikir bahwa pamannya pasti baru saja kalah berjudi lagi. "Kamu! Cepat sekarang juga kasih uang" seru pamannya dengan suara keras. Zelia menggelengkan kepala, matanya penuh keputusasaan. "Aku tidak punya uang, Paman. Aku baru saja membelikan obat untuk Bibi," jawabnya dengan suara bergetar, menahan amarah dan rasa muak. Pamannya semakin marah mendengar jawaban itu. "Kamu pikir aku peduli? Aku butuh uang itu sekarang!" teriaknya sambil kembali menggeledah kamar Zelia dan membuat kamar itu seketika berantakan. Karena tidak menemukan apa yang ia cari,

    Last Updated : 2024-08-29
  • Gadis dalam Pelukan Mafia    Mainan baru

    Wajah King penuh dengan kemarahan yang tertahan, apa yang Zelia lakukan telah melukai harga dirinya. Belum pernah ada wanita yang bersikap seperti itu kepadanya.“Jangan coba melarikan diri lagi, gadis kecil.” Zelia memohon dengan air mata yang mengalir di pipinya. “Tolong, lepaskan aku. Aku tidak bermaksud seperti itu,” katanya dengan suara gemetar. Namun, King tidak menunjukkan belas kasihan. Dengan satu gerakan tangan, King memerintahkan anak buahnya untuk membawa Zelia. Dia dibawa ke markas besar King. Di sana, Zelia dijadikan tawanan. Sepanjang perjalanan, Zelia hanya bisa menangis, meratapi nasib buruk yang menimpanya. Air matanya terus mengalir, mencerminkan ketakutan dan keputusasaan yang dirasakannya. King, yang duduk di sebelahnya, semakin muak melihat Zelia yang terus menangis. "Diam!" King menatapnya dengan tatapan dingin. Zelia pada akhirnya menahan tangisnya, tubuhnya gemetar. Dia tahu bahwa hidupnya kini berada di tangan pria yang kejam dan tanpa belas kasihan. N

    Last Updated : 2024-08-29
  • Gadis dalam Pelukan Mafia    penolakan

    King duduk di sofa mewah di kamarnya yang megah. Dia memberi perintah kepada seorang pelayan untuk membawa Zelia padanya. Tak lama kemudian, Zelia yang terlihat tidak nyaman dengan pakaiannya yang terbuka, mencoba menutupi belahan dadanya yang terlihat dengan tangan. Setelah pintu tertutup, meninggalkan mereka berdua, tubuh Zelia bergetar ketakutan. Tatapan tajam King menembus dirinya, dan dia memberi isyarat agar Zelia duduk di pangkuannya. Zelia menggelengkan kepala, air mata mulai mengalir di pipinya. Suara King menggema di seluruh ruangan, penuh dengan rasa kesal. "Kemari, Gadis kecil." "Tolong, lepaskan aku. Aku tidak ingin berada di sini." Suara Zelia bergetar saat dia memohon. Kesabaran King mulai habis. Dia mengeluarkan pistolnya dan menembak vas bunga di dekatnya, menghancurkannya menjadi kepingan. Suara tembakan yang keras membuat Zelia menjerit dan menangis tersedu-sedu. "Sekarang," perintah King, suaranya dingin dan tak kenal ampun. Zelia masih berdiri, tubuhn

    Last Updated : 2024-08-29
  • Gadis dalam Pelukan Mafia    Menggoda pria lain?

    Pagi itu, Zelia terbangun dengan perasaan tidak nyaman. Cahaya matahari yang masuk melalui jendela kamar membuatnya menyipitkan mata. Sebelum ia sempat bangkit dari tempat tidur, pintu kamar terbuka dengan suara berderit.Dua orang maid masuk dengan langkah tegas. Tatapan mereka dingin dan penuh ketidaksukaan. Salah satu dari mereka, seorang wanita dengan rambut diikat rapi, melemparkan sebuah baju seragam ke arah Zelia."Cepat gunakan itu! Pekerjaan mu sudah menunggu."Zelia menatap baju seragam yang jatuh di pangkuannya. Baju itu sama persis dengan yang dikenakan kedua maid tersebut."Baik, aku akan segera bersiap."Maid yang satunya, dengan wajah tanpa ekspresi, hanya mengangguk singkat sebelum keduanya berbalik dan keluar dari kamar, meninggalkan Zelia dengan perasaan campur aduk. Zelia tahu bahwa hari ini akan menjadi hari yang panjang.Selama dua hari, King sedang dalam misi dan meninggalkan instruksi kepada kepala maid untuk mendisiplinkan Zelia. Zelia, yang sadar bahwa dirinya

