Share

Gadis dalam Pelukan Mafia
Gadis dalam Pelukan Mafia
Penulis: Ameymey

Akhir dan Awal

"Zelia, kita perlu bicara," kata Daniel dengan nada datar.

Zelia tersenyum, beberapa hari ini Daniel terlihat berbeda tapi pada akhirnya mau bicara dengannya. Zelia mengikuti hingga sampai rooftop kantor.

"Apa yang ingin kamu bicarakan, Daniel?" Zelia masih tersenyum pada kekasih hatinya itu.

Daniel menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara. "Aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini lagi. Ibuku telah menjodohkanku dengan wanita lain, dan aku harus menurutinya."

Deg

Kata-kata itu menghantam Zelia seperti palu, senyumnya memudar. "Apa? Daniel, kamu serius?" tanyanya, suaranya bergetar.

"Ya, aku serius," jawab Daniel tanpa sedikit pun emosi di wajahnya. "Ibuku menginginkan menantu yang setara."

Zelia merasa dunia sekitarnya runtuh. "Bagaimana bisa kamu mengatakan itu tanpa perasaan sedikit pun? Apakah aku tidak berarti apa-apa bagimu?"

Daniel mengangkat bahu, acuh. "Ini bukan tentang perasaan, Zelia. Ini tentang realita bahwa kamu dan aku memang tidak sebanding"

Zelia berdiri, air mata mulai mengalir di pipinya. "Tidak sebanding? Lalu, apa arti semua yang telah kita lalui bersama?" teriak Zelia seakan tidak terima.

Daniel hanya menatapnya dengan dingin, sebelum berlalu meninggalkan Zelia. "Lupakan saja semua itu."

Dengan hati yang hancur, Zelia meninggalkan kantor itu, merasa dikhianati dan tak berdaya. Ia tahu bahwa ia harus menemukan cara untuk melupakan Daniel dan melanjutkan hidupnya, meskipun itu terasa mustahil saat ini.

***

Zelia menatap kosong ke arah jendela saat di dalam taksi, hatinya hancur berkeping-keping. Daniel, pria yang selama ini ia cintai, baru saja memutuskan hubungan mereka. Alasan yang diberikan Daniel begitu menyakitkan—ibunya telah menjodohkannya dengan wanita lain yang dianggap lebih setara. 

Air mata mengalir tanpa henti di pipinya. Setiap kenangan manis bersama Daniel kini terasa seperti duri yang menusuk hatinya. "Bagaimana bisa dia melakukan ini padaku?" pikir Zelia, merasakan patah hati yang begitu dalam. Ia merasa tak berdaya, seolah-olah seluruh dunianya runtuh dalam sekejap.

Zelia butuh tempat untuk melarikan diri, tempat di mana ia bisa merasakan kesendirian tanpa harus memikirkan apa yang baru saja terjadi.

Untuk melupakan rasa sakitnya, Zelia memutuskan untuk pergi ke bar. Ia ingin melarikan diri dari kenyataan, meskipun hanya untuk satu malam.

Begitu masuk ke dalam, Zelia langsung mencari sudut paling pojok dan gelap. Ia ingin menikmati kesendiriannya, jauh dari pandangan orang lain. Duduk di kursi yang terasa dingin, ia memesan minuman yang paling keras yang bisa ditawarkan oleh bartender. Gelas demi gelas ia tenggak, berharap alkohol bisa menghapus rasa sakit di hatinya.

Musik yang berdentum keras dan lampu yang berkelap-kelip seolah-olah mengiringi penderitaannya.

Semakin lama, Zelia semakin mabuk. Kata-kata yang keluar dari mulutnya mulai tak jelas, meracau tentang cinta yang hilang dan pengkhianatan. Pandangannya mulai kabur, namun di tengah keremangan bar, matanya tertuju pada seorang pria yang duduk tidak jauh darinya.

Pria itu tampak berbeda dari yang lain. Wajahnya tampan dengan rahang yang tegas, tubuhnya kokoh dan berotot, memancarkan kekuatan dan kepercayaan diri. Ia duduk dengan angkuh, seolah-olah dunia ini miliknya. Ada sesuatu dalam tatapan pria itu yang membuat Zelia merasa tertarik, meskipun dalam keadaan mabuk.

Dengan langkah yang sempoyongan, Zelia mendekati pria tersebut. Dengan mata yang setengah tertutup karena mabuk, Zelia mengusap dada pria itu dengan lembut. "Kamu tahu," katanya dengan suara serak, "aku baru saja kehilangan seseorang yang sangat berarti bagiku."

Pria itu menoleh, menatap Zelia dengan mata yang tajam.

Tanpa ragu, Zelia duduk di pangkuan pria itu, merasakan kehangatan tubuhnya yang kokoh. 

Dua anak buah pria itu, yang berdiri tidak jauh, segera bergerak mendekat, bermaksud untuk menyeret Zelia yang begitu berani. Namun, pria itu mengangkat tangannya, memberikan isyarat yang membuat mereka berhenti. Mereka mengerti bahwa pria itu ingin membiarkan Zelia tetap di tempatnya.

Pria itu menatap Zelia dengan tatapan yang sulit diartikan.

Malam itu, Zelia menemukan kenyamanan yang tak terduga dalam pelukan pria asing itu. 

"Apa kamu bisa membantuku untuk melupakan pria jahat itu?”

Zelia mencium bibir pria itu, mereka larut dalam ciuman penuh gelora, tanpa melepas ciumannya, pria itu mengangkat tubuh Zelia dengan mudah dan membawanya pada sebuah kamar teratas di klub miliknya itu.

Pria itu merebahkan Zelia di ranjang, ciuman panas itu akhirnya terlepas, napas Zelia terengah-engah. Tak butuh lama pria itu melepas baju yang dipakai Zelia.

Cup

Lenguhan keluar dari mulut Zelia, saat pria itu menyasar lehernya dengan lidah. Lenguhan Zelia membuat gelora pria itu semakin berkobar.

Tangan pria itu mulai mengusap seluruh lekuk tubuh Zelia, dalam keremangan kamar pria itu bisa melihat tubuh Zelia yang sempurna, pria itu melepas seluruh pakaiannya sendiri, tak sabar menikmati wanita yang pasrah itu, tidak peduli Zelia dalam keadaan mabuk.

Salahkan Zelia yang berani mendekat.

"Ah ...,” lenguh Zelia tertahan, saat merasakan sensasi yang membuatnya larut dalam gelora meskipun dalam keadaan mabuk, ia terlihat menikmatinya saat pria itu menyusuri setiap jengkal tubuhnya.

Zelia menjerit kesakitan saat pria itu melakukan penyatuan.

"Shit! Kau masih ...?”

Pria itu menyeringai, dan menhujam tanpa ampun. Entah berapa lama melakukan penyatuan hingga akhirnya keduanya tertidur pulas.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status