    Last Updated : 2024-09-17
  • Gadis dalam Pelukan Mafia    gaun seksi

    King melemparkan sebuah gaun seksi ke arah Zelia dengan tatapan tajam. "Lakukan tugasmu atau kau akan berakhir tragis!" ancamnya dengan suara dingin.Ancaman itu membuat Zelia bergetar, tapi ia tahu bahwa ia tidak punya pilihan. Dengan langkah berat, ia berdiri dan berjalan pelan menuju kamar mandi. Ia masih ingin hidup.Di dalam kamar mandi, Zelia memandang dirinya di cermin dengan perasaan miris. Zelia tahu bahwa satu kesalahan kecil bisa berakibat fatal. Zelia berdiri di depan cermin, tangannya gemetar saat ia mengganti pakaiannya. Gaun seksi yang dilemparkan oleh King terasa asing dan tidak nyaman di tubuhnya. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri.Zelia keluar dengan menundukkan kepalanya."Menari lah!" ucap King dengan tajam, sambil menikmati segelas anggur merah dan menyesapnya pelan.Zelia terisak, ia tidak terbiasa menari, apalagi dengan pakaian yang tidak nyaman ini.Prang!Gelas kristal itu dilemparkan King ke dinding, pecah berkeping-keping."Jangan membua

    Last Updated : 2024-09-27
  • Gadis dalam Pelukan Mafia    mimpi buruk

    Di ruang bawah tanah yang gelap dan lembap, dinding-dinding batu yang dingin memantulkan cahaya redup dari lampu gantung tua. Suara tetesan air yang jatuh dari langit-langit menambah suasana mencekam. Di sudut ruangan, ada meja kayu besar yang penuh dengan peta, dokumen, dan senjata. Beberapa anak buah King berdiri berjaga di sekitar, wajah mereka tegang dan serius. Suasana tegang menyelimuti ruangan yang hanya diterangi oleh cahaya lampu redup. Di tengah ruangan, terikat di sebuah kursi, seorang pria berwajah ketakutan, tubuhnya gemetar hebat mengetahui apa yang akan terjadi padanya. King mafia, yang dikenal dengan kekejamannya, berdiri tegap di depan pria tersebut. Matanya yang tajam menatap tanpa ampun, menyisakan aura mengerikan yang menyelimuti seluruh ruangan. Dengan langkah yang berwibawa, ia mendekati pria yang terikat, menunjukkan kekuasaan mutlak yang ia miliki atas klannya. King, dengan tatapan tajam dan penuh amarah, mencengkram erat dagu pengkhianat di depannya. "Si

    Last Updated : 2024-09-28
  • Gadis dalam Pelukan Mafia    Ancaman

    King beranjak dari ranjang, meninggalkan Zelia yang masih duduk di sana, seperti orang linglung. Dia masih terkejut dengan ciuman lembut yang diberikan King. Dalam sekejap, sikap King berubah drastis."Cepat bangun, buatkan sarapan!" seru King dengan nada dingin.Zelia tersentak mendengar nada dingin King. Perasaan campur aduk memenuhi pikiran Zelia. Dengan buru-buru, dia beranjak ke kamar mandi, mencoba menenangkan dirinya. Setelah itu, dia mengganti pakaiannya dengan seragam maid, siap untuk menjalankan tugasnya.King menatap Zelia yang bergegas pergi, merasa bingung dengan perasaannya sendiri. King sendiri tidak percaya pada cinta, tetapi anehnya, dia mencium Zelia dengan lembut tadi. Dia tidak pernah membiarkan dirinya terikat oleh emosi, tetapi ada sesuatu tentang Zelia yang membuatnya bertindak berbeda. Namun, dia menepis pikiran itu dan fokus pada rutinitasnya.Zelia, dengan seragam maid yang rapi, menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Meskipun hatinya masih berdebar, dia beru

    Last Updated : 2024-10-04
  • Gadis dalam Pelukan Mafia    Hukuman sampai pingsan

    Zelia mengikuti seorang maid, langkahnya ragu-ragu saat mereka menuju sebuah ruangan."Masuklah!" perintah maid itu dengan nada tegas.Meskipun hatinya dipenuhi ketakutan, Zelia tetap melangkah masuk. Pintu tertutup di belakangnya, meninggalkan Zelia dalam keremangan ruangan yang hanya diterangi oleh lampu merah redup. Di sekelilingnya, berbagai alat seperti d*ldo, cambuk kecil halus, dan rantai membuatnya bergidik ngeri.Di sudut ruangan, King duduk di sofa hitam, menyesap wine dengan tenang. Tatapannya dingin dan penuh kuasa."Tuan..." sapa Zelia dengan nada takut dan gugup.King menatap Zelia dengan tatapan tajam, seolah-olah menilai setiap gerakannya. Zelia merasa jantungnya berdebar kencang, ketakutan dan ketidakpastian memenuhi pikirannya."Mendekat lah!" perintah King.Zelia, meskipun ragu, melangkah mendekati King. King berdiri memutarinya.Dengan gerakan cepat, King menarik lengan Zelia, mengikat Zelia dengan rantai hingga membentuk posisi X. Zelia merasa ketakutan dan tidak

    Last Updated : 2024-10-06

Latest chapter

  • Gadis dalam Pelukan Mafia    Hukuman sampai pingsan

    Zelia mengikuti seorang maid, langkahnya ragu-ragu saat mereka menuju sebuah ruangan."Masuklah!" perintah maid itu dengan nada tegas.Meskipun hatinya dipenuhi ketakutan, Zelia tetap melangkah masuk. Pintu tertutup di belakangnya, meninggalkan Zelia dalam keremangan ruangan yang hanya diterangi oleh lampu merah redup. Di sekelilingnya, berbagai alat seperti d*ldo, cambuk kecil halus, dan rantai membuatnya bergidik ngeri.Di sudut ruangan, King duduk di sofa hitam, menyesap wine dengan tenang. Tatapannya dingin dan penuh kuasa."Tuan..." sapa Zelia dengan nada takut dan gugup.King menatap Zelia dengan tatapan tajam, seolah-olah menilai setiap gerakannya. Zelia merasa jantungnya berdebar kencang, ketakutan dan ketidakpastian memenuhi pikirannya."Mendekat lah!" perintah King.Zelia, meskipun ragu, melangkah mendekati King. King berdiri memutarinya.Dengan gerakan cepat, King menarik lengan Zelia, mengikat Zelia dengan rantai hingga membentuk posisi X. Zelia merasa ketakutan dan tidak

  • Gadis dalam Pelukan Mafia    Ancaman

    King beranjak dari ranjang, meninggalkan Zelia yang masih duduk di sana, seperti orang linglung. Dia masih terkejut dengan ciuman lembut yang diberikan King. Dalam sekejap, sikap King berubah drastis."Cepat bangun, buatkan sarapan!" seru King dengan nada dingin.Zelia tersentak mendengar nada dingin King. Perasaan campur aduk memenuhi pikiran Zelia. Dengan buru-buru, dia beranjak ke kamar mandi, mencoba menenangkan dirinya. Setelah itu, dia mengganti pakaiannya dengan seragam maid, siap untuk menjalankan tugasnya.King menatap Zelia yang bergegas pergi, merasa bingung dengan perasaannya sendiri. King sendiri tidak percaya pada cinta, tetapi anehnya, dia mencium Zelia dengan lembut tadi. Dia tidak pernah membiarkan dirinya terikat oleh emosi, tetapi ada sesuatu tentang Zelia yang membuatnya bertindak berbeda. Namun, dia menepis pikiran itu dan fokus pada rutinitasnya.Zelia, dengan seragam maid yang rapi, menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Meskipun hatinya masih berdebar, dia beru

  • Gadis dalam Pelukan Mafia    mimpi buruk

    Di ruang bawah tanah yang gelap dan lembap, dinding-dinding batu yang dingin memantulkan cahaya redup dari lampu gantung tua. Suara tetesan air yang jatuh dari langit-langit menambah suasana mencekam. Di sudut ruangan, ada meja kayu besar yang penuh dengan peta, dokumen, dan senjata. Beberapa anak buah King berdiri berjaga di sekitar, wajah mereka tegang dan serius. Suasana tegang menyelimuti ruangan yang hanya diterangi oleh cahaya lampu redup. Di tengah ruangan, terikat di sebuah kursi, seorang pria berwajah ketakutan, tubuhnya gemetar hebat mengetahui apa yang akan terjadi padanya. King mafia, yang dikenal dengan kekejamannya, berdiri tegap di depan pria tersebut. Matanya yang tajam menatap tanpa ampun, menyisakan aura mengerikan yang menyelimuti seluruh ruangan. Dengan langkah yang berwibawa, ia mendekati pria yang terikat, menunjukkan kekuasaan mutlak yang ia miliki atas klannya. King, dengan tatapan tajam dan penuh amarah, mencengkram erat dagu pengkhianat di depannya. "Si

  • Gadis dalam Pelukan Mafia    gaun seksi

    King melemparkan sebuah gaun seksi ke arah Zelia dengan tatapan tajam. "Lakukan tugasmu atau kau akan berakhir tragis!" ancamnya dengan suara dingin.Ancaman itu membuat Zelia bergetar, tapi ia tahu bahwa ia tidak punya pilihan. Dengan langkah berat, ia berdiri dan berjalan pelan menuju kamar mandi. Ia masih ingin hidup.Di dalam kamar mandi, Zelia memandang dirinya di cermin dengan perasaan miris. Zelia tahu bahwa satu kesalahan kecil bisa berakibat fatal. Zelia berdiri di depan cermin, tangannya gemetar saat ia mengganti pakaiannya. Gaun seksi yang dilemparkan oleh King terasa asing dan tidak nyaman di tubuhnya. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri.Zelia keluar dengan menundukkan kepalanya."Menari lah!" ucap King dengan tajam, sambil menikmati segelas anggur merah dan menyesapnya pelan.Zelia terisak, ia tidak terbiasa menari, apalagi dengan pakaian yang tidak nyaman ini.Prang!Gelas kristal itu dilemparkan King ke dinding, pecah berkeping-keping."Jangan membua

  • Gadis dalam Pelukan Mafia    Menggoda pria lain?

    Pagi itu, Zelia terbangun dengan perasaan tidak nyaman. Cahaya matahari yang masuk melalui jendela kamar membuatnya menyipitkan mata. Sebelum ia sempat bangkit dari tempat tidur, pintu kamar terbuka dengan suara berderit.Dua orang maid masuk dengan langkah tegas. Tatapan mereka dingin dan penuh ketidaksukaan. Salah satu dari mereka, seorang wanita dengan rambut diikat rapi, melemparkan sebuah baju seragam ke arah Zelia."Cepat gunakan itu! Pekerjaan mu sudah menunggu."Zelia menatap baju seragam yang jatuh di pangkuannya. Baju itu sama persis dengan yang dikenakan kedua maid tersebut."Baik, aku akan segera bersiap."Maid yang satunya, dengan wajah tanpa ekspresi, hanya mengangguk singkat sebelum keduanya berbalik dan keluar dari kamar, meninggalkan Zelia dengan perasaan campur aduk. Zelia tahu bahwa hari ini akan menjadi hari yang panjang.Selama dua hari, King sedang dalam misi dan meninggalkan instruksi kepada kepala maid untuk mendisiplinkan Zelia. Zelia, yang sadar bahwa dirinya

  • Gadis dalam Pelukan Mafia    penolakan

    King duduk di sofa mewah di kamarnya yang megah. Dia memberi perintah kepada seorang pelayan untuk membawa Zelia padanya. Tak lama kemudian, Zelia yang terlihat tidak nyaman dengan pakaiannya yang terbuka, mencoba menutupi belahan dadanya yang terlihat dengan tangan. Setelah pintu tertutup, meninggalkan mereka berdua, tubuh Zelia bergetar ketakutan. Tatapan tajam King menembus dirinya, dan dia memberi isyarat agar Zelia duduk di pangkuannya. Zelia menggelengkan kepala, air mata mulai mengalir di pipinya. Suara King menggema di seluruh ruangan, penuh dengan rasa kesal. "Kemari, Gadis kecil." "Tolong, lepaskan aku. Aku tidak ingin berada di sini." Suara Zelia bergetar saat dia memohon. Kesabaran King mulai habis. Dia mengeluarkan pistolnya dan menembak vas bunga di dekatnya, menghancurkannya menjadi kepingan. Suara tembakan yang keras membuat Zelia menjerit dan menangis tersedu-sedu. "Sekarang," perintah King, suaranya dingin dan tak kenal ampun. Zelia masih berdiri, tubuhn

  • Gadis dalam Pelukan Mafia    Mainan baru

    Wajah King penuh dengan kemarahan yang tertahan, apa yang Zelia lakukan telah melukai harga dirinya. Belum pernah ada wanita yang bersikap seperti itu kepadanya.“Jangan coba melarikan diri lagi, gadis kecil.” Zelia memohon dengan air mata yang mengalir di pipinya. “Tolong, lepaskan aku. Aku tidak bermaksud seperti itu,” katanya dengan suara gemetar. Namun, King tidak menunjukkan belas kasihan. Dengan satu gerakan tangan, King memerintahkan anak buahnya untuk membawa Zelia. Dia dibawa ke markas besar King. Di sana, Zelia dijadikan tawanan. Sepanjang perjalanan, Zelia hanya bisa menangis, meratapi nasib buruk yang menimpanya. Air matanya terus mengalir, mencerminkan ketakutan dan keputusasaan yang dirasakannya. King, yang duduk di sebelahnya, semakin muak melihat Zelia yang terus menangis. "Diam!" King menatapnya dengan tatapan dingin. Zelia pada akhirnya menahan tangisnya, tubuhnya gemetar. Dia tahu bahwa hidupnya kini berada di tangan pria yang kejam dan tanpa belas kasihan. N

  • Gadis dalam Pelukan Mafia    Dijual

    Zelia menyibukan diri dengan pekerjaannya dan merawat bibinya yang stroke untuk melupakan semua hal yang telah membuatnya sedih dan patah hati beberapa hari ini. Ketika dirinya baru saja memutuskan akan beristirahat di kamarnya, suara keras pintu membuat dirinya tersentak. Rupanya, itu adalah pamannya yang baru saja pulang, entah darimana. Zelia dapat melihat raut wajah pamannya yang nampak gusar dan marah. Dalam benaknya, Zelia berpikir bahwa pamannya pasti baru saja kalah berjudi lagi. "Kamu! Cepat sekarang juga kasih uang" seru pamannya dengan suara keras. Zelia menggelengkan kepala, matanya penuh keputusasaan. "Aku tidak punya uang, Paman. Aku baru saja membelikan obat untuk Bibi," jawabnya dengan suara bergetar, menahan amarah dan rasa muak. Pamannya semakin marah mendengar jawaban itu. "Kamu pikir aku peduli? Aku butuh uang itu sekarang!" teriaknya sambil kembali menggeledah kamar Zelia dan membuat kamar itu seketika berantakan. Karena tidak menemukan apa yang ia cari,

  • Gadis dalam Pelukan Mafia    Melarikan Diri

    Zelia terbangun dengan kepala yang berat dan pandangan yang kabur. Saat kesadarannya kembali, ia menyadari bahwa dirinya terbaring tanpa busana di tempat tidur yang asing. Panik! Zelia menoleh dan melihat pria asing masih tertidur di sebelahnya. Tanpa berpikir panjang, Zelia segera bangkit, mengumpulkan pakaiannya yang berserakan di lantai, dan bergegas keluar dari kamar itu. Dengan hati yang sesak dan hancur, Zelia pulang ke rumah. Namun, penderitaannya seakan bertambah dengan kehadiran pamannya yang hanya bisa menghardik dan yang ada di otaknya hanya uang. "Zelia, kamu harus bekerja lebih keras! Kita butuh uang untuk membayar utang-utang ini!" teriak pamannya dengan kasar. Zelia hanya bisa mengangguk, menahan rasa sakit dan kelelahan yang semakin menumpuk. Ia merasa terjebak dalam lingkaran penderitaan yang tak berujung, tanpa tahu bagaimana cara keluar dari semua ini. Di kamarnya, Zelia duduk di tepi tempat tidur, menatap kosong ke arah cermin. Air mata mengalir tanpa hen

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status